3. -Rak Novel-

17 7 1
                                    

Ada dorongan dari mana Dira menginjakkan kaki di sini.

Kini dia berada di perpustakaan dengan arah tujuan tak tentu.

Ingin membaca tapi tidak ada niat. Ya sebenarnya hari-hari biasa pun tak ada niat untuk membaca, bahkan membuka saja tak berniat.

Akhirnya Dira hanya berjalan santai di perpustakaan dengan tak ada niat sedikitpun mengambil salah satu buku.

Nampak Dira hanya berkeliling dan sekedar melihat-lihat saja.

Saat berada di rak khusus novel, Dira tak sengaja saling bertatapan mata dengan cowok hoodie hitam yang sedang memilih buku.

Entah ada maksud apa, Dira berbalik badan dan kembali ke rak depan.

"Tuhan, ini bukan jodohku kan? Matanya indah sekali ya Tuhan... Tunggu-tunggu, ini jantung bisa diajak kompromi gak sih!" Batin Dira dengan gobloknya terdiam di balik rak.

Dira merasa gugup setelah mata mereka berdua bertemu.

Ia mengambil asal salah satu novel untuk dibaca tapi, tapi kok susah diambil.

Ternyata eh ternyata telah dipegang cowok berhoodie hitam tadi.

Dira tau saat melepaskan buku yang dia ambil asal dan tampak wajah cowok tersebut mengambil novel itu.

Sekali lagi, mata Dira dan mata cowok itu bertemu.

"Oh Tuhan... Apakah ini cinta pertamaku?" Batin Dira masih bertatapan dengan cowok itu. Segera Dira membuang pandangannya.
"Kenapa nih cowok gak pergi-pergi"

Untuk beberapa detik kemudian Dira memutuskan untuk langsung mengambil langkah cepat dan besar keluar perpustakaan.

"Lama-lama gue bisa pingsan di sini"

*

Dira kembali ke kafe dengan langkah terburu-buru sambil sesekali menoleh ke belakang apakah cowok itu mengikutinya atau tidak. Dihh gr banget lo Dir.

Saat sampai di kafe, Dira bernafas lega dan butuh air minum sekarang.

"Cepat banget baliknya Dir?" Tanya bunda sembari menghitung pesanan pelanggan.

Dira tak menghiraukan pertanyaan bundanya, ia meneruskan langkahnya menuju dapur.

"Namanya juga Dira, pasti gak betah di tempat yang banyak buku" Ujar bunda melanjutkan pekerjaannya.

Untuk menghilangkan kegugupannya, Dira mengambil air minum dan meneguknya sampai habis.

Nampak tante Citra berdiri heran melihat Dira.

"Kamu habis lari marathon ya Dir? Kelihatan haus banget kayak orang dehidrasi" Ujar tante Citra.

"Tante tau gak?" Tanya Dira.

"Ya gak tau dong, orang kamu belum kasi tau" Ujar tantenya sedikit kesal.

"Nah sama, Dira juga gak tau hehe" Ucap Dira dan pergi begitu saja.

"Kebiasaan nih si Dira buat orang penasaran aja"

*

Malam ini Dira tak belajar untuk ulangan harian biologi besok.

Ya mau belajar apa enggak tetap saja nilai Dira akan bagus. Namanya juga Dira, paling biasa saja jika ada ulangan.

Jadi, malam ini Dira menghabiskan waktu di meja belajar hanya untuk memikirkan cowok tak dikenalnya saat bertatapan mata dengannya.

"Informasi yang ditemukan cuman cowok berhoodie hitam" Ucap Dira berbicara sendiri sambil mengetuk-ngetuk pulpen di meja belajarnya.

"Namanya siapa ya?"

"Terus instagramnya apa, nomor whatsappnya berapa gue gak tau"

"Dia suka gue gak ya?"

Ya, Dira berbicara sendiri seperti orang gila dan dengan bahasa yang ngelantur membuat dia fokus terus memikirkan cowok itu.

"Apa gue besok ke sana lagi?"

"Gak usah deh, nanti malah lari lagi"

"Tapi kan gue penasaran banget"

Dira terus-menerus mendebatkan apakah ia harus ke perpustakaan itu lagi untuk menemui cowok itu atau biarkan saja ia memendam keinginannya agar ia tak lari lagi seperti orang yang sedang ikut lomba lari.

"Gue gak lagi jatuh cinta kan?"

"Kok gue mikirin dia terus sih!" Dira lalu membenamkan wajahnya di meja belajar.

Tok! Tok! Tok!

Bunyi ketukan dari luar pintu kamar.

"Masuk bun" Ucap Dira masih setia menungkupkan wajahnya.

Bunda Kirana membuka pintu tersebut dan menutupnya kembali.

"Belum tidur Dir?" Tanya bunda.

"Belum bun, Dira belum ngantuk" Ujar Dira lalu mengangkat kepalanya.

"Besok katanya ada ulangan, ada belajar gak?" Tanya bunda kembali.

Dira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak belajar juga nilai kamu bakalan bagus kan Dir" Ujar bundanya yang hanya dibalas anggukan lemah dari Dira.

"Haduhhh ini anak bunda kenapa gak semangat gini" Ujar bundanya lalu duduk di pinggiran kasur.

"Anak muda itu harus selalu semangat, apalagi punya potensi belajar giat, kan bagus" Ucap bunda.

"Orang Dira lagi mikirin cara ketemu dia" Ucap Dira pelan.

"Hah? Dia siapa?" Tanya bunda kaget.

"Eee bukan siapa-siapa kok bun, hehe" Elak Dira.

Pasalnya Dira belum pernah bercerita tentang orang yang disukainya pada bunda. Dira tidak tau bagaimana itu cinta.

Bunda pasti akan tertawa Dira suka pada cowok berhoodie hitam yang menatapnya dengan tatapan datar.

"Hayooo Dira mulai suka-sukaan ya" Ujar bundanya.

"Gak kok bun" Ucap Dira sedikit malu.

"Sekarang kan Dira udah besar, udah SMA juga, wajar dong udah suka-sukaan sama cowok" Ucap bunda.

"Hmmm kalo pacaran boleh gak bun?" Tanya Dira dengan polosnya.

"Dira emangnya ditembak sama cowok?!" Ucap bunda kaget bahwa anaknya yang selalu di rumah bagai burung dalam sangkar bisa menemukan cintanya.

"Belum sih bun" What Dira?! Lo kok berharap banget mau ditembak tu cowok hoodie hitam. Kenal aja kagak, emang aneh bet lo.

Bunda bernafas lega. Untung saja Dira tak berpacaran secara diam-diam hanya karena Kirana tak pernah membahas soal cinta pada anaknya, Dira.

"Boleh-boleh aja sih asal pacarannya secara sehat" Ujar bunda.

Dira tersenyum mendengarnya, akhirnya ia tau bahwa ia boleh berpacaran. Ya tapi lo gak pernah ditembak Dir! Jangan juga berharap ke cowok hoodie hitam tadi.

Siapa tau dia orang luar yang mampir baca buku kan?

*

.
.
.
.
.

Senin, 13 Maret 2023

To be continue...

LibraryWhere stories live. Discover now