18. -Kenyataannya-

3 2 0
                                    

Dira kini duduk di tribun lapangan basket menonton Nathan yang sedang berlatih untuk pertandingan basket minggu depan.

Dira sangat terpesona dengan kehebatan Nathan bermain basket.

Terlihat Nathan yang sering mencetak skor. Ya, Nathan kali ini menjadi kaptennya. Nathan berusaha mungkin bersama timnya untuk menang di pertandingan nanti.

Saat Nathan mencetak skor, dia menoleh ke arah Dira. Dira lantas tersenyum pada Nathan dengan senyuman khasnya, senyum pepsodent.

Nathan lalu menyuruh teman-temannya beristirahat.

"Good gayss, kita istirahat dulu lima belas menit, nanti kita lanjut lagi" Ujar Nathan.

"Oke Nat!" Ucap mereka serempak.

Nathan pun menghampiri Dira yang sudah di pinggir lapangan dengan sebotol air minum di tangannya.

"Ini kak minum dulu" Ucap Dira mengulurkan air minum tersebut pada Nathan.

"Thanks Dir" Ujar Nathan lalu meneguknya hingga setengah.

"Kakak hebat banget deh, apalagi pas masukin bolanya ke ring" Ucap Dira yang kagum pada keahlian Nathan. Dira makin suka nih pasti.

"Santai aja, lo bisa main basket?" Tanya Nathan.

Dira pun menggelengkan kepalanya. Mana bisa Dira bermain basket, dia hanya bisa bermain boneka di kamarnya.

"Nanti gue ajarin lo" Ujar Nathan.

"Beneran kak?!" Ujar Dira antusias.

"Iya, mau kan?" Tanya Nathan.

"Mau!" Ujar Dira senang bisa diajarkan Nathan bermain basket.

"Eh, siapa Nat? Pacar lo?" Tanya Gani teman tim basket Nathan.

"Bukan, teman gue, sengaja gue ajakin tadi katanya mau lihatin kita latihan"

"Ohhh, udah lima belas menit nih, lanjut yuk" Ujar Gani.

Nathan mengangguk lalu kembali berlatih bersama teman-temannya.

Apa? Teman? Apa ini jawaban atas pertanyaan Dira yang selama ini bersarang dalam pikirannya?

"Gue rasa, gue sudah menemukan jawabannya"

_____---_____

Dira pulang duluan meninggalkan Nathan yang masih berlatih.

Dira sudah mengirimkan pesan bahwa ia pulang duluan dan membual bahwa ia harus pulang karena disuruh oleh bundanya. Padahal dia hanya ingin sendiri menerima kenyataan bahwa Nathan hanya menganggapnya sebagai teman.

Dira sekarang ada di taman, duduk sendiri.

"Dia cuman anggap lo teman Dir"

"Kenapa lo malah jatuh cinta sama dia??"

"Lo bodoh Dir, bodoh udah berharap kalau dia juga suka sama lo"

"Kenyataannya, dia cuman anggap lo teman, teman? Lo cuman teman dia Dir!"

Ucap Dira berbicara sendiri sambil menunduk sedih, pedih rasa hatinya menerima kenyataan bahwa dia tak bisa berharap lagi.

Teman, hanya teman, tak lebih dari itu.

Susah ya kalau udah suka dan cinta sama teman cowok kita yang ternyata gak ada sama sekali perasaan ke kita.

Turut sedih buat Dira :(

"Dira!"

Ada yang memanggilnya. Dira pun menoleh ke sumber suara tersebut

"Lo ngapain sendirian di sini Dir?" Yang bertanya adalah Lily. Lily dengan sepeda barunya.

"Lo punya sepeda? Tumben" Ujar Dira.

"Kan setiap sore Rehan suka sepedaan di sini, ya gue ikut juga dong"

"Nih gue udah beli sepeda baru" Ucap Lily sedikit memamerkan sepedanya.

"Cuman gara-gara itu lo beli ni sepeda?" Tanya Dira heran dengan tingkah sahabatnya.

"Iya dong! Lo mau minjam? Dengan senang hati gue pinjemin, kapanpun juga boleh asal aja biaya sewanya" Ujar Lily yang ternyata ada maunya.

"Enggak ah Li" Ucap Dira.

"Bercanda kok Dir, kalau lo mau pinjam boleh kok" Ujar Lily.

"Bukan masalah uangnya, gue mah tajir" Ucap Dira menyombongkan diri.

"Iya deh si anak tambang" Ujar Lily.

"Gue gak bisa pakai sepeda" Ucap Dira.

"Hah? Gak bisa?! Astaga Dira! Jaman sekarang gak bisa naik sepeda, apa yang lo bisa? Naik keledai?" Ujar Lily mengolok.

"Gue trauma pernah jatuh waktu belajar sepeda kelas II SD" Ucap Dira.

Lagi dan lagi trauma masa kecil Dira membuat dirinya sekarang tak ingin lagi melakukannya.

"Ya gue bisa boncengin sih, jangan sedih gitu deh Dir" Ujar Lily melihat raut wajah Dira yang tak terlihat ceria sepertinya biasanya.

"Lo gak kayak biasanya Dir, biasa kan lo selalu ceria, dengan senyum lo itu"

"Lihat gue, selalu ceria, sepedaan buntutin kak Rehan eh dianya malah jemput pacarnya" Ucap Lily kesal sendiri.

"Sebaiknya lo menjauh dari kak Rehan, dia udah ada pacar Li" Ucap Dira.

"Mana gue mau! Sebelum janur kuning melengkung, gue bakalan kejar dia sampai jadi milik gue" Ucap Lily tetap dengan prinsip cintanya.

"Jangan Li, percuma, dia gak ada rasa kan sama lo karena dia udah pacarnya" Ujar Dira.

"Kalau mereka putuslah baru ada peluang buat gue jadi pacarnya kak Rehan" Ucap Lily tetap kekeh pada perkataannya.

"Sebelum lo menyesal kayak gue Li" Ucap Dira sendu.

"Kenapa Dir?" Kini Lily ikut duduk di samping Dira.

"Ternyata kak Nathan hanya menganggap gue sebagai temannya" Ujar Dira berusaha tabah, tak ingin menangis, Dira memang cengeng namun sekarang Dira tak boleh menangis, Dira sudah besar kan.

"Lo yakin Dir?" Tanya Lily tak percaya.

Dira mengangguk "Dia yang ngomong sendiri"

"Hah?! Seriusan??"

Dira kembali mengangguk.

"Tadi dia ditanya sama temannya gue ini pacarnya dia atau bukan, ya kak Nathan jawab bukan, cuman teman katanya"

"Teman Li! Teman! Dia cuman menganggap gue hanya sekedar teman" Ucap Dira.

"Ya kan emang benar lo teman dia" Ujar Lily.

"Tapi gue maunya lebih dari itu Li" Ucap Dira menundukkan kepalanya.

"Sabar Dir, selagi dia belum ada pacar, lo aman"

"Lo kejar dia sampai dapat, kayak gue, ya walaupun belum dapat sekarang, tapi gue yakin suatu saat nanti kak Rehan akan menjadi milik gue"

"Lo juga harus yakin Dir, Nathan bakalan jatuh cinta sama lo" Ucap Lily membuat semangat Dira muncul kembali.

Dira mengangkat kepalanya menatap Lily dengan senyuman kecilnya walaupun kelihatan gak tulus ya.

Dira memeluk Lily sambil berkata "Thanks Li udah menyakinkan gue buat gak putus asa"

"Iya Dir, kita sama-sama berjuang ya!"

.
.
.
.
.

Selasa, 16 Mei 2023

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang