𝟶𝟿. In the dream

3.1K 361 133
                                    

Dua minggu telah berlalu, Sea-Hwa dan Kendra semakin sering berdiskusi tentang pameran yang akan segera di laksanakan dua minggu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu telah berlalu, Sea-Hwa dan Kendra semakin sering berdiskusi tentang pameran yang akan segera di laksanakan dua minggu lagi. Anak-anak osis benar-benar di sibukkan oleh kegiatan ini, belum lagi sebulan kemudian sekolah mereka akan melaksanakan kegiatan camping.

“Jadi yang bakal di pamerin buat pameran nanti, batik mega mendung, rendang daging sebagai hidangan, wayang kulit, dan sisanya adalah keterampilan siswa siswi sekolah ini di bidang non akademik, seperti lukisan, tarian, nyanyian, dan puisi. Oh ya, dari tantenya Dean katanya mau nyumbang buku novel tentang kerajaan gitu, kepala sekolah setuju-setuju aja soal ini.” Kendra menatap orang yang mengikuti rapat ini dengan wajah serius.

Anak-anak osis yang lain hanya mengangguk mengerti, Sea-Hwa yang berada di sana juga ikut menganggukkan kepalanya mengerti.

“Semalem harabeoji— maksudnya kakek gue telpon, katanya anak-anak dari cabang Korea yang ikut juga bakal nyumbang sedikit keahlian mereka. Waktunya bisa di atur atau udah penuh?” Sea-Hwa membuka suara.

Kendra tampak berpikir sejenak, “Ada waktu senggang sekitar satu jam, niatnya di pakai buat kegiatan suka-suka aja, kalo mau di isi buat anak dari cabang Korea bisa gue atur.” balas Kendra.

“Nanti gue kabarin kakek gue.” Sea-Hwa menganggukkan kepalanya kecil.

“Oke, kayanya rapat kita hari ini sampai sini aja, kalau ada yang masih kurang paham bisa langsung tanya gue atau Zidan. Kalian boleh pergi ke kantin sekarang.” ucap Kendra, bertepatan dengan itu bel istirahat berbunyi nyaring, membuat anggota osis yang mengikuti rapat langsung bangkit dan berjalan keluar menuju kantin.

Sea-Hwa menghela nafas, akhirnya dia bisa mengisi perutnya yang lapar sejak pagi itu. Dia segera bangkit dari kursi bersiap keluar dari ruang osis.

“Mau bareng ga ke kantinnya?” tawar Kendra dengan senyum manis, Sea-Hwa langsung mengiyakan tanpa pikir panjang.

Kendra mengulurkan tangannya yang membuat gadis bersurai coklat itu mengerutkan keningnya. Kendra masih setia pada posisinya yang mengulurkan tangannya di hadapan Sea-Hwa.

Karena merasa gemas akhirnya Kendra inisiatif meraih tangan mungil gadis itu, membuat sang empu tersentak dan tersadar.

Mereka berdua berjalan keluar dari ruang osis sambil bergandengan tangan, membuat orang yang melihatnya langsung heboh dan saling berbisik-bisik.

“Kak di liatin, lepas aja.” bisik Sea-Hwa pada Kendra yang terlihat biasa saja melihat siswa-siswi membicarakan mereka secara terang-terangan.

“Diemin aja, sekolah ini emang haus berita, ga lama lagi juga pasti kita bakal masuk akun lambe turah sekolah.” jawab Kendra santai.

“Yang lain udah di kantin?” tanya laki-laki itu mencoba mengalihkan perhatian Sea-Hwa.

“Aerin sama Hyun Dae tadi bilang udah di kantin, gue di suruh nyusul.”

Amērta.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang