Chapter 14

36 34 27
                                    

[ O U R  ]
[ M E M O R I E S ]

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern.

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

KEESOKAN harinya. Hari senin tiba. Hari dimana semua anak-anak tidak menyukai nya. Termasuk untuk Sonia dia sangat tidak menyukai hari senin. Sebab pasti ada yang namanya fisika, matematika, ekonomi. Full menghitung.

Sonia mendengus lelah dengan kepalanya di meja. Dia menghadap kanan kiri begitu terus sampai Bagas masuk kelas.

Pandangan mereka bertemu. Reflek sekali, Sonia langsung mengalihkan perhatiannya.

'aah,kok malah ngehindar sih? Harus datar, jangan baper. Oke kamu bisa Sonia Maharani !!!' Batin Sonia menyemangati dirinya. Kemudian dia mengeluarkan buku fisika dari tas nya yang akan nantinya akan ulangan dan memperlajarinya.

Entah karna dia tidak ingin melihat Bagas yang duduk di sebelah nya, meski tidak sebelah nya persis masih kehalang dua bangku lagi. Ataukah karna dia sungguh sungguh belajar. Sebab saat ini Sonia membaca buku (?) seperti ingin memasukan tulisan yang ada ke dalam otaknya. Sangat dekat.

"Kamu ngapain, Nia?" Sonia mengintip. Ternyata Verda, si ambis.

"Eh, Verdaus Indah Amelia udah dateng. Cuma mau belajar fisika aja buat ulangan."

Mendengar jawaban Sonia, Verda mengerutkan kening. "Kamu gak baca grup? Ulangannya di tunda minggu depan. Mungkin nanti Fisika jamkos," beritau Verda kemudian berjalan keluar menuju teras kelas.

Bagas kebetulan melihat dan mendengar interaksi kecil kedua perempuan itu. Sontak, dia tertawa pelan sambil memandangi Sonia. Sadar Sonia di tatap, dia melirik ke arah Bagas. Dan benar, dialah yang menatapnya. Buru-buru, Sonia menutupi mukanya.

Lintang, Radja dan Adit yang kebetulan masuk kelas secara bersamaan malah melihat pemandangan dua orang tengah salting sendiri.

Yang cewek menutupi wajahnya, yang cowok malah ketawa-tawa gak jelas.

Bahkan beberapa anak yang sudah ada di kelas ikut mesam mesem sendiri. Berita tentang Bagas yang menembak Sonia sudah jadi perbincangan hangat di kelas 10-2 ini.

"Aduh, yang udah jadian nih. Mana PJ nya? PJ," tagih Lintang seraya menatap Bagas kemudian Sonia secara bergantian.

Di ikuti Radja yang ikut menyoraki. "PJ PJ PJ !Kita butuh pajak jadian!"

Sedangkan Adit hanya tertawa. "PJ ya Gas, jangan lupa. Kalo hari ini gak bisa,besok."

Selang beberapa detik setelah mereka bertiga masuk, Naya datang. Dia tersenyum lebar pada teman sebangkunya itu. "Aduh yang udah jadian nih ya,PJ nya mana ya?"

Kata kata Naya cukup mirip dengan yang Lintang katakan. Membuat Sonia malu sendiri. "NAYA!! Iih, kamu kok gitu. Gak ada PJ btw."

"Oh, minta PJ nya ke yang cowok ya? Bentar aku ke Bagas dulu," ucap Naya jahil,lalu menuju kursi Bagas.

Our MEMORIES (TIDAK DILANJUTKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang