Chapter 15

42 34 18
                                    

[ O U R ]
[ M E M O R I E S ]

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern.

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

KETIKA jam pulang, Adit meminta Naya untuk menunggu nya. Naya tidak masalah,jadi dia menunggu Adit piket kelas dulu. Hanya dia yang piket, sedangkan yang lainnya? Hah, kabur.

Naya akan melaporkan nya besok pada wali kelas mereka. Biar tau rasa mereka yang kabur!

Kelas perlahan menjadi sepi, menyisahkan mereka berdua. Melihat hanya seorang diri piket, akhirnya Naya inisiaf ikut membantu meski bukan jadwal nya. Momen ini entah kenapa merasa mirip dengan dua tahun lalu.

"Makasih Nay, udah mau bantu sama nungguin," ungkap Adit sambil menyapu,merogoh bawah meja.

"Sama-sama, tapi kok mereka malah ninggalin kamu sendirian dah. Besok bakal ku laporin mereka sama Pak Irno!" ancam Naya seraya menata meja guru yang lumayan berantakan.

Adit hanya tersenyum lembut pada gadis itu. Tapi, kemudian seketika tangan nya yang bergerak menyapu terhenti. Dia merasa situasi ini familiar, dia merasa dia pernah berduaan dengan Naya sebelum nya.

Bingung akan sensasi ini dia menatap Naya sebentar lalu bertanya. "Nay, kita pernah berduaan kayak gini sebelumnya? Kok rasanya aku inget-inget lupa gitu," heran Adit sambil melanjutkan kegiatan menyapunya.

Tangan Naya yang awalnya menghapus tulisan di papan tulis terhenti sejenak, lalu dia melanjutkan kembali aktivitas nya. "Memang pernah, dulu sih. Dua tahun yang lalu, pas kita SMP sebelum kamu pindah."

Adit menganguk paham, jadi itu alasan dia merasa tidak asing dengan situasi ini. Tapi sayang nya, Adit tidak bisa mengatakan dia ingat saat itu. Dia hanya merasakan sensasi tidak asing di ingatannya.

Selesai piket, Adit menutup pintu kelas lalu berjalan di samping Naya.

Mereka menuruni anak tangga dengan keheningan. Adit tidak tau mengapa tapi perasannya sungguh gugup, sedangkan Naya pun begitu. Rasanya aneh, mengulangi kembali kejadian di masa lalu.

"Kita dulu juga pulang bareng pas di SMP lho," Naya tiba-tiba membuka mulutnya memberi tau, membuat Adit sedikit terkejut. Ternyata mereka sedekat itu dulu.

"Pas itu ulang tahun ku, kamu minta kita jalan bareng sampai gerbang," Naya menggantung kata katanya. Ragu ingin melanjutkannya atau tidak.

Adit masih menyimak Naya bercerita. "Terus?"

"Di perjalanan singkat itu, kamu bilang sama aku kalo kamu suka aku," lanjut Naya.

Adit merasa malu tanpa alasan. Dirinya di masa lalu seberani itu, sedangkan dirinya sekarang nyalinya sebesar debu. Dia merasa kalah bahkan iri pada masa lalunya. Agh!

Our MEMORIES (TIDAK DILANJUTKAN)Where stories live. Discover now