15. Cemburu

1.2K 72 0
                                    


Perjalan ke kota kabupaten memakan waktu kurang lebih satu jam. Rasanya, Asmi pun tetap merasa asing dengan tempat itu. Sebab, ketika lewat sebelumnya hari sudah malam.

Tama memarkirkan mobilnya di area parkir dekat pertokoan. Mereka lalu berjalan-jalan menuju alun-alun kota. Melewati masjid besar yang merupakan masjid agung kota.

"Asmi, mau beli apa?" tanya Tama.

"Beli apa? Nantilah, Pak."

Mereka berdua menyeberang jalan kemudian duduk-duduk di bawah pohon beringin.

"Enak juga ya, Pak, cuacanya. Nggak berasa panas."

"Iya, di sekitar sini banyak pohon, jadi nggak panas."

"Baguslah."

"Asmi, kemarin tanya tempat beli baju bagus. Itu salah satunya. Toko Fateema. Yuk, ke sana."

"Bentar, Pak. Kita duduk di sini dulu sebentar ya."

Akhirnya mereka memesan minuman dan makanan di area alun-alun itu. Menikmati pemandangan sekitar, juga kesibukan orang-orang di sekitar mereka.

"Pak, Asmi mau tanya."


"Hmm, tanyalah, Asmi."


"Euumh, apa Bapak yakin mau memperistri aku?"

Ekspresi Tama berubah serius. Dia memandang wajah Asmi tanpa berkedip. Menghentikan semua aktivitasnya.

"Asmi, bahkan kalau kamu tanyakan itu saat kita masih di tempat Pak Haji, jawabanku akan tetap sama. Aku sangat yakin."

"Meskipun Bapak nggak kenal aku?" selidik Asmi meyakinkan.

Di luar dugaan, Tama malah tertawa.

"Kalau begitu, bantu aku, dong," pinta Tama yang terdengar lebih ceria. Tidak seserius sebelumnya.

"Bantu apa, Pak?"

"Bantu aku, untuk lebih kenal denganmu, Asmi. Kamu bisa cerita apa saja, boleh minta apa saja padaku. Ya? Selain minta dipulangkan, tentunya."

Kali ini, Tama mengantisipasi. Kalau-kalau Asmi mengatakan, minta pulang saja.

"Iya."

Asmi menjawabnya singkat saja.

"Bagus kalau gitu, Asmi. Ya, walaupun aku tahu kamu pasti sangat-sangat ragu untuk menikah, sekarang, denganku. Tapi, aku janji, akan berusaha membuatmu bahagia, Asmi. Itu adalah tujuanku."


Asmi tak habis pikir. Kalau mau membuatnya bahagia, kan, ada banyak caranya. Bukan malah dengan merenggut kebebasan Asmi, mengikatnya dengan sebuah pernikahan.

"Kamu yakin, nggak mau beli HP sekarang?"

"Yakin, Pak."

"Yaudah kalau gitu, ayo kita beli baju."

Tama mengajak Asmi bangkit. Mereka telah selesai membayar makanan dan minuman, lalu berjalan menyeberang jalan untuk masuk ke toko Fateema. Salah satu toko pakaian langganan Tama.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now