𝟶𝟸. Dean Archionix

4.1K 392 58
                                    

“Bahkan setelah kematianmu, aku akan tetap mencintaimu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Bahkan setelah kematianmu, aku akan tetap mencintaimu.”

...

“...Terima kasih telah mencintaiku, lebih dari apapun di dunia ini.”

...

“Mari berjanji kembali untuk saling memiliki di kehidupan selanjutnya.”

...

“Ayo bereinkarnasi lagi. Aku berjanji di kehidupan selanjutnya kita akan bersama-sama dengan akhir yang bahagia...”

...

“Akhiri saja, kita memang tidak bisa bersama.”

...

“AKU BERSUMPAH DEMI ALAM SEMESTA, AKU MENGUTUK KALIAN SEMUA BANGSA MALAIKAT BERSERTA KETURUNANNYA, MUSNAH LAH KALIAN!”

...

“Meski jika aku harus menunggu miliyaran tahun lagi. Aku akan tetap menunggumu...”

...

Laki-laki itu tersentak ketika sebuah spidol mengenai kepalanya. Dia mengangkat wajahnya yang baru di bangunkan secara mengejutkan.

Damn it.” umpatnya sambil menatap guru yang melemparinya spidol tersebut.

“Tidur saat jam pelajaran, bagus sekali Dean Archionix.” ujar guru berkacamata tersebut, dengan kumis tebalnya.

Dean hanya mendecih pelan mendengar omelan guru tersebut, malas meladeninya. Dia terfokus pada mimpinya barusan.

Mimpi itu.. Sering datang ke dalam mimpi setiap ia tertidur.

Sejujurnya dirinya merasa sedikit terganggu dengan mimpi itu, mimpi dimana dia melihat seorang gadis cantik dan pria yang mirip dengan dirinya. Apalagi ketika melihat akhir dari keduanya yang tidak bersama.

“Cepat cuci muka!” ujar guru tersebut saat merasa dirinya tak di hiraukan oleh muridnya.

Dean sempat berdecak dengan malas, sebelum akhirnya bangkit dari kursinya dan keluar dari dalam kelas.

Kaki panjangnya berjalan di lorong panjang sekolah itu, namun bukan menuju ke toilet melainkan ke arah kantin. Dia terlalu malas untuk kembali ke kelas dan menemui guru berkepala botak itu. Lebih baik dirinya di kantin sampai jam istirahat.

Dean mendudukkan dirinya di salah satu meja kantin, suasana kantin sepi, hanya ada segelintir siswa karena jam pelajaran masih berlangsung.

“Mbak Inah, rokok ada?” tanya laki-laki itu pada penjual di kantin.

“Aduh maaf den, kemarin mbak di tegur sama Bu Lastri, katanya ga boleh jual rokok lagi.” jawab mbak Inah.

Dean makin di buat sebal, kenapa sekolah ini makin banyak gaya sih?

Amērta.Where stories live. Discover now