5.-Rapat Kelas-

11 5 1
                                    

Jika kalian menduga bahwa Dira pulang sekolah hari ini akan berkunjung ke perpustakaan lagi hanya untuk menemui cowok itu, kalian salah besar.

Entah keinginan dari mana, Dira tidak ingin lagi ke perpustakaan itu.

Semalam ia memutuskan untuk melupakan saja cowok berhoodie hitam itu.

Mungkin, dia hanya orang luar yang ingin membaca buku saja di perpustakaan tersebut waktu itu.

Mereka bertatapan lama hingga dua kali hanyalah kebetulan.

Dira tidak jatuh cinta, dia hanya suka.

Kini Dira berada di dalam kelas bersama ketua kelas Dimas Anggara, wakilnya Yuda Prakasa Nubuan, Sekretaris Lily Cendrawasih, beserta seksi-seksi kepengurusan lainnya.

Mereka melakukan musyawarah kelas setiap seminggu sekali. Dengan tujuan membahas sistem kerja kelas selama mereka duduk di kelas tersebut.

Kali ini yang dibahas adalah Bagas, murid paling bermasalah di kelas.

"Teman-teman, musyawarah kita hari ini membicarakan tentang Bagas yang udah tigahari alpa gak masuk sekolah. Kira-kira ada yang tau dia ke mana?" Ucap Dimas selaku ketua kelas memulai musyawarah kelas.

"Kalau sakit masa gak ada suratnya" Ujar Lily, sekretaris kelas.

*betewehh Lily adalah sahabat Dira semenjak ia pindah ke kota ini.

"Namanya juga anak berandalan, ya pasti taulah kelakuannya gimana" Ucap Yuda, wakil ketua kelas yang katanya tak berguna. Ya hanya sekedar gelar saja di kelas ini.

"Eh, jangan ngomong gitu. Berandalan kayak gitu hatinya baik"

"Dia pernah tolongin gue waktu dicegat perampok di jalanan" Ujar Dira mengingat kebaikan Bagas.

"Hm... Tapi cuman sekali doang kan Dir" Ujar Yuda.

"Aku yang setiap hari diambil buku PR sama Bagas bilek" Ujar Moana, seksi kebersihan kelas.

"Kasihan" Ujar Dira.

"Dia minta jawaban ke lo pasti karena Bagas suka sama lo yaa" Ucap Mira, seksi olahraga.

"Eh! Sembarangan ya kamu Mir, siapa juga yang suka sama cowok kayak gitu" Ujar Moana.

"Biasa aja kali An" Ucap Mira.

Dimas hanya menyimak, mendengarkan teman-temannya berbicara.

Dimas orangnya memang dingin, apalagi dia ketua kelas, selalu tegas kepada kami.

Dimas pun melanjutkan musyawarah ini, menyela pembicaraan mereka agar bisa cepat selesai teratasi.

"Atau setelah ini kita ke rumahnya aja, bareng-bareng kita semua, gimana?" Tanya Dimas menyuarakan idenya.

"Boleh tuh, gue tau rumahnya dimana" Ujar Soni, seksi keamanan kelas.

"Bagus. Yang lain? Gimana?" Tanya Dimas lagi.

Semua menggangguk.

"Gue sih mau-mau aja asal mampir beli es potong mang Jajang samping sekolah" Jawab Yuda yang kerjaannya hanya makan saja.

"Ide bagus! Kita pakai uang kas kelas kan Dir" Ujar Soni.

Ucapan Soni dibalas tatapan tajam Dira.

"Hehe, bercanda kok Dir" Ucap Soni takut melihat tatapan tajam dari seorang Dira.

"Pakai uang aku aja, hari ini aku traktir deh jajan es potong mang Jajang" Ucap Moana, anak dermawan di kelas. Lope lope deh buat Moana.

"Setuju!" Ujar Tirta, seksi upacara kelas yang baru saja datang setelah dipanggil buk Ina ke ruang BK.

"Lo dari mana aja Tir? Datang-datang bilang setuju" Tanya Dimas.

"Gue abis dari ruang BK Dim, dikasi buk Ina surat pemberitahuan buat Bagas" Jawab Tirta.

"Nah! Baru aja kami mau ke rumah Bagas, tapi kita beli es potong dulu dong mumpung ditraktir Moana nihh" Ujar Soni.

"Gasss"

*

Kini mereka tiba di rumah Bagas.

Bagas tinggal bersama ayah dan adiknya yang sekarang duduk di bangku 5 SD.

Ibunya meninggal dua tahun lalu. Ayahnya bekerja sebagai buruh pabrik. Jadi rumah ini kelihatan sepi.

"Bagas! Bagas!" Teriak Dira dari luar rumah.

"Kagak sopan banget lo nenek sihir! Ketuk pintunya terus bilang assalamu'alaikum" Ujar Soni.

"Gue Kristen Son" Ucap Dira datar.

"Duh... Lupa gue hehe" Kekeh Soni.

"Gue aja yang ketuk" Ucap Dimas mengetuk pintu rumah Bagas.

Tok! Tok! Tok! 

"Assalamu'alaikum, Bagas!"

Sekian detik tak ada yang keluar membukakan pintu.

Dimas mencoba mengetuk lagi tapi tetap saja pintu rumah Bagas tak terbukakan.

"Lagi pada di luar kali" Ujar Lily.

"Iya. Gak mungkin dong kita nunggu di sini sampai sore" Ucap Mira yang tampak kehausan sebab saat ditawarin es potong ia malah menolak.

"Kalau besok dia belum juga masuk sekolah, besok kita ke sini lagi" Ucap Dimas.

"Suratnya kita taruh di sini aja" Ucap Dimas meletakkan surat pemberitahuan dari buk Ina di bangku santai teras Bagas.

"Oke kalau gitu, gue balik dulu. Yok Tir, kita nongkrong di kafe dulu" Ucap Soni pada Tirta.

"Gasss" Jawab Tirta.

"Itu supirku udah nunggu, aku duluan yaa" Ujar Moana berlari ke arah mobilnya yang telah diklakson oleh supirnya.

Mereka semua pulang dengan membawa kendaraan. Tadi ia berbonceng tiga dengan Mira dan Lily ke rumah Bagas.

Ya tidak mungkin mereka jadi cabe-cabean lagi pulang ini.

"Lo sama gue aja ya Dir" Ucap Dimas.

"Eh, gak usah Dim, gue pakai ojek online aja" Jawab Dira menolak.

"Gak apa-apa sama gue aja" Ujar Dimas lagi.

"Iya Dir, sama Dimas aja. Gak mungkin kita bonceng tiga lagi" Ucap Lily.

"Iya Dir, malu tau kayak cabe-cabean. Lagipula ban motor gue entar kempes lo duduk paling belakang" Ujar Mira mengundang amarah Dira.

"Emangnya gue seberat itu? Gak segitu juga kali Mir!" Ucap Dira dibuat kesal oleh Mira.

"Makanya lebih baik lo sama Dimas" Ujar Mira.

Dira terdiam sejenak.

"Gue sama lo aja deh Dim" Ucap Dira akhirnya menerima tawaran Dimas.

"Nahh gitu dong dari tadi" Ucap Lily yang malah puas sendiri.

"Akhirnya gue bisa comblangin lo sama Dimas" Batin Lily.

What the helll!! Author setuju nih sama ide Lily. Lope lope buat Lilyyy.

*

.
.
.
.
.

Rabu, 15 Maret 2023

To be continue...

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang