14. Deep Talk

584 77 60
                                    

Bab ini jangan di skip yah
Vote dulu sebelum baca, nanti kalau rame ku bonusin mogu-mogu.

Ini adalah narasi tentang siang. Terik matahari yang membakar ubun-ubun para pengais nafkah, wajah lesu yang dihiasi semburat merah keunguan, tak gentar menurunkan semangat pemandu sorak yang sedang mengikuti sebuah pesta pra pemilihan. Spanduk, pamflet, baliho dengan wajah senyum kepalsuan dan janji manis bertebaran terukir dalam sebuah slogan. Pita yang terpasang di kepala, dengan warna sesuai identitas politik menghiasi seluruh jalanan kota.

Daniel memandangi hiruk pikuk jalanan kota dari dalam mobil yang ia tumpangi. Sesekali ia haru menunduk ketika melihat satu wajah yang tak asing. Wajah dengan senyum bangga, tangannya mengepal ke atas dengan pakaian serba ungu. Andai saja semangat seperti itu dia beri untuknya, Daniel tiba-tiba saja mengharap sesuatu yang tak mungkin.

"Kak, nggak kangen?"tanya Beomgyu tiba-tiba.

"Kangen sama siapa?" Daniel menjawab asal.

"Tuh, sama ayah?" tanya Beomgyu dengan menunjukkan sebuah pamflet bergambarkan seorang pria separuh baya.

Daniel reflek menunduk sedih lalu melihat keluar jendela sejenak. Bohong jika ia tak rindu dengan keluarganya. Dengan ayah yang kini entah tinggal dimana dan juga adiknya.

"Ya kangen, tapi gimana yah, lo tau sendiri kan Gyu. Yah sekarang cukup gue liat mereka baik-baik aja dan mereka juga tau gue baik-baik juga!"

Choi Yeonjun, yang dikenal sebagai Daniel, anak seorang calon walikota yang mungkin sekarang sudah terlupakan. Keberadaannya bahkan kini sudah tak diakui. Dia melepas statusnya sebagai anggota keluarga tepat sebelum usianya legal, pindah kewarganegaraan dan pulang sebagai warga negara asing. Rumit sekali kan. Tapi, itu semua yang ayahnya mau. Ambisinya pada dunia politik dan bisnis menguasai. Ia malu mengakui bahwa anaknya seorang gay, terlebih ketika dulu pengakuan itu tersebar. Daniel tidak mau menarik kalimatnya, ia ingin menjadi dirinya sendiri. Lalu resiko pun ia ambil, lebih baik pergi dan dianggap mati.

Dengan binar rindu matanya, Beomgyu menanyakan seseorang yang dulu sering bersama,

"Kalo gue kangen Ailee Kak, dulu kita sering main bertiga di rumah kakak yang lama, ya kan?"

"Ailee? Bocah bandel itu, dia udah gede sekarang. Huft masih cengeng nggak ya dia. Terakhir ketemu dia masih SMP, sekarang dia udah kuliah. Gue masih suka chat kok, cuma kalau buat ketemu, gue belum siap",jawabnya. Ia selalu senang mendeskripsikan adik perempuan satu-satunya.

"Tau nggak? Gue udah beli rumah itu",lanjut Daniel memberikan informasi.

Daniel menyembunyikan senyum. Rumah itu, rumah yang kemarin ia kunjungi bersama orang yang kini berputar-putar membuat pening kepala.

"Serius kak? Tapi mau buat siapa?", tanya Beomgyu penasaran.

Daniel meluruskan pandangan ke depan, ia menggaruk dahi, seraya menjawab,

"Nggak tau nanti, mungkin bakal gue tempatin atau mungkin buat Ailee. Inget nggak, dulu lo sama Ailee suka balapan manjat pohon depan rumah tapi pas udah diatas malah nggak bisa turun. Hahaha", Daniel bernostalgia.

Beomgyu jadi ikut tertawa mengingat kekonyolannya di masa kecil. Tapi ia juga ikut merasa sedih dengan apa yang terjadi dengan Daniel, ia sekarang terpisah juga dengan adik kesayangannya, Choi Ailee.

"Banyak kenangan di sana, apalagi sama almarhum ibu, makanya gue mutusin buat beli balik rumah itu", lidahnya kelu jika ia mengingat mendiang ibunya.

Dia terdiam sejenak, ditatapnya si adik sepupunya dalam, lalu ia menepuk pundak yang lebih muda.

VERSATILE [Yeontae To Taejun END]🔞🌈Where stories live. Discover now