Coincidence ❥ Yuri Briar

549 82 2
                                    

Yuri Briar x Reader

Spy x Family ©Tatsuya Endo

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Kebetulan bukan hal yang penting di hidup (Name). Kebetulan-kebetulan yang terjadi di hidupnya bukanlah suatu hal yang spesial. Namun, hari itu Yuri datang dan mengubah segalanya.

"Tolong pilihkan bunga paling cantik, aku hendak menghadiahkan itu untuk kakakku," pinta pria itu dengan senyum ramah nan manis tersemat pada wajahnya. Sampai-sampai (Name) terpana beberapa saat kala itu, sebelum kalang-kabut memilih bunga yang cantik.

Namun, saat (Name) hendak menutup toko bunganya itu pada malam hari, ia melihat Yuri tengah berjalan sempoyongan dengan kepala berdarah, dan bekas tamparan di wajah. Kondisi yang mengenaskan sekali. Karena cemas, (Name) pun menghampiri pria itu.

"Anu ..., permisi Tuan, perlu kuantar ke rumah sakit? Kondisimu terlihat buruk." (Name) menatap Yuri dengan cemas.

Walau terlihat kacau, tetapi Yuri mengenali (Name). "Oh, Nona penjaga toko bunga ..., tenang, aku baik-baik saja."

Omongannya sih begitu, tetapi kondisi Yuri yang mengenaskan berkata lain.

Merasa kasihan, akhirnya (Name) mengalungkan tangan kanan Yuri di bahunya, berusaha memapah lelaki itu. "Anda ... hendak pergi ke mana, Tuan? Biar saya bantu."

"Stasiun ...."

Dengan susah payah, (Name) memapah Yuri sampai stasiun, selama perjalanan itu pula, Yuri terus-terusan meracau dan menggerutu sendiri.

"Kenapa Kakak harus bersama lelaki berengsek itu."

"Awas saja Lottie itu, akan kubuka topengnya."

"Padahal tidak ada bagus-bagusnya, bisa-bisanya punya nyali melamar Kakak."

(Name) sendiri hanya mendengarkan tanpa merespon, lebih tepatnya bingung hendak merespon apa. Namun, menurut tebakan (Name), mungkin Yuri habis bertengkar dengan keluarga sang kakak? Entahlah, (Name) tak paham dan tidak ada niat untuk bertanya.

Sesampainya di stasiun, (Name) menghentikan langkah. "Kita sudah sampai, Tuan. Apakah tidak apa bila saya tinggal?" tanya (Name), masih khawatir dengan kondisi Yuri.

Yuri mengangguk, tersenyum tipis. "Terima kasih, Nona. Kamu baik sekali."

Hanya senyuman tipis, dan pujian sederhana yang bisa saja hanya sekadar formalitas basa-basi, tetapi berhasil menelusuk ke dalam hati (Name).

Astaga ..., dalam keadaan kacau begini, mengapa bisa ia begitu tampan?

Walau terpana dengan senyum tipis Yuri Briar, (Name) melupakan malam itu begitu saja, hanya dianggap kejadian aneh yang kebetulan terjadi padanya. Toh keduanya tak saling kenal, benar-benar hanya kebetulan bertemu.

Bagaimanapun, (Name) sedikit berharap dapat bertemu lagi. Sosok Yuri Briar berhasil menyita pikirannya akhir-akhir ini.

"Permisi ...!"

(Name) yang tengah tenggelam dalam lamunannya langsung tersentak. Menatap pria berambut hitam pekat dengan mata merah darah tengah melangkah masuk ke dalam toko.

"Selamat siang, Nona," sapanya ramah.

Masih shock, (Name) hanya mengangguk dan tersenyum sebagai balasan.

"Saya Yuri Briar, beberapa hari yang lalu saya ke sini, ingat?"

(Name) tertawa kecil. "Tentu saya ingat, Tuan. Saya mengantar Anda ke stasiun saat malam harinya."

Wajah Yuri memerah saat (Name) mengatakan itu, pria itu mengusap tengkuknya. "Saya minta maaf dan berterima kasih soal itu, Nona. Anda pasti kerepotan karena saya."

"Lalu ..., anu--" Yuri terlihat ingin mengatakan hal lain, tetapi kesulitan.

"Ada apa, Tuan? Apalagi yang dapat kubantu?"

"Boleh minta nomor teleponmu, Nona? Aku orang yang sibuk, tapi aku berniat berterima kasih soal kejadian kemarin. Jadi, kapan-kapan mungkin kamu akan kuajak makan siang bersama," pinta Yuri tanpa berani menatap (Name), wajahnya merona tipis.

Manis, itulah yang (Name) pikirkan.

"Boleh saja, Tuan. Aku tidak keberatan." (Name) mengangguk.

"Ehm ..., kamu mau kupanggil apa, Nona? 'Penyelamatku yang Cantik'?"

Kalau pria lain yang mengatakannya, (Name) mungkin akan meresponnya dengan dingin karena berpikir itu gombalan. Namun, melihat wajah manis nan polos Yuri, (Name) rasa pria itu benar-benar bertanya.

Kembali tertawa kecil, (Name) menggeleng. "Panggil (Name) saja, Tuan."

Sungguh, (Name) sangat mensyukuri kebetulan yang satu ini.

Kebetulan saat Yuri dan (Name) hendak pulang di waktu yang bersamaan malam itu.

Atau mungkin ... ini memanglah takdir yang hendak mempertemukan mereka?

- fin -


When Yuri Briar found his second love~

Hope you like it! Please vote and comment!

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora