Chapter 08

52 48 15
                                    

-I don't like weak people. But because you are weak it makes me want to protect you-



"Pukulan lemah seperti itu tak akan bisa mengalahkanku. Dasar buaya,Alfarzel Rafandra!" teriak Angkasa pada pria itu, membuat Naya sedikit terkejut.

Angkasa seketika sadar akan keberadaan adik nya, Naya yang sudah pulang. Buru-buru Angkasa menyudahi acara baku hantam yang dia dan pria asing itu lakukan di beberapa menit yang lalu.

Tatapan Angkasa berbeda dari biasanya. Dia menatap tajam pria di depannya,  seorang cowok yang berpakaian hanya dengan kaos hitam dan celana jens panjang, dialah yang bernama Alfarzel Rafandra.

Alfarzel hanya tersenyum menyeringai remeh Angkasa. "Kenapa Asa? Udahan nih?"

Angkasa hanya berdecih mendengar nya, "Adik ku sudah pulang. Aku gak mau memperlihatkan sisi buruk ku."

Alfarzel melirik Naya yang diam di tempat dengan Rion di sampingnya. Kedua mata mereka saling bertemu, tidak ada rasa takut di mata Naya. Alfarzel mengubah tatapannya menjadi halus dan melambaikan tanganya pada Naya di sana.

Gadis remaja itu terheran pada sikap pria asing yang berada di halaman rumahnya. Namun kemudian Rion meminta mereka bertiga untuk masuk ke dalam rumah. Dari pada saling diem dieman di halaman luas ini.

Di dalam rumah,Rion mengajak Alfarzel untuk ikut dengan nya. Sedangkan Angkasa pergi menemui Nanda di ruang kerjanya, lalu Naya langsung saja pergi ke kamarnya.

Dia di buat bingung akan kehadiran pria asing itu. Siapa dia berani berkelahi dengan kakaknya.

Saat makan malam, semua orang hadir di meja makan yaitu Erena, Reyhan, Nanda, Angkasa, Naya dan Alfarzel.

Mereka duduk melingkari meja makan bersegi panjang ini. Seperti biasa, Reyhan duduk di sebelah istrinya. Nanda berhadap hadapan dengan ibunya, Erena. Lalu di kanan Nanda ada Angkasa yang berhadap hadapan dengan Naya. Lalu Alfarzel, dia duduk tepat di sebalah kiri Naya.

Naya menatap bingung pada pria yang duduk di sebelahnya. Dia tidak ingat jika dia punya kerabat lelaki seperti Alfarzel.

Kemudian, acara makan malam dimulai. Di hidangkan makanan berupa ayam geprek dengan minuman teh hangat.

"Naya, kami ingin ngomong sama kamu." Naya menghentikan aktivitas makannya. Dan menatap orang tuanya. Di ikuti oleh Nanda dan Angkasa yang ikut mendengar kan.

"Tahun ini umurmu berapa sayang?" tanya Erena lembut sambil mengelus pelan tangan putrinya.

"Kurasa 16."

Ah, selesai berkata itu. Naya menduga apa yang mungkin saja orang tuanya katakan. Dia menatap bundanya lalu ke ayahnya dan akhirnya kearah pria asing itu, Alfarzel yang masih setia makan.

Naya menghela nafas pendek. Dia tau jika di setiap Shevana yang berusia 16 tahun, pasti akan ada yang namanya perjodohan. Dan dia sekarang sudah di usia tersebut.

"Bunda sama Ayah berpikir kalo Alfarzel mungkin bakal cocok sama Naya," ucap Erena penuh harapan agar putri nya mengerti.

Reyhan ikut tersenyum menanggapi perkataan istrinya. Mungkin saja Naya dan Alfarzel akan berakhir seperti mereka.

Naya tidak masalah dengan perjodohan ini. Selama hidup nya sampai dia berusia 16 tahun ini, dia sama sekali tidak pernah menaruh rasa pada siapapun. Jadi, dia siap saja.

Ketika Naya ingin menjawab nya, tiba-tiba Angkasa membuka mulut, "Gak ! Naya gak cocok sama cowok kayak dia. Dia itu sampah bun, masa iya sampah mau sebelahan sama emas ?!" cibor Angkasa menentangnya.

Our MEMORIES (TIDAK DILANJUTKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang