20. -Tentang Lily-

3 3 0
                                    

"Pasti lo dingin juga disini, lo pakai dress selutut gini" Ujar Dimas.

Dira tersenyum tipis dan melihat pakaiannya.

"Tau gitu gue gak pakai dress ini, AC di sini dingin"

_____---_____

Dimas mengantarkan Dira pulang ke rumahnya, karna hampir pukul sembilan malam, Dimas tentu tak akan membiarkan Dira pulang sendiri menggunakan taxi.

"Astaga Dira! pulang-pulang rambutnya kok kusut gitu" Ujar bunda Kirana melihat kondisi Dira yang berantakan.

Dira datang dengan pita dibajunya yang sudah miring, rambutnya kusut, raut wajahnya pun ikut kusut.

"Bunda udah dengar kabarnya om Galih?" Tanya Dira.

"Belum, emangnya kenapa?" Bingung bunda.

"Om Galih kecelakaan bun, sekarang om Galih di rumah sakit, dia koma" Ucap Dira.

"Kok bisa?!"

"Kurang tau bun, Lily gak mau cerita sama Dira, dia benar-benar terpuruk banget, mamanya malah gak ada di rumah sakit, aneh banget" Ujar Dira.

Bunda hanya mengangguk.

"Besok kita temui Lily ya"

_____---_____

"Dimas!" Teriak Dira melihat Dimas keluar dari ruang guru.

"Iya Dir, kenapa?" Tanya Dimas.

"Gue mau nanya"

"Tentang Lily?" Tebak Dimas.

"Iya"

"Ikut gue ke kantin" Ucap Dimas memegang tangan Dira, membawanya ke kantin.

"Lo pucat banget, lo belum makan?" Tanya Dimas.

Dira menggeleng lemah.

"Gue gak selera makan hari ini, gue khawatir banget sama Lily"

"Dia gak masuk hari ini, ponselnya juga gak aktif" Ucap Dira lesu.

Dira sangat memikirkan keadaan Lily yang kemarin tak hentinya menangis dipelukannya.

"Lo harus makan Dir" Ucap Dimas.

Dira hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sungguh tidak berselera untuk makan.

"Bentar"

Dimas melenggang pergi dan kembali membawakan nasi goreng yang diatasnya ada telur mata sapi dan segelas es teh.

Dimas meletakkannya di atas meja.

"Makan ya Dir" Ucap Dimas.

Dira sebenarnya tidak ingin makan, namun ini adalah nasi goreng dengan telur mata sapi kesukaannya yang dulu sering dibuatkan oleh almarhum neneknya.

"Kalau lo gak makan, gue gak akan ceritain yang terjadi semalam" Ucap Dimas membujuk Dira.

Dira pun akhirnya memakan nasi goreng yang sudah dibelikan Dimas. Dimas lega akhirnya Dira mau makan.

"Om Galih kecelakaan gara-gara ngejar mobil tante Salma, Dir"

Ucapan Dimas membuat Dira berhenti makan.

"Tante Salma kepergok berduaan sama selingkuhannya di bar, om Galih waktu itu emang sedikit mabuk, jadi pas ngeliat tante Salma kabur sama selingkuhannya, om Galih pun ngejar mobilnya tante Salma"

"Karna kondisi om Galih lagi mabuk, dan gak fokus nyetirin mobil, mobilnya terhempas gara-gara truk yang lewat dari arah tikungan"

"Jadi semua ini karna tante Salma?"

"Kenapa semalam kata Robin, tante Salma marah-marah dirumahnya?" Tanya Dira.

"Gue belum tau juga Dir, semalam gue udah tanya Robin tapi pesan gue belum dibalasnya" Jawab Dimas.

"Gue gak nyangka sama tante Salma, kasihan Lily" Dira kembali sedih dan khawatir tentang Lily.

"Tenang aja Dir, Lily pasti baik-baik aja kok" Ucap Dimas menepuk pelan kepala Dira.

"Iya Dim, Lily pasti baik-baik aja"

_____---_____

Dira pulang dengan wajah masamnya.

Biasanya pulang sekolah dia, Lily memintanya untuk mentraktir es potong mang Jajang. Sekarang sekolah terasa sepi tanpa tawa Lily lagi.

Dira berniat untuk ke rumah Lily sepulang sekolah, tanpa pulang dulu ke rumahnya ataupun ke kafe.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi! Lily!"

Tak ada yang membukakan pintu setelah Dira mengetuk pintu.

Sekali lagi Dira pun mengetuk pintu rumah Lily.

Tok! Tok! Tok!

"Rumahnya sepi banget, mungkin gak ada orang di rumah" Ucap Dira menatap pintu dengan hampa.

Dira memutuskan untuk pulang dengan perasaan penuh sia-sia. Ia makin khawatir pada Lily.

_____---_____

"Lily kayaknya di rumah sakit temenin papanya, apa gue ke sana aja ya?" Tanya Dira sendiri saat makan es krim di Wijaya Cafe.

Saat Dira melamun memikirkan Lily, di seberang sana tampak Nathan yang memarkirkan motornya di perpustakaan itu.

Tapi, Nathan bersama siapa? Siapa yang ia bonceng?

Saat mereka turun, dan melepaskan helm, terlihat gadis menguraikan rambut panjangnya.

Gadis itu terlihat membelakangi, hingga membuat Dira penasaran siapa gadis itu.

"Kayak kenal" Ucap Dira menunggu gadis itu sedikit menoleh.

"Mbak Nadya?!"

Betul-betul mengejutkan, saat ia menoleh, itu adalah Nadya, karyawan di Wijaya Cafe.

Mereka masuk ke perpustakaan itu bersamaan.

Dira merasa tak percaya itu Nadya. Dira pun bertanya pada bunda Kirana.

"Bunda"

"Kenapa Dir?" Tanya bunda yang sedang menghitung uang.

"Mbak Nadya hari ini sift sore sampai malam kan?" Tanya Dira pada bunda.

"Iya, emangnya kenapa?" Bingung bunda.

"Kok mbak Nadya belum datang? Kan jam empat sore"

"Oh iya bunda lupa, hari ini Nadya izin, gantinya itu Siska" Ucap bunda menunjuk ke arah Siska yang sedang melayani pelanggan.

Siska adalah karyawan baru di Wijaya Cafe. Dia anak magang yang bekerja di sini untuk beberapa bulan, untuk menambah biaya masuk kuliahnya.

Dira makin yakin bahwa yang dilihatnya tadi tidak salah. Nadya memang benar izin, tetapi izinnya bersama Nathan. Ada apa ini??

_____---_____

~Anindira Wijaya
Hai kak
Apa kabar?

Sudah dua hari ini Dira tidak berkirim pesan dengan Nathan. Yang biasanya Dira berangkat sekolah bersama dengan Nathan, hari ini tidak.

Biasanya juga Nathan mengajak Dira makan bersama di kantin.

Tapi hari ini berbeda. Semua jadi berbeda.

Nathan bahkan sama sekali tak muncul dihadapannya. Dimana dia?

Mengapa dia ikut-ikutan menghilang seperti Lily??

.

.
.
.
.

Kamis, 18 Mei 2023

LibraryWhere stories live. Discover now