Hug ❥ Bimasakti

392 43 9
                                    

Bimasakti x Reader

Bima, Temanku yang Imut ©telormatasappi

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Keseharian (Name) di sekolah adalah sibuk mencari orang yang cocok untuk dijadikan pasukannya.

Pasukan untuk tawuran maksudnya.

Namun, saat ia menemukan seseorang yang menurutnya sangat tepat untuk dijadikan pasukannya, ia malah mendapat penolakan.

“Bimasakti! Ayo join GRWZ!”

“Maaf Mbak, aku gak minat masuk Grewes.”

Penolakan pertama.

“Eyy! Bimasakti! Coba pikirin lagi! Join GRWZ gak buruk, lho!”

“A-aku beneran gak bisa, Mbak.”

Penolakan kedua.

“Sayang banget lho! Padahal kamu kelihatan kuat. Yakin gak mau join?”

“Bener, Mbak. Mas Vian juga udah tanya berkali-kali kutolak.”

Penolakan ketiga.

“JOVIAN!”

Sang pemilik nama terjengkang jatuh dari kursi, untunglah dapat mendarat dengan selamat walau mencium lantai. Entah harus menyalahkan (Name) atau dirinya sendiri yang berdiri di atas kursi.

“Duh .... Kenapa, sih?” tanya Vian setengah protes, beranjak duduk.

“Emang bener Bimasakti udah nolak penawaranmu buat masuk GRWZ?” tanya (Name), berjongkok di sebelah Vian tanpa ada niat menolong.

Sambil mengusap-usap pipinya yang sakit, Vian mengangguk. “Iya. Udah berkali-kali kutawari, dan berkali-kali pula dia nolak.”

“Gitu, ya ....”

“Emang kenapa?”

(Name) tidak menggubris, ia tengah memikirkan sesuatu. Lantas, tiba-tiba ia kembali bangkit berdiri. “Ah! Pokoknya dia harus masuk GRWZ! Kalo kamu udah nyerah buat bujuk, biar aku yang bujuk!” lontar (Name) dengan penuh semangat dan percaya diri.

Setelah berkata dengan penuh dramatis, (Name) kembali keluar kelas untuk mencari adik kelas favoritnya itu.

Vian yang ditinggal mendengkus sebal. “Minimal minta maaf kek.”

Sementara Vian menggerutu sendiri, (Name) tengah berusaha lagi membujuk Bima.

“Bimasakti!” sapa (Name) ramah.

“O-oh, Mbak (Name). Halo.” Di luar dugaan, Bima menjawab dengan ramah pula, walau wajahnya tidak menunjukkan itu.

Poin penting mengapa (Name) bersikeras agar Bima join GRWZ adalah karena auranya yang membuat segan, siapa pun pasti akan merasa takut walau sedikit saat melihat Bima yang kekar dan sangar.

“Kamu mau ke mana? Tumben banget, biasanya cuma di kelas.”

“Abis dari toilet. Mbak sendiri ngapain?”

“Hehe ... niatku emang nyari kamu, sih.” (Name) tersenyum lebar. “Mau ikut aku ke halaman belakang gak? Istirahat di sana enak, lho!”

Bima tidak menolak, malah ia tertarik. Macam anak bebek yang mengikuti induknya, Bima mengekori (Name) ke halaman belakang.

Keduanya berhenti di depan sebuah pohon besar yang masih kokoh berdiri di halaman belakang sekolah mereka. Walau besar dan rindang, pohon itu terlihat nyaman dijadikan tempat bersandar alih-alih terkesan menyeramkan.

Bagai anak kecil, (Name) berlari menghampiri pohon itu dengan kedua tangan terangkat. “Yeyy! Istirahat! Istirahat!” serunya riang.

(Name) dengan mudahnya memanjat hingga ke dahan yang paling besar, berbaring dengan nyaman di sana. Sementara Bima memandang kagum kakak kelasnya yang satu itu.

“Bimasakti! Kenapa ngeliatin doang? Gak mau ikut manjat? Enak lho di sini!” (Name) melambai-lambaikan tangannya.

“Eh ... aku gak bisa manjat, Mbak,” ungkap Bima.

(Name) tertawa. “Beneran? Kapan-kapan kuajari, deh!”

Akhirnya mereka beristirahat bersama, dengan (Name) yang berbaring di atas pohon dan Bima yang bersandar di pohon sambil selonjoran.

“Gimana? Enak 'kan istirahat di sini?” tanya (Name) sambil memaikan daun yang menjuntai di atas kepalanya.

“Iya, enak. Adem,” balas Bima singkat.

Sambil meregangkan badan (Name) berkata, “Kalau kamu bisa manjat lebih enak lagi. Di atas sini lebih adem, lho.”

Namun, nahas kemudian, (Name) yang tengah meregangkan badan kehilangan keseimbangan, ia meluncur bebas, jatuh ke tanah.

“Waakhh!” jerit (Name) panik.

“Mbak (Name)!”

Dalam sepersekian detik yang mengerikan bagi (Name), gadis itu akhirnya terselamatkan. Kini Bima tengah menggendongnya sekaligus memeluknya dengan tangan gemetar.

Yang digendong pun tak kalah gemetar karena kaget dan sedikit takut, tetapi karena kasihan dengan Bima, (Name) meminta diturunkan. Namun, baru menyentuh tanah, (Name) yang masih gemetar langsung oleng, untung lagi-lagi Bima cekatan, menahan tubuh sang kakak kelas agar tidak jatuh.

“Mbak (Name) gak papa?” tanya Bima dengan wajah cemas.

“G-gak papa, kok. Cuma ... gemeter dikit aja.” Cepat-cepat (Name) memalingkan wajah. Lalu, dengan badan masih sedikit gemetar, ia berjalan menjauh. “Maaf Bimasakti, aku duluan ke kelas, ya!”

“I-iya, Mbak ....”

Sesampainya di koridor, (Name) berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya yang terasa panas.

GILA! GILA! GILA! PELUKAN BIMASAKTI HANGAT BANGET?!!

Yah, semenjak hari itu ... alasan (Name) membuntuti Bima ke mana pun berubah.

- fin -


Aw, aw, Bima lucuk, nem-nya juga lucuk.

Btww ...

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA GESSS!

Hope you like it! Please vote and comment!

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Where stories live. Discover now