Affogato ❥ Ishaq Nirwasita

464 53 0
                                    

Ishaq Nirwasita x Reader

Good/Bad Fortune ©Ariel Duyung

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

"Pacarmu datang, tuh. Temani sana!"

Kalimat perintah sang kakak sukses membuat kening Ishaq mengkerut heran. Pasalnya, sejak orok ia tidak memiliki pacar sama sekali, lantas siapa coba yang kakaknya maksud?

Sampai netranya menangkap sosok gadis yang tengah duduk di pojok cafe, barulah Ishaq ber-oh ria.

"Sudah kubilang dia bukan pacarku," balas Ishaq sambil mengelap tangannya di apron yang ia kenakan. "Dia cuma--"

"Teman?" lanjut sang kakak dengan nada mengejek. Telinga Gapetta sudah panas mendengar jawaban adiknya yang itu-itu saja. "Tapi setiap dia datang kau selalu saja menyediakan affogato secara cuma-cuma."

Ishaq hanya bisa tersenyum asimetris, tetapi tidak menjawab maupun menyangkal lagi. Ia memilih segera menghampiri meja yang diduduki sang gadis, dengan nampan berisi affogato.

"Halo pelanggan setia, Ishaq Nirwasita siap mendengarkan ocehan panjangmu," sapa Ishaq sambil meletakkan segelas affogato di meja sang gadis.

(Name), gadis itu mengembuskan napas kasar, ia dapat menangkap setitik nada sindiran dalam kalimat Ishaq. Namun, ia memilih diam atas dasar sadar diri. Toh faktanya ia memang sering kemari dan mengganggu waktu kerja sahabatnya ini. Ishaq pun tanpa rasa keberatan selalu memberikannya affogato secara cuma-cuma.

"Sudah lewat dua minggu sejak kita lulus SMA, dan kau masih begini terus, (Name)." Ishaq memulai lagi konversasi, duduk di kursi seberang, membuat mereka terpisahkan meja persegi. "Kenapa? Gak berhasil membujuk orang tuamu lagi?"

"Iya." (Name) hanya membalas singkat, mengaduk-aduk affogato-nya dengan alis menukik.

Ishaq ikut mengerutkan kening, tetapi lebih karena heran dengan dara di depannya. "Emangnya kenapa, sih? Padahal keren lho, kau bisa kuliah di luar negeri."

Netra (Name) langsung memicing, menatap taruna di depannya dengan tajam. Kalau saja Ishaq tak biasa ditatap begitu, pasti rasanya seperti dicabik-cabik.

(Name) mendengkus pelan. "Aku juga gak berniat menolak tawaran mereka, tapi ... aku masih ada urusan di sini." Setelahnya ia menyuap affogato sambil bertopang dagu, masih dengan tatap yang terkunci pada Ishaq.

Ishaq ber-oh ria, kemudian ikut bertopang dagu. "Urusanmu apa? Butuh bantuanku?"

Tatapan (Name) yang sempat melunak, kini kembali menajam. Ia mencengkeram gelas berisi affogato-nya keras-keras. Sementara Ishaq yang tidak tahu-menahu mengapa sang dara mendadak sumbu pendek, hanya bisa menatap dengan wajah tak berdosa.

"Apa?"

Sambil mengacak rambutnya sendiri dengam frustrasi, (Name) menjawab lugas, "Kalau memang mau bantu, bisa lebih peka, gak?"

Ishaq menaikkan satu alisnya. "Lho? Harusnya aku yang bilang begitu," katanya sambil terkekeh. "Kalau bukan karena kau spesial, mana mungkin aku mau memberikan affogato secara cuma-cuma?"

Gapetta yang sedari tadi mencuri dengar menahan tawanya. "Sekarang, yakin cuma teman, nih?" gumamnya.


- fin -

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Where stories live. Discover now