33 | str_nger [END]

33.5K 1.5K 672
                                    


Patah hati ... apa itu?

Beberapa pengalaman memang pantas disebut sebagai duri dalam daging, tapi Mail adalah jelmaan ikan, so what?

Selepas ditinggal pulang teman-temannya, dia minta izin Igor untuk mengambil cuti dan mendaftar dua overseas dive trip sekaligus dalam sebulan. Maldives dan Jepang, masing-masing berdurasi sepuluh hari.

Pulang dari Jepang, dia teken kontrak setahun untuk villa yang bulan lalu dia tempati itu, lalu keliling Canggu mencari tanah kosong untuk diduitin. Yes, hatinya sudah mantap banget untuk pindah hidup ke Bali! Emang cuma cewek doang yang bisa come back stronger setelah putus cinta? Huh, usus dua belas jari Mail tertawa.

"Untung belum jadi hapus tattoo, ye? Nangis-nangis nggak lo sekarang kalau waktu itu langsung cus mulai treatment?" Oscar mengejek ketika suatu hari Mail menyombongkan rencananya untuk mulai project landed house pertamanya setelah urusan interior kafe Canggu selesai, tiga atau empat bulan mendatang.

Padahal mah ... duitnya belum ada. Tabungan setahun yang rencana awal hendak dipakai nikah sudah ludes jadi tanah 8,5 are doang. Tapi, nggak masalah. Selama income aman, project masih bisa jalan dengan sistem pencairan RAB per bulan—nggak seperti project Mail sebelum-sebelumnya yang pencairan berdasarkan persentase progress pembangunan. Repot sih, tapi harusnya jadi mempermudah controlling dan penyesuaian apabila ternyata ada yang nggak berjalan sesuai rencana.

"Nggak lah. Mana pernah gue meratapi masa lalu?" Mail menyahut sembari mengelus dan memperhatikan detail tattoo di sepanjang lengan kirinya.

Nggak nangis? Ya nangis lah, gilaaa.

Semua tattoo Mail dia sayangi kayak anak-anak sendiri. Kalau waktu itu beneran langsung dihapus, mungkin setelahnya dia butuh waktu buat grieving dulu, jaga jarak dengan pacarnya. Dan begitu hubungan kandas seperti sekarang, waaah ... auto nyesel tujuh turunan delapan tanjakan!

"Tugas yang terakhir gue kasih gimana?" Mendadak Mail ingat tujuan utamanya memanggil PA-nya itu.

"Regina?" Muka Oscar langsung nggak enak dilihat. "Lo pikir nyari orang setelah lost contact sepuluh tahun tuh gampang?? Mending kalau info pendukung yang lo kasih memadai. Lah ini??"

"Butuh berapa duit, sih?"

Mendengar kata duit, Oscar jadi cengangas-cengenges, dalam hati bersyukur bos kampretnya jadi makin royal pasca putus. Padahal ngakunya lagi miskin, tapi malah lebih sering ngajakin buang-buang duit untuk hal-hal kurang penting. "Lagian, kenapa nggak nyuruh gue nyari doi dari dulu-dulu, sih?"

"Karena ..." Mail sengaja bikin penasaran, sampai-sampai Oscar memajukan tubuhnya biar lebih fokus. "Bukan urusan lo!"

Bukannya menjawab, dia malah tiba-tiba mencomot mulut Oscar, bikin Oscar misuh-misuh.

Kenyataannya, bukannya nggak mau menjawab, tapi memang Mail nggak berniat mengorek-ngorek hatinya untuk mencari jawaban.

"Nggak tinggal di Indo dia tuh." Oscar manyun.

"Terus di mana?"

"Ya sejauh ini gue taunya baru yang kemarin gue bilang, sembilan tahun lalu dia kerja di Tokyo." Kemudian Oscar mendesah pelan. "Heran, lagi stress bukannya pindah ke kota yang lebih tenang, malah pindah ke tempat yang mayoritas penduduknya sama-sama stress. Ya berdoa aja semoga dia masih idup sampai sekarang."

Mail geleng-geleng, menolak berpikiran negatif. Lalu bangkit berdiri. "Gue transfer sebentar lagi, lo cari dia sampai ketemu, jangan sampai lewat bulan ini. Kalau lewat, kayaknya kita udahan aja."

Dated; Engaged [COMPLETED]Where stories live. Discover now