11. -Ungkapan Dimas-

3 4 0
                                    

Teman? Mereka sudah berteman?

Batin Dira dalam hati di dalam kelas sendiri. Hari ini dia berangkat pagi agar cepat menagih uang kas minggu ini.

"Mentang-mentang hari ini bayar uang kas, mereka semua pada telat datang" Ucap Dira kesal lalu duduk di kursi Dimas, kursi yang berada disamping meja Dira dan Lily.

Dira mengusir kebosanannya dengan melihat-lihat isi laci Dimas. Yang terdapat beberapa buku dan kertas-kertas.

Dira tertarik dengan sebuah buku diary kecil terselip di buku perpustakaan yang belum dikembalikan.

Dira membuka-buka buku tersebut. Ya, terlihat lancang Dira membaca buku diary milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Daripada penasaran mending cari tau kan.

Dira menemukan sebuah kalimat yang membuatnya sedikit terheran.

Dia terlihat manis ketika marah Teriakan kerasnya membuat aku beralih padanya
Tertawa lepasnya begitu membuatku bahagia
Siapa lagi jika bukan "bidadari kelas"

Why man???

Saat membaca ini, Dira merasa yang dituliskan di buku diary ini berbicara tentangnya.

Siapa yang suka marah di kelas? Siapa yang ketawa lepas gak pakai tutup mulut?

Hanya Dira perempuan di kelas ini yang seperti itu.

Emm teriakan keras itu mungkin saat Dira meneriaki temannya untuk membayar uang kas kelas.

Entah kenapa Dimas menuliskan seperti ini. Jika yang dimaksud ini Dira, kenapa dia??

Dimas suka padanya??

"Pagi Dir"

Dira terkejut sebab yang menyapanya Dimas. Oh my God !!!

"Dim, sorry Dim, gue baca diary lo" Ucap Dira menutup diary Dimas dan meletakkannya di atas meja.

Dimas tak berkata apa-apa. Dia menghampiri Dira.

"Lo udah baca?" Tanya Dimas seolah tau apa yang terjadi.

Dira menggangguk.

"Gue sebenarnya udah lama suka lo Dir, tapi, gue gak berani ungkapin" Ucap Dimas berterus terang.

Dira terdiam. Bagaimana ini??

Apakah setelah ini Dimas akan....

"Lo mau jadi pacar gue?"

Nah kan astaga Tuhanku yang Maha Esa!!!

Bagaimana bisa dia ditembak oleh ketua kelasnya sendiri.

Yang kabarnya Dimas diincar oleh kakak kelas karena ketampanannya.

"Lo mau Dir?" Tanya Dimas lagi.

Dira terdiam. Mengapa keadaan seperti ini harus terjadi padanya.

"Dir?"

"Sorry Dim, gue gak bisa terima" Ucap Dira berhati-hati.

"Udah gue duga"

"Lo ternyata gak ada rasa sama gue, seharusnya gue pendam aja" Ucap Dimas menyesal dan kecewa dengan jawaban Dira.

"Sorry Dim, gue memang gak ada rasa suka ataupun cinta sama lo. Gue hanya menganggap lo sebagai teman, gak lebih" Ucap Dira.

Dira! Berhenti ngomong lagi deh. Kamu gak ngerti perasaan Dimas?? Kata-kata kamu buat dia sakit hati Dir!!!

"Gak apa-apa Dir, pacaran kan butuh dua orang yang saling suka, saling cinta"

"Jadi thanks Dir udah mau jadi teman baik gue" Ucap Dimas membuat Dira sedikit tidak enak hati.

_____---_____

"Lo kok bodoh banget sih Dir! Kenapa lo nolak?!" Ujar Lily di kantin saat Dira selesai menceritakan kejadian tadi pagi.

"Gue kan udah bilang, gue gak ada perasaan sama Dimas" Ujar Dira kehilangan kesabaran karena dia memang tidak suka. Tidak suka dalam arti sebuah perasaan. Anggap saja tidak cinta. Duhh jahat banget sih.

"Kurang apa sih Dimas, Dir?"

"Udah ganteng, pintar lagi" Ucap Lily mendesak Dira.

"Tapi gue gak ada rasa sama dia Li!" Ujar Dira.

"Karena lo suka sama cowok itu kan? Cowok hoodie hitam yang sekarang sekolah di sini?"

"Lo ada rasa sama dia? Dia ada rasa gak sama lo??" Ucap Lily membuat Dira terdiam penuh tanya.

"Terserah lo deh Dir, cinta-cinta lo bukan urusan gue" Ucap Lily muak.

"Cinta ya gak bisa dipaksa Dir"

"Jadi lo mau gimana? Tanya Lily.

"Gimana apanya?" Ucap Dira bingung.

"Gue kira lo suka Dimas ya gue dukung, jadi ni ceritanya suka si cowok itu siapa namanya?"

"Nathan?"

"Nah iya! Ciee Diraaa" Ujar Lily membuat Dira senyum-senyum sendiri.

"Ih, apaan sih, gue juga gak tau dia suka gue apa enggak" Ujar Dira.

"Jadi lo suka Nathan nih? Cieee" Ujar Lily menjadi-jadi.

"Sepertinya iya Li" Ujar Dira.

"Kok sepertinya, itu lho berusaha cari dia di perpus waktu itu apa? Sampai nunggu berhari-hari"

"Itu namanya cinta Dir!" Ucap Lily membuat Dira menegakkan tubuhnya.

"Cinta? Bunda bilang gue cuman suka" Ucap Dira.

"Bunda? Bunda bilang apa?" Tanya Lily bingung.

"Bunda bilang gue bisa jadi hanya sekedar suka doang karena wajar lagi di fase suka-sukaan sama lawan jenis" Ucap Dira.

"Lo bukan hanya suka Dir, tapi cinta"

_____---_____

Sepanjang perjalanan pulang, Dira memikirkan terus ucapan Lily.

Apa benar ia sedang jatuh cinta?

Memangnya jatuh cinta itu seperti apa sih??

Ah sudahlah, Dira tak ingin memikirkan ini lagi.

Tiba-tiba, Dira melihat dari kejauhan tampak Nathan memberikan makanan kepada beberapa anak pengamen di jalanan.

Dira tersenyum melihat itu, Nathan orang baik. Ternyata dia suka berbagi pada yang lebih membutuhkan.

Nathan menyadari Dira sedang memperhatikannya, lalu melambaikan tangan padanya.

Dira lantas membalas lambaian tangan Nathan. Dia lekas menghampiri Nathan.

"Lagi bagiin makanan ya kak?" Tanya Dira pada Nathan.

"Iya, hitung-hitung bersedekah kan" Ujar Nathan.

"Lo baru pulang?" Tanya Nathan.

"Iya kak, rencana sih mau ke kafe dulu" Jawab Dira.

"Mau bareng? Kan searah" Ujar Nathan.

"Boleh"

Dalam hati, Dira sudah bersorak senang. Bagaimana tidak? Dia berjalan beriringan dengan Nathan.

Langkah demi langkah, Dira berhasil menyesuaikan langkah kaki Nathan.

Jika yang berpijak di tanah kaki kiri, Dira juga berusaha menyesuaikan. Begitu juga sebaliknya hingga langkah kaki mereka serempak memijak tanah.

Mereka berdua berjalan kaki di tengah langit yang mendung.

Ya, mendung. Sepertinya akan hujan.

Bukan sepertinya lagi, rintik hujan mulai turun ke bumi. Perlahan, semakin deras.

Nathan dan Dira berlari mencari tempat berteduh.

"Kita neduh di sini aja ya" Ucap Nathan dibalas anggukan Dira.

Mereka berteduh di halte bus.

"Lo dingin?"

.
.
.
.
.

Selasa, 4 April 2023

LibraryOù les histoires vivent. Découvrez maintenant