17. Tanda (2)

1.5K 229 4
                                    

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17

Suara rantai yang bergesekan dengan lantai terdengar, disusul oleh geraman pelan serigala. Lehernya terluka karena memaksakan dirinya agar bisa melepas rantai yang membelenggu lehernya.

Serigala itu, Syven. Dia awalnya tidak mengerti kenapa tiba-tiba lehernya terikat rantai. Ada jeruji besi yang mengurung tubuhnya. Syven mendengar Mark yang memanggil namanya, namun pria itu tidak bisa mendengar suaranya.

Syven jatuh terduduk. Perut dan dadanya bergerak naik turun cepat. Dia lelah, lehernya pun terluka. Bercak darah menghiasi bulu di sekitar rantai yang mengikat lehernya.

Kedua telinganya bergerak turun, Syven ingin menyerah. Apalagi tubuhnya terasa sangat sakit, seperti tertusuk banyak jarum. Tapi tidak ada yang menyerangnya, dia sendirian di sel gelap ini.

"Apa yang dilakukan si brengsek itu pada Mark?" Syven menggerutu. Dia kembali berdiri, tenaganya hanya tersisa sedikit. Tapi Syven tidak ingin hanya diam, dia takut terjadi sesuatu pada Mark.

Sekali lagi, Syven melangkah menjauh sampai rantai itu tegang. Syven tidak menyerah walaupun lehernya terasa tercekik. Tembok asal rantai itu pun sudah retak, namun rantai tidak kunjung putus.

Syven jatuh terduduk. Seluruh tubuhnya terasa bergetar. Serigala Alpha itu hanya berharap, Mark bisa mengendalikan dirinya.

♥ ♥

Cahaya matahari pagi terasa hangat. Jaemin dan Yara berada di salah satu penginapan yang memang sengaja dibuat karena banyak pengunjung dari wilayah lain ingin membeli sesuatu di Wolfgrove. Apalagi wilayah ini berbatasan langsung dengan bangsa peri.

Jadi tempat persinggahan sementara.

Dalam sekejap, kedatangan Jaemin dan Yara menjadi buah bibir di Wolfgrove. Mereka terus membicarakan keduanya, apalagi kabar Jaemin adalah mate Mark sangat cepat menyebar dari mulut ke mulut.

Sebelum memulai pekerjaan, keduanya sarapan lebih dulu. Mereka pergi ke sebuah restoran sederhana, memesan makanan ala kadarnya. Dan Yara baru merasakan makanan seperti ini.

Terbiasa makan makanan mewah dan jarang pergi ke pusat kota, membuat Yara sangat jarang menyicipi makanan yang dijual.

"Nasi dan telur ayam?" Yara memegang sendok dan garpunya, menatap menu sarapannya pagi ini. "Tidak ada daging, Mama?"

"Tidak ada, Yara. Ini hanya untuk sementara, lagi pula rasanya tidak buruk. Yara akan suka."

Yara menatap Jaemin yang mendorong makanannya tepat ke depan Yara. Memberi kode agar Yara memakannya. Nasinya bukan nasi putih, tapi sedikit coklat atau kuning.

"Nasi goreng dan telur ceplok. Yara pasti suka."

Ya sudahlah. Dari pada tidak sarapan, lebih baik Yara segera memakannya. Apalagi Jaemin juga memakannya dengan santai. Dejun tidak jauh berbeda, dia bahkan tidak mengatakan apapun. Hanya menikmati sarapannya saja.

CRESCENT (MOON) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang