d-6 | she'll grow up next summer

10.2K 975 161
                                    

Yang paling banyak komen di chapter sebelumnya ripgianti dan cloudyisevrywhere cek pesan yaa. Komen yang banyak di chapter ini untuk dapetin voucher karyakarsa lagi. ❤️




6 | she'll grow up next summer



Unit Mas Ismail bertipe dua kamar tidur. Dan surprisingly ... super rapi?

Yah, tentu saja Trinda tahu Mas Ismail sanggup beli unit apartemen mewah, sanggup membayar jasa cleaning service tiap hari. Tapi melihat gayanya sehari-hari yang humble, down to earth, Trinda tidak berekspektasi akan menemukan interior contemporary-chic-deco dengan warna dominan netral terang, alih-alih manly dan industrial seperti mayoritas interior Nowness. Mungkin karena menyesuaikan lantai marmer putihnya? Juga menyesuaikan konsep gedung apartemennya secara keseluruhan? Trinda nggak mau mikir, meski penasaran.

Karena tadi Mas Ismail bilang cuma pernah pakai kamar mandi di kamarnya, nggak tahu kamar mandi yang lain bersih atau enggak, dia mengizinkan Trinda pakai kamar mandi itu juga, jadilah sekarang Trinda berjalan menuju ke sana—pintu yang tampak seperti pintu master bedroom.

Saat memasuki kamar Mas Ismail, lagi-lagi Trinda dibikin tercengang karena ... nggak kayak Mas Ismail banget?

Kamarnya sekilas mengingatkan Trinda dengan interior Four Seasons Jakarta, yang banyak wall panels-nya, tapi versi warna dinding lebih terang. Bau parfum Mas Ismail sedikit tercium, tapi selebihnya tidak terlihat tanda-tanda bahwa kamar ini adalah kamarnya, yang dia tempati setiap hari. Tingkat kerapiannya nggak manusiawi. Padahal ruang kerja Mas Ismail di Nowness super duper acakadut, sampai Trinda sering kasihan pada mas-mas OB yang tiap pagi beresin lemari dan meja kerjanya.

Dari kamar itu, yang menurut Trinda agak manly dikit hanyalah kamar mandi full marmer yang akhirnya ada sentuhan warna hitam, jadi nggak sesilau kamar mandi Langham yang super putih itu.

Ingat waktunya cuma sedikit, Trinda cepat-cepat mandi. Nggak sempat mengagumi kediaman Mas Ismail lebih lama lagi karena tepat selesai dia bersiap-siap, Mas Ismail mengabari kalau dia sudah menunggu dijemput.


~


Tentu saja nggak ada hal istimewa di malam ulang tahun Trinda kemarin.

Mas Ismail hanya membawanya pergi nonton, makan ke Enmaru, lalu mengantarnya pulang.

Memangnya Trinda mau berharap apa? Mas Ismail mengajaknya pergi karena dia kelihatan menyedihkan, nggak punya semangat hidup, padahal lagi ulang tahun, bukan karena menyukainya.

Walau begitu, hati Trinda tetap berbunga-bunga. Apalagi, paginya Mbak Iis mengirim pesan bahwa dia minta maaf karena kemarin terlalu sibuk, lalu mengajak late birthday lunch di Altitude.

Mudah sekali membuat mood Trinda bagus—good food and a good companion is more than enough.

"Udah nggak bete lagi?" Mas Iman, senior di timnya, yang lagi sarapan dengan sepotong besar salah satu kue ultah Trinda yang masih memenuhi kulkas pantry karyawan sampai pagi ini, menyapa begitu Trinda tiba di kantor.

"Alhamdulillah, enggak." Trinda meringis, segera duduk dan menyalakan laptop, mengecek naskah voice over buatannya untuk shooting hari ini.

Dated; Engaged [COMPLETED]Where stories live. Discover now