Forbidden ❥ Kibutsuji Muzan

488 85 4
                                    

Kibutsuji Muzan x Reader

Kimetsu No Yaiba ©Koyoharu Gotoge

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

"Minum ini."

Darah segar mengalir, menodai tangannya yang putih pucat. Lantas, entah karena apa, ia meminumkan darahnya padaku. Sialnya aku tak dapat menolak karena luka di sekujur tubuh. Mau tak mau darahnya mengalir masuk ke dalam kerongkongan.

Aku berjengit, rasa darahnya hambar dan berbau busuk. Dari seluruh air yang pernah kuminum, ini yang terburuk!

Tepat setelah darah itu kuminum dengan penuh keterpaksaan, rasa sakit yang luar biasa menyerang kepala. Disusul dengan sekujur tubuhku yang mati rasa, dan napasku menjadi sesak.

"Bertahanlah," bisiknya lirih, "kumohon ...."

Sambil mengatur napas, aku berusaha mengangkat wajah. Kutatap mata merah darahnya yang tengah menatapku muram.

Kenapa memasang wajah begitu? Kita bahkan tidak saling kenal.

"Tolong ...." Tangannya yang dingin mengusap pipiku lembut. "Tolong ... bertahanlah."

❣❣❣

"Tampaknya besok adalah pertarungan terakhir. Siapa pun yang menang, dialah yang pantas berdiri di muka bumi," tutur Muzan, berkata pada dirinya sendiri.

Namun, kamu yang senantiasa berdiri di sebelahnya tanpa kenal lelah dapat mendengar penuturannya. Kamu dapat melihat ada setitik kekhawatiran dalam matanya. Tatapan yang sama kala Muzan menyuruh Uppermoon untuk menghabisi para pembantai iblis.

Baik iblis maupun manusia, semua tahu kalau Muzan adalah sosok yang keji lagi kejam, tetapi kamu tahu betul sosoknya tidak sebusuk itu, masih ada perasaan layaknya manusia yang Muzan miliki.

Rasa khawatirlah yang paling sering kamu lihat dari sorot mata merahnya yang cerah.

"Anda pasti dapat menang, Tuan," katamu sebagai upaya untuk menenangkannya.

“Apakah hanya aku?”

Kamu tertegun mendengar pertanyaannya. Tidak kamu sangka Muzan akan menunjukkan emosinya lebih dari sekadar sorot mata.

“Bukan hanya Anda, Tuan. Kita semua pasti dapat membantai mereka, dan tetap hidup." Kamu mengulang kalimatmu dengan sedikit tambahan.

“(Name) ... setidaknya, aku ingin kau selamat. Jika nanti kita dalam kondisi terdesak, larilah. Selamatkan dirimu," titah Muzan, "ini mutlak."

Walau Muzan berkata begitu, kamu tidak bisa menerimanya. Bagimu seluruh uppermoon yang tersisa dan Muzan adalah orang-orang yang penting dalam hidupmu. "Lantas bagaimana dengan yang lain? Bagaimana dengan Anda?"

"Aku sudah bilang ini mutlak! Tak perlu pedulikan yang lain! Selamatkan saja dirimu sendiri!"

Dapat kamu rasakan pandanganmu memburam karena air mata.

Kamu sadar, sejak dulu kamu sudah menyadari perlakuan Muzan yang jelas membedakanmu. Walau seorang uppermoon, tetap saja cara Muzan memperlakukanmu terlihat lebih spesial dibanding yang lain, para uppermoon yang lain pun sadar akan hal itu.

Muzan menyimpan rasa yang berbeda untukmu, dan begitu pula denganmu. Namun, sebagai iblis kalian sama-sama merasa tak pantas memiliki perasaan layaknya manusia setelah semua yang sudah kalian lakukan.

“(Name).”

“... Ya, Tuan?” Kamu mengangkat kepala, menatap mata merahnya.

Seulas senyum tipis untuk pertama kalinya terlihat pada wajah Muzan, berhasil menggetarkan hatimu. “Memang aku tidak pantas mengatakan ini, tetapi setidaknya ... di kehidupan kedua nanti, kuharap aku menjadi sosok yang pantas untuk mengatakannya.”

“Aku mencintaimu, (Name).”

Kalimat yang selama ini tertahan di dalam hati akhirnya Muzan katakan padamu.

Kalimat terlarang dan terkesan tak pantas untuk iblis keji seperti kalian. Namun, terasa manis bagi dirimu maupun Muzan.

Walau juga terasa menyakitkan.

- fin -


Susah juga membuat fanfic beliau, abis Marjan kagak ada lembut-lembutnya, sih.

Hope you like it! Please vote and comment!

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant