11. Kejujuran Hati

1.1K 73 0
                                    


Asmi terbangun ketika menyadari dia ada si sebuah kamar. Matanya menyapu sekeliling. Kamar itu sangat asing baginya. Ada pendar lampu LED warna biru yang sejuk, di tepian plafon. Tempat tidurnya pun terasa sangat nyaman.

"Di mana aku?"

Ketika mencoba bangkit, Asmi harus kembali berbaring. Sebab tubuhnya terlalu lemah. Di salah satu sisi kamar, di memperhatikan seseorang tertidur di sofa dengan posisi duduk.

Asmi memperhatikannya. Wajah pria itu, tidak bisa dibilang jelek. Bahkan, sebenarnya Tama terlihat sangat macho. Ditunjang dengan postur tubuhnya dan tinggi besar.

"Pak ... Pak," panggil Asmi dengan suara serak. Bahkan untuk memanggil orang yang berjarak beberapa meter saja, dia seolah tidak sanggup.

"Pak Tama."

Tama menggeliat di sofa. Lalu pria itu sedikit terkejut mendengar Asmi memanggilnya. Tama segera bangun menghampiri gadis itu.

"Kamu sudah bangun?" Tama bertanya dengan nada yang tak bisa menyembunyikan kegembiraan.

"Iya, Pak. Aku di mana? Kenapa aku tidur di sini?"

Asmi mencoba mengingat-ingat apa yang sebelumnya terjadi. Dia hanya ingat kalau dirinya kedinginan.

"Tunggu, ya," pinta Tama, sebelum berlalu meninggalkan Asmi.

Pria itu berjalan menuju pintu, lalu memerintahkan pelayan untuk membawakan sesuatu.

"Mbak, tolong bawakan makanan untuk Asmi."

"Baik, Tuan."

Saat Tama kembali, Asmi menanyainya dengan ekspresi terkejut. Sambil memelototkan matanya.

"Pak, ini aku udah ganti baju?"

"Iya. Baju kamu tadi basah, Asmi. Kamu juga udah dibersihkan."

"Haaah?"

Asmi menyingkap selimut, dan benar saja dia sudah rapi dalam balutan baju tidur yang nyaman. Rambutnya juga sudah kering. Jadi? Pak Tama sudah melihat keseluruhan tubuhnya?

Asmi bergidik ngeri. Bisa-bisanya dia tidak sadarkan diri. Membuat Tama dengan leluasa, mungkin berbuat apa saja. Asmi menatap laki-laki di hadapannya dengan marah dan curiga.

"Tenang ... bukan saya yang gantikan pakaianmu," ucap Tama seolah tahu apa isi pikiran Asmi.

"Lalu, siapa?"

Jangan, jangan sampai para istri Tama juga, batin Asmi. Sekarang dia sudah ingat bahwa mereka memperlakukan Asmi dengan buruk. Mereka jahat.

"Pelayan rumah, Asmi." Tama sedikit tertawa. Dia geli sendiri melihat ekspresi gadis itu.

"Jadi, ini kamar Bapak?"

"Iya."

"Bagus," puji Asmi tulus, terlebih setelah dia melihat jendela bulat yang cukup besar di atas kepalanya. Tepat di tembok belakang tempat tidur.

"Syukurlah kalau kamu suka."

"Eh?!"

Asmi menatap Tama curiga. Dia menyangka kalau Tama pasti berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon