d-14 | in case she needs fresh clothes

8.2K 908 169
                                    

Pemenang voucher kk: ripgianti 5k, yul_nda 3,5k, ciVelan dan Rhyksan 1,5k




14 | in case she needs fresh clothes



Trinda langsung bangkit duduk, seketika ingin sujud syukur melihat bukan cuma dia berdua dengan Gibran di situ.

Sambil memijat pelipis, dia melihat Michelle di pelukan Gibran, lalu Kanye, dan Winny di sebelah Michelle, yang semuanya jejer-jejer kayak ikan pindang dalam satu kasur besar. Sementara Theo dan beberapa orang yang nggak kelihatan mukanya nggak kalah ancur, bergelimpangan di lantai.

Satu hal lain yang Trinda syukuri, semuanya berpakaian lengkap. Bahkan Michelle masih mengenakan blus panjang dan celana kerja, meski lebih masuk akal kalau cewek itu menanggalkan blus dan menyisakan tanktop di tengah-tengah waktu tertidur.

Berarti memang nggak terjadi apa-apa. Mereka semua cuma terlalu mabuk untuk pulang ke tempat tinggal masing-masing, lalu dievakuasi ke sini, ke tempat yang tidak familier bagi Trinda.

But it's weekday, isn't it? Bukankah harusnya teman-temannya bangun dan bersiap ke kantor masing-maisng?

Dengan belas kasih, dia lalu membangunkan Gibran dan yang lain. Benar saja, sekarang masih hari Jumat. Dan sekarang sudah pukul 6.30 WIB.


~


Setelah memastikan semuanya melek—meski belum ada yang bergerak atau merespon panggilannya karena masih butuh waktu untuk mengumpulkan nyawa—Trinda memungut jaketnya di lantai, lalu memakainya sembari berjingkat pelan keluar kamar biar nggak menginjak teman-temannya.

Dia mau cabut. Tapi bagaimana caranya turun ke lobby kalau dia bahkan tidak tahu apartemen siapa ini?

Setelah yakin jaketnya terpakai rapi, rambut tidak awut-awutan, tas dengan handphone dan dompet di dalamnya sudah ada di tangan, cewek itu membiarkan pintu kamar tetap terbuka dan berjalan menyeberangi living room yang kosong menuju pintu, sembari mengirim voice note di grup bahwa dia akan pulang duluan. Tapi kemudian langkahnya terhenti oleh keberadaan Saga di balik stove island, sedang duduk dengan kopi hitam di sebuah gelas bening dan roti tawar polos yang sudah separuh tergigit di tangan.

"Udah mau balik?" Cowok itu bertanya dengan suara serak. Matanya sipit, rambutnya acak-acakan, jelas tampak baru bangun juga.

Trinda mengangguk. "Abis minum semaleman, langsung ngopi, itu lambung beneran nggak apa-apa?"

"Totally fine. Have to wake my ass up ASAP."

Trinda mengangguk sekali lagi. Menoleh sekeliling dan tidak menemukan orang lain yang sudah bangun selain Saga. "Tau nggak, ini tempatnya siapa?"

"My place." Cowok kemudian memberinya isyarat untuk menunggu, lalu Trinda melihatnya berjalan gontai ke sofa depan TV, mencari-cari sesuatu di saku jaket yang tersampir di sana. Dia mengeluarkan sebuah kartu, mengulurkannya ke Trinda. "Sorry, nggak sanggup nganter keluar. Mau gue pesenin taksi?"

"I'm okay." Trinda menerima kartu itu, berpikir apakah dia akan langsung ke Depok sekarang atau ke mana? Nggak mungkin dia muncul di apartemen Mbak Iis dengan penampakan kacau begini. "Aku balikin secepatnya."

Saga mengiyakan dengan satu kibasan tangan sambil lalu, seolah kartu akses apartemennya bukanlah sesuatu yang penting.

Trinda segera pergi.

Dated; Engaged [COMPLETED]Where stories live. Discover now