4. -Cowok itu-

9 7 0
                                    

Dira masih saja memikirkan cowok berhoodie hitam itu.

Bak telah dimantra, Dira tersihir pada cowok itu. Dijampi-jampi kali yekk.

Hari ini Dira memutuskan untuk pergi ke perpustakaan tersebut saat pulang sekolah.

Dia tak mampir dulu ke kafe namun langsung saja ke perpustakaan hanya untuk bertemu dengan cowok itu lagi.

Dengan seragam yang masih melekat ditubuhnya, menggendong tas berwarna biru langit tampak gantungan kunci boneka kelinci kecil, bergoyang-goyang searah gerakan langkah kaki Dira.

Tujuan Dira sudah dipastikan, yaps betul sekali! Dira mencari cowok itu dengan senyum lebarnya.

Sudah dua kali dia berkeliling dari rak ke rak tapi ya hasilnya nihil, tak ada terlihat cowok itu.

Di rak novel juga tidak ada.

"Dia dimana ya?" Tanya Dira dengan sendirinya.

"Apa gue harus mutar sekali lagi? Kan harus usaha Dir!" Ujar Dira menyemangati dirinya sendiri.

Tiba-tiba dia melihat cowok berhoodie hitam dari arah kejauhan.

Dia dengan langkah pasti mendekati cowok itu. Dan ya...

Cowok hoodie hitam ini berbalik dan tentu saja bukan cowok yang dimaksudkan Dira.

Cowok ini berkumis dan kelihatan seram sebab ia bertindik.

"Bukan dia" Ucap Dira hilang semangat.

"Mungkin dia belum datang" Ucap Dira duduk di salah satu bangku kosong.

Dira dengan percaya dirinya menunggu cowok itu meski tak pasti ia akan datang ke sini lagi.

Dira tetap akan menunggu sampai cowok berhoodie hitam itu datang.

Dira mulai bosan dan mengambil salah satu buku walaupun sekarang ia tak berniat membaca.

Buku yang ia baca sangatlah lucu. Sebab buku mengenal bahasa Inggris dengan berbagai macam hewan di dalamnya. Dira serasa kembali ke masa kanak-kanaknya.

"Ini saudara kamu Luli" Ucap Dira menoleh pada gantungan kunci kelinci tersebut menunjuk pada buku yang bergambar kelinci.

"Dia di mana ya?" Dira tampak lelah menunggu.

Dira sekali lagi memastikan bahwa cowok itu berada di sini. Namun, seperti yang kita ketahui cowok itu sama sekali tak ada di sini.

Dira akhirnya pulang, lebih tepatnya ke kafe.

*

"Kok tumben banget telat Dir?" Ucap bunda melihat Dira duduk di meja yang baru saja ditinggalkan pelanggan yang ingin pulang.

"Dira ke perpus dulu tadi" Jawab Dira.

"Perpus depan?!" Ujar bunda kaget.

"Iya"

"Dira sekarang hobi baca buku ya, senang banget bunda" Ujar bundanya.

"Dira nungguin orang bukan baca buku" Ucap Dira.

Bunda makin heran saja. Tak biasa-biasanya Dira tak bersemangat seperti ini. Bahkan anehnya, Dira menunggu orang di perpustakaan yang berada di depan. Ada apa dengan Dira?

Bunda hanya menatap Dira saja sambil menunggu Dira mau berbicara apa yang sebenarnya terjadi padanya hingga tak bersemangat seperti ini.

Dira orangnya sangat bersemangat, selalu nampak bahagia. Apalagi senyumannya dengan pipi chubby, gigi kelinci yang nampak saat ia tersenyum lebar. Lihat saja jika Dira tertawa lepas, orang disekitarnya pasti ikut merasa bahagia.

"Gini bun..." Ucap Dira mulai berbicara.

Bunda merasa lega dan siap mendengarkan cerita anak kesayangannya ini.

"Kemarin waktu bunda saranin Dira baca buku di perpustakaan depan, Dira gak sengaja dua kali tatapan mata sama cowok ganteng pakai hoodie hitam"

"Dira gugup banget ditatap sama dia, akhirnya Dira cepat-cepat kembali ke kafe"

"Dira nyadar kalau Dira lagi jatuh cinta, soalnya Dira selalu mikirin dia terus"

Cerita Dira sepenuhnya. Bunda menyimak lalu mulai berbicara.

"Kamu kok tau kalau lagi jatuh cinta?" Tanya bunda.

"Dari drama-drama Korea bun suka gitu" Jawab Dira dengan polosnya.

"Bukan jatuh cinta kali, mungkin suka doang, kan kamu gak pernah cerita suka sama cowok" Ujar bunda.

"Siapa bilang? Dira pernah suka sama seseorang waktu kelas 7 SMP" Ujar Dira malah ditertawai oleh bundanya.

"Katanya gak pernah suka sama cowok, apa jangan-jangan yang kamu suka waktu SMP itu banci" Ucap bunda lalu tertawa.

Dira tersenyum datar, garing banget ya bunnn.

"Itu gara-gara dia kasi Dira bunga bun" Ujar Dira menghentikan tawa bundanya.

"Bunga mawar itu ya? Kan kamu kasi bunda gara-gara gak suka bunga mawar yang berduri, kamu sukanya bunga lily biru kan" Ujar bunda.

Dira menggangguk.

"Dia ngasinya di depan teman-teman Dira waktu itu, nekat banget kan bun" Ujar Dira, bunda lalu mengangguk-angguk.

"Tapi semenjak dia lulus sebulan kemudian, Dira gak ada rasa suka lagi sama dia" Ucap Dira.

"Setelah itu gak ada suka sama siapa-siapa lagi?" Tanya bunda.

"Gak ada"

"Jimin?"

"Gak"

"Jungkook?"

"Gak suka"

"Jeno?"

"Gak tertarik"

"Jisung?"

"Astaga mentang-mentang tante Citra suka K-Pop, bunda malah ikutan"

"Mana awalan huruf J semua, bunda carinya yang awalan J ya? Mana Dira gak tau lagi jodoh Dira ini siapa namanya" Ujar Dira.

"Eh! Jodoh-jodoh segala, kamu aja belum tau si cowok hoodie hitam ini jodohnya kamu atau bukan"

"Siapa tau dia jodoh orang makanya tadi gak ada dia di perpustakaan" Ucap bunda yang langsung diterima dengan tatapan kesal Dira.

"Jangan ngomong gitu dong bun! Ucapan adalah doa, nanti dia bukan jodoh Dira gimana?" Ucap Dira dengan nada kesal.

"Ya bukan urusan bunda" Ucap bunda lalu pergi meninggalkan Dira begitu saja.

"Bunda!" Pekik Dira makin kesal pada bundanya.

"Ini tentang jodoh, masa depanku bunda"

"Dira gak mau jomblo terus!"

*

.
.
.
.
.

Senin, 13 Maret 2023

To be continue...

LibraryOù les histoires vivent. Découvrez maintenant