Extra Part ~ Hati Yang Semakin Yakin

630 99 65
                                    

Di sebuah ruangan serba putih, terlihat keberadaan dua gadis dengan warna rambut serta model yang berbeda. Si rambut merah muda dan pirang itu nampak tengah menyusun lembaran kertas yang berserakan di atas meja dengan ditemani ocehan dari salah satunya yang terus menggerutu atas pekerjaan tidak ada hentinya itu.

"Jidat! Ada apa dengan Shizune-senpai, bagaimana bisa berkas-berkas ini sangat berserakan," Ino kembali mengomel.

"Sudahlah, Pig. Tadi aku melihatnya begitu sibuk, sepertinya Tsunade-sama memberikan tugas cukup banyak padanya, sebenarnya aku ingin membantu, tapi tidak diizinkan," Sakura menyahut dengan meletakkan kertas-kertas yang telah tersusun rapi di ujung meja.

Ino mendengus geli. "Jelas saja, kau sebentar lagi akan menikah, justru seharusnya kau itu mendapatkan cuti sekarang, bukan malah tetap bekerja,"

"Masih seminggu lagi, kurasa masih ada waktu untukku membantu kalian. Lagipula Bibi Tsume dan Ibuku telah mempersiapkan semuanya tanpa mau menerima bantuanku,"

Ino pun mengangguk mencoba mengerti. "Ne, Jidat. Tidak kusangka kau akan menikah di umur yang sangat muda, hihi. Terlebih calonmu itu Kiba. Aih! Kalian itu sama-sama berisik! Apa jadinya rumah tangga kalian nanti, ahahaha,"

Sakura mendelik melihat reaksi Ino yang nampak berlebihan itu. "Selama ini Kiba selalu mengalah padaku, yah walaupun sempat terjadi perdebatan, tapi dia akhirnya menyerah," bibir gadis itu sedikit tersenyum ketika mengingat bagaimana pasrahnya Kiba ketika mereka adu mulut, pasti selalu berakhir Kiba yang mengalah.

"Dia terlihat benar-benar menyayangimu, Sakura. Lalu, bagaimana denganmu?"

Secara cepat Sakura menatap sahabat sejak kecilnya itu, Ino terlihat menaik turunkan alis menunggu jawaban Sakura. Dan, ada sedikit ketidaksukaan ketika mendengar pertanyaan seperti itu ditunjukan padanya, seakan rasa yang ia miliki pada Kiba kembali diragukan. Sakura tidak suka.

"Tentu saja! Aku sanggup menikah dengannya, jelas aku juga menyayangi dan mencintainya. Jangan pernah ragukan itu lagi," Sakura mendengus.

Hal itu berhasil membuat Ino terkikik merasa lucu. "Baiklah-baiklah, maaf. Eeuumm ... Sasuke-kun? Bagaimana?"

Terdengar helaan napas dari arah Sakura. "Sampai kapanpun Sasuke-kun akan tetap menjadi temanku, tapi rasa itu sudah tidak ada lagi, Pig."

Percakapan mereka terhenti ketika suara ketukan pintu terdengar, keduanya menoleh bersamaan dengan terbukanya pintu tersebut dan menampilkan kehadiran Shizune serta laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suami dari Sakura.

"Sakura, ada yang mencarimu," Shizune segera menggerakkan kepala ke arah laki-laki di sampingnya memberi kode pada Sakura jika sosok itu lah yang tengah mencarinya.

Setelah meminta izin, Sakura pun meninggalkan tempat bersama dengan laki-laki tersebut. Keduanya mulai melangkah menyusuri koridor Rumah Sakit, belum ada pembicaraan yang terjalin diantara mereka.

"Jadi, Kiba? Ada apa mencariku?" Sakura pun mencoba lebih dulu bicara, karena memang ia tidak tahan dengan situasi seperti itu.

Kiba nampak mengelus tengkuk. "Ibu meminta kita memilih Kimono untuk ... Pernikahan, hehe. Tapi, sebelum itu ada baiknya kau mengisi perutmu dulu,"

Rasanya Sakura ingin tertawa kencang sekarang, memang keadaan canggung serta suasana yang nampak lucu selalu terselip diantara mereka jika memiliki waktu bersama. Entah mengapa, rasanya menggemaskan melihat Kiba yang malu-malu seperti itu.

Sakura mengangguk perlahan. "Begitu. Baiklah, kebetulan aku juga belum sempat beristirahat tadi,"

Kiba menjerit di dalam hati, ini semua karena ucapan Sai beberapa waktu lalu─mereka bertemu di depan Rumah Sakit, dan keduanya sempat melakukan perbincangan ringan hingga menyenggol soal pernikahannya dengan Sakura, lalu Sai pun berkata,

"Seminggu lagi ya? Kau harus bisa mengimbangi Sakura, Kiba. Melihat dia begitu kuat, kurasa di ranjang pun tenaganya akan sama,"

Kuso! Kiba memaki si pucat itu selama perjalanan menemui Sakura tadi, dan dengan tanpa berdosanya Sai pergi dengan menampilkan senyuman palsu seperti biasa, tidak kah laki-laki itu sadar ucapannya sangat sensitif?!

Jadilah perasaan salah tingkah masih menghantuinya hingga sekarang. Kiba tidak bisa membayangkan apa yang tengah dipikirkan Sakura sekarang tentangnya, pasti sangat mamalukan.

Bahkan dengan tak sopannya, otak Kiba terus membayangkan ucapan Sai serta kedua matanya melirik gadis itu, jangan lupakan aroma kuat yang masih selalu menyiksanya jika berdekatan dengan Sakura.

Bisa dibayangkan cobaan begitu besar yang tengah dialami oleh Kiba, 'kan?

Jika begini, bisa-bisa Sakura benar-benar akan memberikannya cap sebagai pria mesum!

Arrgghhh!

...

Tepat pada tiga jam sebelum tengah malam, Sakura keluar dari kediaman Inuzuka, dimana sebelumnya ia dan Kiba telah memilih Kimono serta beberapa peralatan lainnya untuk melengkapi acara pernikahan mereka nantinya.

Setelah pamit, Kiba dan Sakura pun melangkah beriringan menyusuri distrik Inuzuka, tempat itu sudah nampak sepi sekarang, hanya menyisakan hewan-hewan milik klan yang berada di sekitar rumah.

Sakura melirik laki-laki di sampingnya, ia bisa merasakan Kiba di hari ini sangat berbeda, tidak ada tingkah Kiba yang ceria, laki-laki itu cenderung lebih banyak diam dan berbicara dengan nada malu-malu dan terlihat salah tingkah. Sejak tadi Sakura sudah mencoba mengabaikan, tapi kali ini ia sudah tidak tahan lagi.

"Kiba? Ada apa denganmu? Kau terlihat berbeda hari ini. Aku terganggu dengan sikapmu," ya! Sakura menceploskan itu.

Sakura sudah menahannya, tapi sikap Kiba yang sering memandangnya serta terkadang menyempatkan memperhatikannya dengan intens seolah menilai penampilan Sakura membuat gadis itu terganggu.

Kiba tercekat, bahkan saat Sakura mengatakan itu saja tatapannya sedang terarah pada wajah gadis itu hingga membuatnya secara cepat memalingkan wajah, merasa telah terciduk memperhatikan. "Maaf, kurasa memang aku sedang tidak baik-baik saja hari ini,"

Laki-laki itu menghentikan langkah kakinya saat menyadari Sakura melakukan hal serupa, Kiba kembali menoleh. "Ada apa?"

Di bawah cahaya rembulan, wajah ayu Sakura nampak memancarkan keteduhan, raut khawatir begitu kentara di sana, agaknya gadis itu tengah mengkhawatirkan keadaannya, rasa sesal serta haru merayap dalam benaknya, hingga senyuman hangat pun tercetak di sana. "Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Sakura. Aku baik-baik saja,"

Bibir Sakura pun membalas senyuman itu, kepalanya mengangguk mempercayai. "Baiklah, ayo lanjutkan perjalanan,"

Belum sempat kaki Sakura yang mengambang berniat melangkah menapakkan kaki ke tanah, lengannya sudah lebih dulu ditarik oleh Kiba dan saat itu pula kedua mata gadis itu melotot dibuatnya.

Kiba langsung menyerangnya dengan cara menempelkan bibir mereka berdua, jangan lupakan tangannya yang bebas kini menekan tengkuk Sakura guna memperdalam ciuman tersebut.

Terjadi hanya saling menekan beberapa waktu, hingga Kiba pun memberanikan diri untuk membuka sedikit bibirnya guna memberikan lumatan pada bibir bagian atas Sakura, kedua mata si laki-laki tertutup menikmati kegiatannya, di dalam hati Kiba sedikit kecewa ketika tak mendapatkan balasan dari gadis itu, ya, ini hanya ciuman sepihak.

Hingga beberapa detik berlalu dalam situasi yang sama, Kiba merasakan tubuh gadis itu yang semakin merosot dan dengan sigap ditahan olehnya membuat penyatuan kedua bibir itu terlepas. Kiba memanda wajah terlelap Sakura, keningnya mengernyit bingung. "Dia tertidur? Secepat itu?"

...

Sepertinya aku bakalan kasih boom extra part, seharian tadi aku maraton ngetik asal kalian tahuu, wkwk

Gak bayak sih, hehe

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐅𝐈𝐆𝐇𝐓 || SELESAI✓Where stories live. Discover now