Useless ❥ Itoshi Rin

512 69 0
                                    

Itoshi Rin x Reader

Blue Lock ©Muneyuki Kaneshiro/Yusuke Nomura

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Bila Itoshi Rin sudah mengomel sendiri sejak pagi, jangan diganggu. Adalah peraturan tak tertulis yang tertanam di kepala orang-orang di kelas 10-A. Rin sendiri cukup berterima kasih akan pengertian mereka.

Walau tetap ada saja manusia-manusia dengan seratus nyawa, yang punya nyali untuk mengusik di saat perasaan pemuda itu tidak baik.

"Rin-chan! Rin-chan! Mau ke mana, tuuhh?" Yang suaranya ganggu begitu, sudah pasti Bachira.

Menghadapi pemuda hiperaktif ini sih, masih perkara mudah. Rin tidak mengindahkan panggilannya sama sekali, nanti juga diam sendiri. Masalahnya, kalau sudah ada suara iblis yang terdengar, biasanya raja iblisnya jadi muncul.

"Heii, bocah tengik!"

Rin mengangkat kepala, menatap tajam Shidou Ryusei dari balik poninya yang menutupi seluruh dahi. Lihat, seringai lebar dari kecoa gosong itu selalu memantik kejengkelan Rin, dalam keadaan mood sedang baik sekalipun. Kalau suasana hatinya sedang jelek begini, rasa-rasanya hasrat Rin untuk membungkam mulut Shidou untuk selama-lamanya sangat kuat.

Sayangnya, Rin tidak minat untuk masuk penjara hanya karena membunuh manusia tidak berguna ini. Jadi biarkan sajalah.

"Astagaa? Kayaknya dari matamu bisa keluar laser, deh?" sindir Shidou dengan nada menyebalkan.

Rin mengembuskan napas kasar, menyimpan kedua tangannya di saku agar tidak tergoda untuk menonjok wajah ireng nan mulus Shidou.

"Menyingkir, sialan." Sekalipun kalimat yang keluar tidak menusuk, suara Rin memang seperti memiliki kekuatan tak kasatmata untuk menusuk lawan bicaranya. Apalagi jika kalimatnya juga menusuk, rasanya seperti double kill.

Yah, tetapi biasanya tidak berpengaruh pada Shidou, sih. Namun, tampaknya setan di tubuh Shidou berkurang hari ini, jadi pemuda itu hanya terkekeh, dan membiarkan Rin berjalan melewatinya begitu saja.

Dua pengganggu sudah Rin lewati dengan mudah, entah ia harus heran atau bersyukur karena hari ini ia bisa menemukan ketenangan dengan lebih mudah.

Tangan kanannya sudah bertengger di kenop pintu perpustakaan, saat sudut matanya menangkap sesosok dara yang tengah membawa setumpuk buku paket, sendirian. Seketika gerakan Rin yang hendak mendorong pintu terhenti. Netranya memicing, mengumpati rasa iba yang tiba-tiba muncul di sudut hatinya.

Oh ayolah, semua juga tahu Itoshi Rin adalah seorang apatis, lantas mengapa ia harus mengurungkan niat untuk mencari ketenangan hanya karena melihat orang lain kesulitan?

Rin mengembuskan napas keras, kembali melanjutkan gerakan tangannya untuk mendorong pintu perpustakaan.

"Wakh--"

Tepat sebelum bagian atas tumpukan buku-buku paket tersebut jatuh ke lantai, Rin dengan cekatan menahannya dengan lengan kirinya, mendorong buku-buku tersebut agar kembali ke atas tumpukan lain yang aman, karena didekap erat-erat oleh sang gadis.

Embus napas lega menjadi pemutus kesunyian setelah keheningan merajai keadaan selama beberapa detik. "Makasih, Rin," ucap dara bernamakan (Name) tersebut.

"Temanmu gak ada yang bantu?" Rin bagai tak mendengar ucapan terima kasih (Name).

"Eh? Aku bisa sendiri, kok."

Rin merotasi bola mata. "Apanya? Buktinya tadi nyaris jatuh." Tanpa basa-basi maupun menanyakan persetujuan (Name), Rin mengambil sebagian buku di tumpukan atas--yang tadi hampir jatuh. "Mau dibawa ke ruang guru, 'kan?"

Butuh waktu bagi (Name) untuk mencerna apa yang pemuda apatis ini lakukan, tetapi sejurus kemudian, senyum tipisnya mengembang. "Makasih banget, Rin!"

Tidak ada jawaban, Rin malah sudah melangkah di depan lebih dulu, menuju ruang guru.

Itoshi Rin itu pemuda apatis, semua juga tahu. Namun, sekeras apa pun ia mencoba bersikap tidak peduli pada (Fullname), hanya perlu hitungan detik sampai sikap itu menguap, hilang.

Sia-sia saja, Rin tidak pernah bisa menolak segala yang berhubungan dengan sang gadis.


- fin -

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Where stories live. Discover now