21. Deep Talk (2)

483 77 103
                                    

"Taehyun udah bisa lo hubungin Kai?"

"Belum Kak",

Taehyun menghilang hingga malam tiba, tak ada tanda-tanda ia kembali ke habitatnya.

"Tapi kayanya gue tau dia kemana Kak",

***

Ku temui jalan buntu

Setelah sekian lama berusaha lari

Baru ku temui sebuah kenyataan

Aku salah jalan

Jalanku lajur kiri

Kanan sudah tak lagi berarti

Mungkin ini saatnya, aku harus kembali


Fajar mulai menyingsing, pemuda itu masih terpejam dengan isak yang masih terdengar. Matanya sembab, seluruh wajahnya kemerahan. Dia baru saja terlelap setelah semalaman meratapi kejadian hari kemarin. Bingkai kecil masih ia peluk erat. Dalam kamar gelap tempatnya dulu sering beradu canda, kadang berbagi tangis juga tawa. Pintunya tertutup rapat, namun jendelanya terbuka. Pemuda itu berjanji ingin sendiri barang sebentar. Menetralkan situasi hatinya yang porak poranda. Dingin angin pagi erat memeluknya tanpa jeda.

Suara ketukan terdengar beberapa kali dari balik pintu. Sudah lebih dari dua belas jam ia menyendiri tanpa satu suap roti atau satu teguk airpun mengalir ke kerongkongannya. Jihyun, sang ibu hanya khawatir anak semata wayangnya kenapa-napa. Namun, sepertinya ia masih enggan membuka diri. Tidak ada jawaban apapun, ibunda memberanikan diri untuk membuka pintu untuk sekedar memastikan anaknya secara fisik baik-baik saja.

Dia tertidur pulas.

Diusapnya pucuk rambut sang buah hati. Jihyun menyeka air mata anaknya ketika melihat potret yang lekat ia peluk di dada, ternyata ini sebab kesedihannya. Kesalahpahaman itu harus ia luruskan segera. Harap sang bunda semoga Taehyun berada di posisi ini tak akan lama. Siapa lagi yang paling mengerti, kalau anaknya ini sedang terbakar emosi. Dia anak baik walaupun agak keras kepala.

Pukul sembilan pagi, sorot silau tajam menusuk penglihatan sang penulis. Ia mencoba menstabilkan pandangan walaupun berat. Kelopak matanya sudah bekerja keras semalam. Benar saja, tak butuh waktu lama baginya untuk bangkit. Bukan apa-apa. Ia hanya risih masih menggunakan setelan formal yang sudah kusut karena lupa ia ganti.

"Nak, kamu sudah bangun?"

Suara itu terdengar lagi, sebab dari dalam kamarnya terdengar gemericik air. Tanda anaknya ini sudah bisa bangun membersihkan diri.

Yang ditanyai tetap enggan bergeming. Ia masih tak ingin menemui siapapun.

"Kang Taehyun", panggilnya.

Taehyun menghadap pintu yang masih tertutup tanpa menyahut. Ini masih pagi sekali baginya.

Tanpa permisi, wanita paruh baya itu masuk. Toh ini kamar anaknya dan tidak terkunci. Taehyun sudah bisa sedikit tersenyum sekarang walaupun terasa kecut.

"Bunda",

Ia membawakan segelas susu coklat dan roti dalam nampan.

"Setidaknya isi perut kamu dulu nak!"

Perempuan yang ia panggil sebagai bunda duduk di tepian ranjang, menghadap ke jendela yang langsung memberikan pemandangan halaman samping rumah miliknya. Taehyun rupanya tergoda dengan roti isi daging yang masih hangat baru keluar dari panggangan.

"Taehyun, duduk disini",pinta sang bunda setelah melihat anaknya selesai meneguk habis isi gelasnya.

Ia langsung saja menyusul duduk di samping ibundanya. Menatap tempat yang dulu menjadi arena bermainnya di sore hari. Ada pohon besar, ayunan dari roda bekas yang sudah lapuk namun tak ia buang.

VERSATILE [Yeontae To Taejun END]🔞🌈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang