22. -Dua Butir Kesedihan Dira-

5 2 0
                                    

Pagi hari yang cerah, biasanya disambut oleh senyum khas Dira, senyum Pepsodent.

Namun kini malah sebaliknya, Dira bangun tapi tidak di atas kasurnya. Dira tertidur karena lelah menangis. Dengan posisi tidurnya bersandar pada pintu kamar.

Terkadang Dira menyanyi ria di jendela saat membuka gorden dan jendela, membiarkan udara pagi yang segar masuk ke dalam kamarnya.

Namun, kini gordennya hanya Dira buka setengah dan jendelanya tak ia buka.

Dira melihat dirinya pada cermin. Rambut yang berantakan dan mata yang sembab karena terlalu banyak menangis.

"Lo jelek hari ini Dir"

_____---_____

Bunda hari ini mengantar Dira. Bunda sangat khawatir dengan keadaan Dira pagi ini. Wajah yang kusut dan mata sembab ditambah badannya yang lesu tak mau makan.

"Dira yang rajin yah di sekolah, Dira makan bekalnya, kan semalam gak ada makan" Ucap bunda saat sampai di sekolah.

Dira hanya mengangguk mengiyakan.

Bunda tak ingin membahas tentang percintaan Dira yang bertepuk sebelah tangan ini. Karena Dira sudah besar, biarkan dia bangkit dari kesedihan dengan sendirinya.

"Bunda gak mau lihat Dira sedih terus, Dira yang semangat ya belajarnya" Ucap bunda tersenyum mengikutinya senyum khas Dira, senyum Pepsodent.

Dira tersenyum tipis. Akhirnya senyuman yang ingin bunda Kirana lihat hari ini. Walaupun senyum khas Dira belum ia nampakkan, tapi tidak apa-apa, asalkan Dira sudah lebih baik daripada tadi malam.

"Bunda ke kafe dulu ya" Ucap bunda mengusap rambut Dira.

Dira pun menatap kepergian bunda yang pergi ke kafe dengan motornya.

Saatnya Dira masuk sekolah dengan tidak ada sedikitpun semangat hari ini.

_____---_____

"Akhirnya lo datang Dir" Ucap Dimas saat di kelas yang sudah berkumpul anggota kepengurusan kelas di meja depan.

"Ada apa?" Tanya Dira.

"Duduk dulu Dir" Ucap Yuda berdiri dari tempat duduknya dan mempersilahkan Dira untuk duduk.

"Gini Dir, Lily udah tiga hari gak ada informasi, hari ini juga dia gak masuk sekolah, lo masih belum tau?" Tanya Dimas.

"Gue gak tau, sama sekali Lily gak bisa dihubungi" Jawab Dira.

"Atau gini, pulang sekolah kita ke rumah Lily sama-sama" Ucap Dimas menyarankan.

"Boleh tuh" Ucap Soni dilanjutkan anggukan mereka.

"Kemarin gue ada pergi ke rumah Lily, tapi rumahnya sepi, kayak kosong banget" Ucap Dira.

"Nanti kita coba aja Dir, mana tau Lily ada di rumahnya" Ucap Moana.

"Ya kalau gak ada kita ke rumah sakit aja sekalian lihat kondisi papanya Lily" Ujar Mira.

"Gue setuju sama pendapatnya Mira, kita perginya sama-sama, jangan ada yang duluan ataupun ketinggalan"

"Siap Dim!"

_____---_____

Bel istirahat berbunyi dan Dira masih setia duduk di kursinya.

Ia tak ingin ke kantin, untung saja bunda menyiapkan bekal untuknya, ya tapi sia-sia, Dira tak memiliki selera makan hari ini.

Moana yang dibelakang telah selesai menghabiskan bekalnya pun menghampiri Dira, duduk di sampingnya.

"Dira? Kamu gak ke kantin?" Tanya Moana duduk di kursi Lily.

Dira menggelengkan kepalanya lemah.

"Kamu pucat banget lho Dir, kok gak makan?" Tanya Moana.

"Gue gak selera makan An" Ucap Dira.

"Itu bekalmu masa gak dimakan Dir, bunda yang buatin kan?" Ujar Moana.

Dira hanya diam saja. Ia betul-betul tidak berselera untuk makan.

Moana paham apa yang dirasakan Dira. Dira pasti sangat khawatir akan Lily yang tidak ada kabar sampai sekarang ini.

"Pasti gara-gara Lily gak masuk sekolah, kamu malah gak mau makan" Ujar Moana.

Dira terdiam, bukan hanya itu...

"Kasihan lho Dir, bunda kamu udah buatin kamu bekal masa gak kamu makan"

"Bunda udah capek-capek masak malah pulang nanti bawa balik makanannya, gimana bunda gak sedih coba?" Ucap Moana mengomel.

"Makan ya Dir, nanti kamu sakit"

Dira akhirnya membuka kotak bekal tersebut. Langsung tercium aroma masakan bunda yang enak tiada duanya.

"Nahh gitu dong! Habisin Dir" Ujar Moana melihat Dira yang mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

Hanya beberapa sendok Dira makan lalu ia tutup kembali kotak bekal tersebut.

"Gue boleh cerita gak An?" Tanya Dira.

"Cerita apa Dir? Boleh kok" Ujar Moana.

"Kak Nathan ternyata udah ada pacarnya An" Ucap Dira membuat Moana kaget.

"Serius Dir?! Kok aku gak tau?" Ujar Moana yang langsung duduk menghadap Dira.

"Gue baru tau kemarin, pacar kak Nathan itu karyawan bunda gue sendiri di kafe" Ucap Dira yang malas menyebutkan namanya.

"Kok bisa?! Astaga Dir pantas aja kamu sedih banget, ternyata kak Nathan udah ada pacarnya" Ujar Moana.

"Sabar ya Dir, cowok lain masih banyak kok" Ucap Moana.

Dira tak menghiraukan. Hatinya masih berbisik menginginkan Nathan. Dira tak mungkin melupakan Nathan begitu saja dan mencari cowok lain??

Ya Dira bukan siapa-siapanya Nathan, jadi Dira tak patut menuntut keputusan Nathan.

Kini Dira harus menjalani hidupnya dengan bahagia. Ia tak boleh sedih hanya karena Nathan berpacaran dengan Nadya.

"Itu contohnya" Ucap Moana menunjuk ke arah Dimas.

Dimas hanya Dira anggap sebagai teman baiknya. Walaupun Dimas pernah mengungkapkan perasaannya pada Dira, tapi Dira bersikap biasa saja. Dira tak ingin membalas perasaan Dimas ya karena memang ia tak memiliki perasaan padanya.

"Hai Dir!" Sapa Dimas pada Dira.

Dira hanya tersenyum kecil ya walaupun itu terpaksa.

"Emm lo mau ke perpustakaan gak?" Tanya Dimas.

"Enggak, gue lagi malas ke perpus" Ujar Dira.

"Ohh, oke, nanti jangan lupa berangkatnya sama-sama ya" Ucap Dimas dibalas anggukan Dira.

Dimas lalu pergi menuju perpustakaan.

"Lihat Dir, Dimas itu udah ganteng, pintar, perhatian lagi" Ujar Moana.

Iya, betul yang dikatakan Moana. Dimas itu ganteng, pintar, perhatian, baik banget pokoknya, tapi...

"Gue maunya cuman kak Nathan"

.
.
.
.
.

Sabtu, 20 Mei 2023

LibraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang