25. Friends

485 66 77
                                    

sorry update nya lama soalnya gue gamon sama bab 24, masih nyesek pas baca ulang.

Pukul sembilan pagi yang cerah. Atap dunia membiru dihiasi tempelan awan putih kecil yang mengganggu. Segar dan wangi oksigen yang menghirupnya ibarat sarapan pagi yang mengenyangkan rongga paru-paru, mengisi tiap ruang kecil yang sebentar lagi akan dibuat sesak haru akan suatu hal.

Mereka, tiga orang yang sedang berdiri sejajar tampak lebih gugup dari yang separuh di belakang. Yang satunya gemetaran, berulang kali memejamkan mata, menarik dan menghembuskan nafas perlahan. Sedangkan yang lebih pendek di sampingnya, diam-diam menyelipkan jemarinya ke dalam genggaman si tinggi yang kepalannya terbuka, dingin dan berkeringat. Lalu perempuan di samping kanan, ia mencoba menyembunyikan mutiaranya dengan mengusap sudut mata agar tak terjun bebas.

"Lo udah siap?",begitu ia bertanya.

Fiuhhhh.... Suara nafas dihempas.

Daniel menganggukkan kepala, memantapkan dirinya melangkah menaiki tangga terjal yang mengantarkannya pada satu ruangan lebar namun terasa sempit, ramai namun menciptakan atmosfer seperti ruang hampa,seperti kedap udara. Karena siapapun yang masuk disana kadangkala lupa bagaimana rasanya lega. Sayup suara angin yang bergesekan dengan pohon tinggi menjulang mengiringi tapak kaki yang berderap bersahutan, yang lain menyusul dua sejoli itu di belakang.

Di depan sana, di meja yang lebih tinggi layaknya singgasana, duduklah tiga orang yang memakai toga serba hitam dengan campuran warna merah tua didada. Di samping kanan agak ke depan, toganya berwarna hitam polos , kalau tak salah lihat itu ada warna putih, tapi sedikit namun sepertinya itu kemejanya atau cuma hiasan kecil. Sedangkan sayap kiri ada beberapa orang lagi sepertinya itu penasihat hukum dan para juri.

Lalu sayap kanan tepat berseberangan duduklah seorang pria yang sedang menunduk. Dia tak mampu menatap lurus kecuali jika hakim yang memanggil. Dia nampak kusut dengan balutan pakaian berwarna coklat dengan nomor dada 553, tak seperti pemuda yang mereka kenal. Hanya satu yang membuatnya mendingan, rambutnya baru saja dipotong pendek. Ini adalah sidang terakhir. Sebelum ini, ada beberapa memar kecil di wajahnya, mungkin ia sedikit mendapatkan ospek di wilayah baru, tapi hari ini bersih, tak ada cela di wajah, hanya senyumnya saja yang masih hilang. Ia sepertinya lupa caranya tersenyum.

Disampingnya ia didampingi seorang pengacara, hanya pengacara umum, bukan sewaan mahal yang biasanya rela beradu argumen menghalalkan segala cara. Ia benar-benar berniat untuk totalitas menghukum dirinya sendiri, tanpa keluarga yang mendukung, tanpa kerabat ataupun teman. Benar-benar sendiri.

Sedangkan enam orang yang bergerombol tadi. Mereka duduk di jajaran paling depan. Membuat suasana semakin kontras bahwa mereka bersama saling menguatkan. Empat orang yang ditengah sering berbisik sambil mencuri pandang ke arah terdakwa namun yang dilihat benar-benar tunduk mematung tak berminat melihat mereka barang sebentar. Dua pemeran utamanya, hanya fokus menghadap hakim, menunggu putusan. Kalau yang dua ini tak berani melirik sedikitpun, sepertinya lantaran tak tega saja bukan benci.

Semua berdiri hikmat, persidangan dimulai. Hari ini adalah pembacaan putusan akhir dari sidang yang sudah berjalan selama tiga bulan lamanya. Semua kesaksian sudah disampaikan, tanpa ditambahi atau dikurangi. Sesuai permintaan, sesuai kronologi.
Ketegangan mulai terjadi ketika hakim membuka sidang. Ketika notulensi sidang sebelumnya dibacakan, detik-detik sebelum putusan sidang. Lalu hakim terdengar menyuarakan hal yang paling penting,

"Menyatakan Terdakwa Choi Soobin telah terbukt secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana penculikan, penyalahgunaan obat dengan tujuan melumpuhkan korban dan percobaan pembunuhan berencana......

VERSATILE [Yeontae To Taejun END]🔞🌈Where stories live. Discover now