1. -Anindira Wijaya-

21 7 0
                                    

Rutinitas pagi seorang Anindira Wijaya di sekolah bukanlah belajar ataupun jajan di kantin, melainkan menagih uang kas di kelas dengan mulut tajamnya.

"Hey Soni! Uang kas minggu ini mana? Kemarin katanya hari ini, buruan bayar!" Ucap Dira pada Soni yang baru saja meletakkan tasnya di kursi.

"Hutang lagi deh Dir, hehe" Ujar Soni.

"Besok harus udah lo bayar!" Ucap Dira penuh penekanan.

"Tapi kan minggu depan bisa Dir, Dir, Dira!" Teriak Soni saat Dira melenggang pergi mencari mangsa lain.

"Uang kas minggu ini" Ucap Dira santai pada cewek-cewek caper di kelas.

"Nih" Ucap salah satu cewek menyerahkan uang selembar dua ribu rupiah.

"Kok dua ribu doang?" Protes Dira.

"Kan bisa besok Dir, lagian buru-buru kumpulin uang kas buat apa sih, kayak penting aja" Ucap Ayu ketua geng pencari perhatian di kelas.

"Ini cewek resek banget sih, bedak sama lipstick dipakek tiap hari tapi seminggu sekali cuman ngumpul uang kas dua rebu doang, cihh" Batin Dira.

"Oke.Kalian?" Tanya Dira pada anggota-anggota Ayu.

"Besok ya Dir" Ucap mereka serempak.

"Besok lagi, besok lagi"

Dira hanya menunjukkan senyum terpaksanya sambil mengangguk. Dira melenggang pergi ke luar kelas mencari komplotan lainnya yang belum membayar.

*

Kini Dira berada di kantin mencari teman sekelasnya yang belum membayar uang kas.

Saat matanya tertuju pada Bayu, Bagas, Rian, dan Marco, mereka langsung kabur dan menghilang dari pandangan Dira.

"Kebiasaan" Ucap Dira lalu memilih membeli sarapan sebelum bel masuk berbunyi.

"Dira!"

Baru saja Dira ingin menyuapi roti ke mulutnya tapi diurungkan sebab Lily sahabatnya, mengagetkannya.

"Kenapa sih Li, gue mau makan ni roti malah gak jadi gara-gara lo" Ujar Dira.

"Lah, ni roti lo beli pakek uang kas ya?" Tanya Lily menuduh.

"Astaga Li, seorang anak Angga Wijaya beli roti pakai uang kas? Dih! Gak guna kelesss" Ucap Dira membanggakan nama ayahnya pagi-pagi. Uhhh pasti ayahnya bangga punya anak seperti Dira.

"Iya juga ya, lo anak tambang mana mungkin pakai uang kas" Ya, anak tambang adalah sebutan dari Lily untuk Dira.

"Lo kan anak tambang yang cantik, baik hati, suka menolong, rajin menabung... " Lily sengaja menggantungkan ucapannya, Dira hanya menunggu.

"Mau berapa lo?" Ucap Dira galak.

Dira sudah menduga bahwa Lily akan meminta beberapa peser uangnya. Meminta! Ya secara tidak langsung.

"Terserah lo aja deh Dir, hehe" Ujar Lily malu-malu kucing.

"Nih" Ucap Dira menyerahkan uang selembar sepuluh ribu.

"Ca elahhh, cuman sepuluh rebu doang?" Ujar Lily tidak tau malu.

"Lo mau apa kagak?!" Ucap Dira sedikit ngegas.

"Dikasi hati minta jantung lo" Lanjut Dira hendak memasukkan uang tersebut ke dalam sakunya.

"Mau dong Dir, makasih ya, cantik banget deh lo hari ini" Ucap Lily mengambil uang tersebut dengan senyum tak berdosanya.

Dira membalas senyuman Lily dengan senyum iblisnya.

"Sana gih lo jajan pakai tu uang, kalau gak cukup jangan minta lagi lo" Ujar Dira saat Lily masih tersenyum riang. Kasihan banget tu bibirnya Lily kering.

Lily berbalik badan dan melenggang pergi dengan ekspresi wajahnya langsung datar.

"Pelit banget si anak tambang cuman kasi sepuluh rebu doang" Batin Lily.

Aduhhh Lily udah bilang makasih sih tapi tidak tau berterimakasih sekali ya. Udah dikasi sepuluh ribu malah minta lebih, dasar Lily Cendrawasih si burung.

*

Pulang sekolah, Dira pergi ke Wijaya cafe milik bundanya. Dira sering sekali membantu bunda.

Bunda sengaja tidak banyak mempekerjakan karyawan di kafe. Katanya biar gak banyak kasi gaji, hadeuhh. Hehe bercanda kali.

Kini Dira sedang membantu membereskan gelas serta piring di meja dan tidak lupa mejanya dilap sampai bersih mengkilap.

"Lap, lap, lap, sampai mengkilap, sampai dosa-dosanya ilang ehh" Ucap Dira berhenti sejenak menyadari ucapannya lalu lanjut membersihkan meja tersebut.

"Oke! Sudah bersih mengkilap sesuai keinginan bunda" Ucap Dira berkacak pinggang memperhatikan meja-meja kafe yang baru selesai dilap olehnya.

Bunda hanya mempekerjakan empat karyawan. Kenan si barista dibantu oleh adiknya Kemal, pastry kafe si tante Citra, dan pelayan cantik mbak Nadya.

Mbak Nadya si pelayan cantik ini berasal dari desa. Dira kadang insecure padanya, sebab paras mbak Nadya bak kembang desa.

Bunda hanya mempekerjakan empat karyawannya setiap hari Senin-Jumat, Sabtu dan Minggu kafe tutup. Bunda hanya mempekerjakan mereka karena kafe baru saja berjalan.

Rencananya akan dibuat jadwal jika nantinya memiliki peminat untuk bekerja di Wijaya Cafe. Jika kalian berminat bisa hubungi nomor telepon di bawah ini.

*

.
.
.
.
.

Kamis, 23 Feb 2023

To be continue...

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang