27. Patah Hati

851 64 0
                                    


"Untung udah beres. Ayok kita makan," ajak Sita segera. 

"Eh, tapi, Mbak. Aku lupa nggak bawa uang."

Sekali lagi Sita menggeleng. Asmi ini bagi Sita adalah wanita yang merepotkan. Dia mungkin adalah orang yang ceroboh. Tidak seperti Sita yang apa-apanya selalu terencana dengan baik.

"Aih, tenang aja."

Sita bicara sebentar kepada pegawainya. Lalu, dia berjalan keluar bengkel, sambil mengajak Asmi. Mereka berjalan sekitar 100 meter untuk sampai di sebuah tempat makan. 

"Kamu mau makan ayam, apa ikan?" tanya Sita menawarkan.

"Itu … terserah Mbak Sita aja."

Geram sekali Sita dibuatnya. Bahkan memilih makanan untuk diri sendiri saja dia tidak bisa. Apalah yang dilihat Tama dari diri Asmi? Sampai dia menikahinya.

"Mas, ikan bakar dua, ya. Sama air mineral dua."

"Baik, Mbak."

Pelayan itu pergi setelah Sita memesan. Mereka duduk di sebuah bangku di dekat parkiran. Tempatnya cukup nyaman, tidak terlalu tertutup, tetapi sejuk karena ada beberapa tanaman hias di hampir setiap sudut rumah makan itu.

"Eh, Mbak Sita, Pak Tama telepon," ucap Asmi memberi tahu. Dengan ekspresi kaget yang menjengkelkan bagi Sita.

"Ya jawablah!" 

"Iya. Aku akan bilang kalau lagi bareng Mbak Sita," jawab Asmi sambil tersenyum.

Asmi menjawab panggilan Tama, dia mengatakan sedang makan bersama Sita. Asmi juga meminta Tama untuk bicara dengan Sita melalui ponselnya, tetapi wanita itu menolaknya.

"Bilang aja aku lagi ke WC," ucap Sita tanpa suara. Setelah selesai bertelepon, Asmi dengan wajah polosnya tersenyum pada Sita. Padahal, Sita sedang terbakar cemburu gara-gara dirinya.

"Hai, Sit!" sapa seorang lelaki dari kejauhan. Pria itu mendekat ke arah Sita.

"Udah makan belum?" tanya pria itu..

"Belum, Di. Ini baru lagi pesen."

"Kebetulan ya, ketemu di sini. Aku lagi nganter rombongan dari Jakarta. Lagi wisata di sini."

"Emh, banyak duit sekarang kamu, Di," goda Sita usil.

"Adalah kalau duit. Eh, ini siapa, temen?"

"Oiya, Di. Kenalin ini Asmi. Emh, anak baru di bengkel."

"Halo, Asmi. Saya Adi, teman kuliahnya Sita."

"Asmi."

"Kerja yang bener, ya, Asmi. Sita galak soalnya. Haha!"

"Dih, sialan Adi!"

"Ya udah, tuh pesanan kamu udah datang. Sampai jumpa lagi, ya," ucap Adi sebelum beranjak pergi.

"Sini makan."

"Gampang nanti," jawab Adi sambil melambaikan tangan pada Sita dan Asmi.

"Ayo, makan dulu," ucap Sita yang lebih mirip komando ketimbang ajakan bagi Asmi. Mereka berdua menikmati menu nasi dan ikan bakar, lengkap dengan sambal dan lalapan.

"Iya, Mbak makasih."

Usai makan mereka duduk-duduk sebentar, sambil minum es teler yang terasa begitu menyegarkan.

"Mbak Sita keren banget, deh. Bisa ngebengkel, bisa ngapain aja."

"Kamu pikir gitu? Baguslah, Asmi."

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now