24. -Hari Tanpa Lily-

7 2 0
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Sudah larut malam, namun Dira belum tidur.

Dira masih saja di depan laptopnya, melihat foto-foto dan video dia bersama Lily.

Memutar memori mereka ketika Dira baru saja pindah di kota ini.

"Woi Dir! Muka gue jadi kek badut ini"

"Biarin! Lo duluan yang colekin muka gue pakai kue"

"Tapi balas dendamnya gak kayak gini jugalah Dir, berminyak semua entar nih muka gue"

"Bagus donggg biar seketika glowing!"

Dira tersenyum mengingat kenangan ulang tahunnya, delapan bulan yang lalu. Ketika ia baru saja berteman dekat dengan Lily saat dirinya pindah di kota itu.

Waktu itu saat masa orientasi sekolah, Dira belum memiliki satu pun teman.

Tidak ada yang ia kenali di SMA Pelita Jaya ini.

Hingga pada akhirnya, Lily datang menghampirinya membawa roti untuk sarapan pagi sebelum upacara.

Lily mengatakan bahwa ia tidak bisa menghabiskan roti sebanyak itu yang dibuat oleh ibunya. Lily juga merasa kasihan karena dari tadi Dira hanya diam saja di kelas.

Itulah awal pertemuan Dira dan Lily yang berteman sampai Dira menganggap Lily adalah saudaranya.

Mereka selalu bersama suka maupun duka, senang sedih mereka saling ada untuk melengkapi.

Dira menggeser video itu lalu melihat foto boneka beruang yang dipegangnya.

Boneka beruang besar itu adalah hadiah ulang tahun pemberian Lily.

Mereka berdua tampak memeluk boneka beruang tersebut dengan bahagia.

Dira tersenyum hangat menatap foto dirinya bersama Lily.

Kapan Dira akan melihat senyum itu lagi di wajah Lily?

_____---_____

"Dira!"

"Kenapa Dim?" Tanya Dira melihat Dimas berlari kearahnya yang baru saja melewati gerbang sekolah.

"Langsung pulang?" Tanya Dimas.

"Iya"

"Mau belajar bareng gak buat ulangan minggu depan?"

Ya, sebentar lagi mereka akan ulangan kenaikan kelas.

Tapi, ada apa Dimas tiba-tiba ingin belajar bersama dengannya??

"Berdua aja?"

"Iya, boleh gak? Nanti bisa belajar di rumah gue"

Dira diam saja tidak menjawab. Dira sangat berprasangka buruk karena ia merasa bahwa Dimas masih suka padanya dan ingin membuat Dira menyukainya juga.

"Sorry Dimas, gue gak bisa"

"Kenapa?"

"Soalnya gue harus bantu bunda di Kafe hari ini"

"Oh iya, gak apa-apa" Dimas tampak kecewa dengan jawaban Dira.

"Hmm kalau gitu gue duluan ya Dir" Dira mengangguk lalu Dimas pun menuju parkiran sekolah.

Dira merasa tidak nyaman karena menolak belajar bersama Dimas.

_____---_____

Dira tidak berbohong jika ia menolak tawaran Dimas untuk belajar bersama dirinya karena ia beralasan membantu bunda di Kafe.

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang