22. Hutan Gelap (2)

1.3K 221 4
                                    

22

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

22

"Jadi, jelaskan pada kami bagaimana caranya menyingkirkan ibumu itu. Ini bisa meringankan hukumanmu."

"Aku benar-benar tidak tau. Ibuku ... dia selalu berada di rumah. Tidak pernah pergi sama sekali, kecuali saat itu."

Dejun menghela napas, "Jadi, kau ingin dihukum mati? Banyak yang menginginkan kau mati."

Jeno menggeleng, "Aku tidak bisa meninggalkan Yangyang sendiri." balasnya, dia menunduk. Menatap lantai yang ia duduki.

"Jadi, beritahu kami hal apa yang ibumu lakukan di rumah. Mungkin kau hanya akan diasingkan setelah ini."

Jeno diam. Dia memikirkan apa saja yang ibunya lakukan di rumah.

"Ada satu ruangan yang selalu ibuku masuki. Itu ruangan yang ada di dalam kamar, tapi sangat sulit dimasuki karena ibuku selalu di sana. Aku bahkan tidak boleh masuk. Hanya sampai pintu saja."

"Ruangan lain?"

Jeno mengangguk, "Aku pernah melihat sekilas, di sana aku melihat banyak barang-barang aneh. Atau mungkin pentagram yang digambar di lantai." jelasnya, dia mendongak. Menatap Dejun, "Beritahu Yangyang. Dia tau kapan harus masuk ke dalam kamar. Sebelum fajar, kalian harus keluar dari kamar."

Dejun menatapnya. Dia mengangguk, "Pastikan kau tidak berbohong."

"Aku tidak."

"Setelah Raja bangun, aku akan mencoba berbicara dengannya agar kau diasingkan." Dejun bangkit, dia berjalan menjauh dari sel.

Di gerbang, langkah Dejun terhenti saat melihat keributan para penjaga. Dejun mendekat.

"Ada apa?"

Tiga orang ksatria yang berdiri di depan Dejun langsung menoleh.

"Ah itu..."

Dejun mengernyit, dia menerobos masuk. Kedua kelopak matanya mengerjap pelan melihat seorang pelayan wanita dengan bergulat dengan seorang ksatria.

"Dasar cabul! Apa kau tidak malu mengintip dipemandian pelayan?!"

Dejun mengernyit, dia bertanya pada seseorang yang berdiri di sebelahnya. "Siapa wanita itu?"

"Ah! Dia Ningning, pelayan yang bertugas di dapur."

Dejun mengangguk, "Apa dia..." Dejun membulat.

Ningning memukulkan wajan gagang satu ke kepala ksatria yang ia pergoki mengintim di pemandian.

Suara benda logam yang menghantam kepala terdengar keras. Semua orang terdiam. Sedangkan si pelaku tampak biasa saja, dia malah menarik lengan bajunya.

"Dasar bajingan!"

Dejun menganga, melihat seorang wanita yang dengan santainya memukul seorang ksatria dengan wajan.

"Apa kalian lihat-lihat?!" tanya Ningning sinis.

CRESCENT (MOON) ✔Where stories live. Discover now