Chapter 21

19 7 7
                                    

[ O U R  ]
[ M E M O R I E S ]

Sebuah kisah tentang putri,pangeran,
kesatria dan Raja modern.

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

SEBUAH bangunan terbengkalai di kedalaman kehutan terlihat. Di dalam sana ada pria dewasa dengan bekas luka di matanya, bahkan di tanganya terdapat banyak goresan. Di temani dengan beberapa pria lainnya.

"Ngomong-ngomong dimana kunci itu? Dimana kunci milik gadis itu?" tanya nya. Dia mencari benda tersebut.

"Entahlah, bukankah itu selalu ada di tanganmu,bos? Bagaimana bisa saya tau," jawab salah satu pria disana. Membantu menacarikan benda yang bos nya cari.

"Mungkinkah terjatuh? Ah, di bangunan itu? Tempat yang terakhir kali kita jadikan sebagai pertemuan transaksi," ucap pria lainnya.

"Yah, mungkin. Aku akan pergi kesana. Kalian tunggu Nier dan yang lainnya," perintah sang bos pada para bawahannya.

Sebelum berakhir melangkah keluar,dia menatap tajam anggotanya. "Jangan sesekali kalian sentuh gadis yang akan tiba disini! Jika kalian masih ingin mendengar detak jantung kalian."

Mereka menenguk saliva kasar. Mematuhi ucapan pria itu. "Baik bos!"

Dan sang bos itupun pergi menuju ketempat tujuannya. Raut wajahnya penuh dengan ekspresi sulit diartikan. Betapa anehnya.

—🌷—

"Hey,bisakah kita berhenti sebentar?" suara memelas milik Naya membuat Ren mengangkat alisnya.

"Kenapa? Apa kamu sungguh butuh tempat buang air?"

"Bukan,aku lapar. Kita sudah berada di mobil ini selama satu jam, perutku bunyi terus," rengeknya.

Matt menoleh kebelakang. Pria dengan penampilannya layaknya emo itu menatap Naya.

"Mau makan kayu atau batu? Menu nya cuma ada itu," tawar Matt setengah mengejek Naya. Ren yang mendengarnya ikut tertawa.

Gadis itu berdecak lelah. Barusan dia ditawari benda mati yang tidak bisa di makan? Ah,apakah manusia itu waras?

Naya mendengus. "Gak mau! Mau nya mekdi aja!"

"Pakai uang mu loh ya kalo mau disana," tutur Ren dengan tangan bersedekap, membuat Naya semakin kesal.

Nier yang setia mendengarkan hanya bisa menghela nafas lelah. Dia ingin cepat menyelesaikan pekerjaan ini. Rasanya Nier harus tidur di kamarnya, melurukan semua sendi yang berada di tubuh.

Our MEMORIES (TIDAK DILANJUTKAN)Where stories live. Discover now