| 9 | Sebuah Moment

649 117 8
                                    

Mendokusai. Sekali lagi, gumaman ciri khas pemuda Nara itu kembali terdengar. Jika dipikirkan, sudah cukup lama ia tidak mendapatkan misi yang melibatkan sebuah tim, Shikamaru belakangan ini selalu disibukkan oleh misi yang bersifat tunggal.

Tidak. Sejujurnya tidak benar-benar tunggal, karena tugas yang ia terima berkaitan dengan Desa Sunagakure, maka ia selalu terlibat dengan Temari, ya, Sabaku Temari─anak tertua dari sang Kazekage ke 4. Dua remaja itu sering bertemu karena selalu menjadi perwakilan Desa masing-masing dalam beberapa hal berkaitan dengan Desa keduanya.

Kebersamaan mereka yang sering terlihat tak jarang pula menimbulkan gosip yang tertuju pada asmara.

Dan, hal itu sedikit mengganggu pikirannya. Karena jika boleh jujur, entah karena apa dan sejak kapan nama gadis lain justru telah tertulis secara permanen di dalam hatinya. Memang merepotkan.

Shikamaru tak melanjutkan langkah kakinya, dadanya terasa sesak ketika merasakan organ jantung di dalam tubuhnya berdetak lebih cepat, hal merepotkan kembali datang membuat tatapan tak suka terpancar di sana, memperhatikan objek yang sangat menjengkelkan.

Detik itu pula, Shikamaru langsung me-non-aktifkan chakra miliknya, kakinya berjalan mengikis jarak mereka. Tepat berlokasi tak jauh dari tempatnya bersembunyi sekarang, Shikamaru bisa melihat jelas dimana pria Inuzuka nampak terduduk dengan gadis Haruno berada dalam pangkuan laki-laki itu.

Shikamaru memalingkan wajahnya dengan berdecih, ia pun merutuki tindakannya ini yang nampak sedang mengintip kedua remaja itu. Maniknya kembali terarah ke sana saat sadar gadis itu mulai berjalan dengan langkah cepat guna menjauh.

Kembali pria nanas itu merasakan ketidaksukaan saat melihat Kiba memperhatikan kepergian Sakura dengan sebegitunya, entah mengapa, tapi kini kakinya memilih untuk mendekati.

"Apa kau juga menyukainya, Akamaru? Bukan kah dia gadis yang wangi?"

"Guk!"

Decihan kembali terdengar ketika telinganya menangkap ucapan Kiba itu. Hatinya menarik sebuah rasa ketidakterimaan saat sadar rupanya Kiba menikmati insiden beberapa waktu lalu.

Tepat setelah tubuhnya berdiri di belakang Kiba, Shikamaru menyunggingkan bibirnya. "Benarkah? Kau menyukai aroma Sakura? atau menyukai Sakura? Atau justru keduanya?"

Kiba yang sejak tadi duduk pun langsung bangkit lalu berbalik. "Apa yang kau lakukan di sini?!" Kiba berujar penuh kesal.

"Aku bertanya, seharusnya kau menjawab. Bukan malah bertanya balik,"

Kiba berdecak. "Apa urusannya denganmu? Dan, sejak kapan kau peduli? Bukan kah ini hal yang merepotkan bagimu,"

"Mendokusai na," Shikamaru kembali melangkah dan berakhir mendaratkan bokongnya pada kursi yang sempat diduduki oleh Kiba.

Tindakan Shikamaru itu berhasil menghadirkan kerutan begitu jelas pada kening si Inuzuka. "Apa maumu?"

Tak langsung menjawab, Shikamaru justru menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, lalu memejamkan kedua matanya dengan menghirup udara sekitar, bibirnya menyeringai ketika sadar aroma Sakura masih bisa ia rasakan. "Ais, aku bukan ninja tipe sensor, tapi mengapa aroma tubuhnya bisa aku kenali padahal dia telah pergi," inernya berbunyi.

"Ini memang merepotkan,"

Kiba menatap bingung laki-laki itu, ia berpikir agaknya otak yang melebihi kata pintar milik Shikamaru telah berhasil membuat laki-laki Nara itu sedikit stress. "Aku jadi kasihan padamu. Apa otak pintarmu itu begitu menyusahkan? Hingga membuatmu menjadi laki-laki aneh seperti ini,"

"Perempuan itu selalu mengganggu pikiranku, ini sangatlah merepotkan," dengan tetap dalam posisi sebelumnya, Shikamaru berujar demikian.

Kiba menghela napas, pada akhirnya laki-laki itu bergabung dengan cara ikut duduk di samping Shikamaru, seperti biasa Akamaru pun berjalan mendekati Kiba dan duduk di dekat kaki pemuda bertaring tersebut.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐅𝐈𝐆𝐇𝐓 || SELESAI✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang