chapter 18

34 15 34
                                    

[ O U R ]
[ M E M O R I E S ]

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern.

Sebuah kisah tentang putri,pangeran, kesatria dan Raja modern

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

.
.
.

AMARAH. Ya, saat Naya pulang dia disambut dengan bentakan sang bundanya, Erena.

"Kenapa baru pulang sekarang?! Lihat, kamu Membuat Bu Mita menunggu dua jam!" teriak Erena langsung ketika Naya masuk kedalam.

Mita dan Rion yang berada di belakang wanita itu tidak bisa berbuat apapun. Mau melawan? Yang ada mereka bakal di pecat.

Naya tidak hanya diam mendengar teriakan bundanya itu. Dia dengan tegas balik membalas. "Tadi Naya habis jenguk temen di rumah sakit."

"Dan baru balik sekarang?!"

"Perjalanan nya jauh."

Erena mengernyit. "Bukannya ada Rion?!"

Mendengar nama Rion di sebut, buru-buru gadis itu merespon ucapan Erena. "Aku yang minta Rion buat gak usah jemput! Ini murni Naya yang bertindak, bun. Gak ada hubungannya sama Rion!"

Memang. Saat tadi siang Naya menolak untuk di jemput Rion. Bisa saja bukan Naya pulang bersama Angkasa? Tidak,pria itu tengah menginap di rumah temannya. Haha, lucu. Kakaknya bisa pulang telat, sedangakan dia tidak? Apakah Erena pilih kasih?

Erena memijat dahinya lelah. Menghela nafas berat, kemudian menatap putri sulung nya ini.

"Hah, setidaknya kamu kan bisa ngabari bunda dulu. Jangan main pergi aja, gimana kalo nanti kamu kenapa-napa? Gimana kalo ada orang jahat yang mau culik kamu? Naya tau kan kalo di wilayah sekitar ada banyak orang yang gak baik? Bunda khawatir sama putri bunda ini," peluk Erena dengan ekspresi begitu halus.

Menyaksikan majikannya bertingkah hangat serta khawatir seperti itu. Tampaknya Mita dan Rion tak perlu cemas akan kemarahan Erena.

Namun, mereka tidak tau. Bisikan kecil yang Erena katakan hanya pada Naya di telinganya. Dengan penuh penekanan dibalik kegelisahannya, Erena berkata lembut.

"Lain kali, kamu harus ngabari. Mau itu sebentar atau lama, gak bisa bunda biarin harta bunda di ambil seenaknya!"

Jika Naya mendengarnya lebih jelas, maka apa yang dikatakan bundanya adalah. "Kamu adalah harta kami, harapan kami. Mana mungkin bunda lepaskan permata seperti mu! Lebih baik kamu duduk diam di sarang ini!"

Naya tau,walau dia lahir dari rahim Erena tapi, sang bunda hanya menganggap dia sebagai sosok manusia yang tak kalah berbeda dari robot. Seseorang yang harus mendengar kan ucapan,menjadi penurut.

-🌷-

Hari-hari kemudian mulai berjalan. Tanpa sadar, akhirnya hari ujian tiba. Hari penentuan dimana kelas sepuluh akan naik tingkat atau tidak.

Our MEMORIES (TIDAK DILANJUTKAN)Där berättelser lever. Upptäck nu