03. Homophobic

899 95 27
                                    

Matahari yang mulai terik harusnya membuat semua orang kembali ke pekerjaan. Tapi lain hal dengan Kang Taehyun, pria 23 tahun itu masih setia melingkarkan tubuhnya, dibalut dengan kaus hitam dan celana jeans belel beraromakan keringat kemarin sore. Tanda ia tak sempat atau mungkin tak minat membersihkan diri tadi malam. Semalam ia begadang padahal tidak ada yang ia kerjakan. Naskah boro-boro tak tersentuh, tapi rokok pun sudah tak utuh.

Dering telepon berbunyi.

Taehyun menggeliat, lalu mencoba meraih telepon pintar dari atas nakas. Terlihat jelas dari nama kontak, yang menelponnya adalah seorang yang sangat akrab. Suara familiar mengomel merdu, instan langsung kenyang sebagai pengganti sarapan.

Kai : Meng, sumpah lo pantes disebut kebo daripada kucing. Lo baca chat gue gak sih?

Tyun: inwi guwe bawru bangun Chwat apwaan? (intonasinya kurang jelas karena ia berbicara sambil menggosok gigi)

Kai  : Itu si mister minta ketemu sama lo pagi ini jam 8.

Tyun : Eh anjing, ini udah jam berapa?

Kai  : Jam 7.45. Buruan dah lo ke kantor gue. Sapa tau ada kabar baik. Gue kemarin bujuk dia biar baca naskah lo. Masih lama gak?

Tyun: Otewe, kagak jadi mandi gue. Langsung ngabring.

(Sambil lari, ambil kemeja flanel, pasang sepatu ngasal, dan handphone diselipkan di helm)

Kai  : Bawa smoothies strawberry kesukaan mister. Sapa tau dengan sedikit suap bakal lancar jaya.

Tyun: gak kedengeran gue udah jalan, ekspress kaya buroq, untung motor semalem lupa gak masuk garasi.

Kai  : Untung kagak dibangsatin tuh motor bego.

Tut tut tut (telepon dimatikan)

Lima belas menit kemudian,

"Kayi kayi, dimana mister?" tanyanya nyelonong cuma menunjukan muka di sela pintu.

"Itu di ruangannya, masuk aja udah ditunggu tuh!"

***

Dibalik meja kerja, Mr. Kim duduk menyilangkan kaki. Taehyun berdiri gemetar menahan rasa gugup, dihadapkan dengan pimpinan redaksi yang terkenal galak. Matanya berkelana mengelilingi ruangan, berharap Mr. Kim segera angkat bicara untuk menyetujui naskahnya naik terbit. Tapi kenyataannya,

"Taehyun, jawaban saya tetap tidak!"

Lutut Taehyun lemas, rasanya ingin ambruk saja. Selama lima bulan ia menguras pikiran dan tenaganya mengetik alur demi alur imajinasi setiap hari, tetap saja hasilnya nol. Ribuan kritik dan saran yang ia dapatkan saat itu tidak ia dengarkan dengan seksama. Lantaran kecewa.

"Satu lagi, siapa namamu? Kang Tae.."

"Kang Taehyun, Mister"

"Ah iya Kang Taehyun, saya nggak suka minum kopi. Ambil ini! Lain kali kalo mau nyogok minimal tau apa favorit saya. Kalau bener, saya bisa rada mikir sih tadi", ucapnya sambil menyodorkan cup yang tadi sempat Taehyun berikan.

Apaan nih, cuma perkara kopi? batinnya.

Langkah kaki gontai memasuki ruangan kecil milik Kai, tempat yang sering ia hampiri ketika butuh konsultasi atau sekedar curhat masalah literasi. Kai paham hanya dengan melihat raut muka sahabatnya itu.

"Salah sesajen Kai", Taehyun mengeluh.

"Salah sesajen gimana?"

"Mr. Kim nggak suka minum kopi. Jadi gue ditolak lagi deh", kesimpulan Taehyun yang amat menggelikan.

VERSATILE [Yeontae To Taejun END]🔞🌈Donde viven las historias. Descúbrelo ahora