5. Tahta

1.9K 281 27
                                    

5

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

5

"Yara benar-benar terserang demam." Jaemin berjongkok di sebelah ranjang Yara, "Kenapa imunmu sangat lemah?"

"Itu karena Yara lahir lebih cepat."

Jaemin menoleh, melihat Mark yang masuk ke dalam kamar Yara. Mark melangkah pasti ke dekat jendela, dia ĥhanya menutup jendelanya, tidak dengan gordennya. Hujan masih mengguyur deras, membuat semua orang memilih tetap di rumah. Libur juga, jadilah lebih baik berkumpul di rumah.

Jaemin menatapnya, Mark beralih duduk di atas ranjang Yara. Menyentuh tangan mungilnya yang terasa lebih hangat.

"Yara sangat lemah, hujan-hujannya lima menit, sakitnya seharian." jelasnya, "Apalagi saat dia kecil, sakit tidak pernah absen dari hari-harinya. Yara sampai tidak boleh bermain dengan para bangsawan seusianya."

Jaemin memandang Mark yang menggenggam tangan Yara.

"Hanya Yara satu-satunya keluargaku yang tersisa. Dan aku akan melakukan apapun agar Yara merasa tercukupi."

Jaemin mengalihkan pandangannya ke wajah Yara. Wajah bulatnya yang biasa memberikan ekspresi senang dan bahagia, sekarang tidak ada. Bibirnya yang terbiasa berwarna pink alami, berubah pucat.

Mark bangkit, "Tolong jaga Yara, aku harus—"

Brak!

"Mark! Aku mencarimu ke mana-mana."

Jaemin dan Mark langsung menoleh ke sumber kegaduhan akibat pintu yang dibuka kasar.

"Apa kau tidak memiliki sopan santun? Ini bukan kamarmu yang bisa melakukan apa yang kau inginkan." Jaemin bangkit berdiri.

Jeno memandangnya tidak senang, "Kau memang pembawa sial." balas Jeno, dia mendekat ke Mark. Memeluk lengan kanannya, "Jangan dekat-dekat dengan Mark, dia ini milikku."

Jaemin memutar bola matanya, "Bawa saja sana, bawa." balasnya, "Dan sekarang pergi, jangan membuat keributan di sini."

"Mama hiks."

Jaemin menoleh, dia langsung menaiki ranjang. Mark yang melihatnya, langsung membawa Jeno keluar. Menutup pintu kamar Yara dengan perlahan.

"Tidak seharusnya kau bersikap seperti itu, Jeno. Sikapmu tidak seperti bangsawan yang selama ini mereka bicarakan tentangmu." Mark memandangnya, "Yara sedang sakit, tapi kau malah membuat keributan."

Jeno mendengus, "Jadi, kau membela dia?"

"Aku tidak membela siapapun, tapi kau memang salah, Jeno."

Jeno berdecak, dia melepaskan pelukan tangannya pada lengan Mark. "Kau memang sudah tidak memperhatikanku. Perhatian saja dia, tidak perlu mengurusiku."

"Jeno," Mark menyentuh tangannya, "Berhenti bersikap kekanakan, kau hanya—"

"Mark, kau tau sebesar apa aku mencintaimu, 'kan? Tolong jangan mengkhianati rasa cinta yang aku beri." Jeno memandangnya, "Aku takut. Aku takut kau lebih memilihnya sementara kau sudah menjanjikanku banyak hal."

CRESCENT (MOON) ✔Where stories live. Discover now