d-5 | can never be friends

11.4K 1.1K 192
                                    




5 | can never be friends



"Weekend muncak hayuk." Winny menelepon Trinda, tidak lama sejak Trinda menginjakkan kaki di unitnya, hendak melucuti pakaian dan pergi mandi.

"Ini udah weekend." Trinda manyun.

Sekarang sudah Jumat malam, nggak salah dong?

"Berangkat besok pagi, maksudnya, say. Mumpung ada villa murah. Temen Kenya nggak jadi make, dijual rugi gitu. Kenya ama Jesselyn barusan udah berangkat, malah. Kita nyusul besok pagi, yuk. Sayang kalo kamarnya sisa."

Trinda tidak langsung menjawab. Diam sebentar untuk menghayati, seberapa capek badannya sekarang.

Karena rasa-rasanya nggak seremuk minggu lalu, juga karena sudah kangen dengan Winny dan yang lain, dia putuskan untuk mengiyakan saja.

"Michelle ikut?" tanyanya, berpikir lebih efisien kalau dia nebeng pasangan Michelle-Gibran daripada meminta jemput Winny-Theo.

"Deseu lagi di rumah Gibran—di Bogor—langsung berangkat dari sono. Lau ntar gue jemput aja nggak pa-pa. Gue sama Theo kan emang diciptakan buat jadi tukang antar jemput Trinda Arjani Putri Prawirodiprodjo. Sendiko dawuh Tuan Putri gitu deh, pokoknya."

Hidung Trinda kembang kempis mendengar olok-olokan Winny, tapi udah biasa, jadi nggak perlu direspon. "Emang berangkat besok pagi sama malem ini macet mana?"

"Sama aja sih kayaknya."

"Nggak mau ikut berangkat sekarang aja? Kayaknya mending macet malem-malem daripada pagi-siang." Tapi Trinda buru-buru meralat. "Eh, kan bukan aku yang nyetir. Terserah Theo, deh. Tadi abis kerja seharian, pasti dia capek kalau sekarang harus nyetir jauh."

Gantian Winny yang tidak langsung menjawab.

Samar-samar Trinda mendengar temannya itu ngobrol dengan seseorang. Theo, siapa lagi?

"Lo mau berangkat malem ini, babe? Kalau iya, Theo ayok aja katanya." Winny akhirnya kembali ke sambungan dan menanyai Trinda. "Siap-siap lo butuh berapa jam?"

"Sejam juga oke."

"Sip. Gue sama Theo cabs sebentar lagi."


~


Villa yang mereka tempati di Cisarua sangat kontras dengan 'harga murah' yang disebutkan Winny tadi. Sudah berteman bertahun-tahun, agaknya Trinda masih belum terbiasa kalau teman-temannya ini selalu ekstra, nggak bisa biasa sehari aja.

Villanya punya lima kamar, enam kamar mandi. Fasilitas standar hotel bintang lima. Paket yang mereka ambil sudah termasuk sarapan, tapi Kenya request untuk disediakan makan siang dan malam sekalian, mempertimbangkan mereka semua akan terlalu malas ke mana-mana sepanjang weekend.

Sudah kebayang kan, betapa ekstranya?

Jadilah ketika rombongan Trinda-Winny-Theo tiba, meja makan super besar di villa itu sudah dipenuhi berbagai hidangan prasmanan untuk lima belas orang—sebagian besar sudah dingin tentu saja, tapi nggak masalah, masih tetap enak.

"Lima belas orang, emang siapa aja?" Trinda baru sadar jumlah makanan itu kebanyakan, dan barulah Jesselyn menyebutkan jumlah mereka semua nantinya. Soalnya kan setahu Trinda, kalau empat temannya masing-masing bawa pacar, mereka hanya akan bersembilan.

Dated; Engaged [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang