25. Cincin Persaudaraan

1.1K 58 0
                                    



Asmi terlonjak dari tempat tidur ketika menyadari ada seseorang di sampingnya. Dia mendapati diri tidak berpakaian lengkap. Saat menoleh, wajahnya terasa memanas melihat seseorang itu. Seseorang yang telah Asmi serahi cinta sepenuh jiwa dan raga semalam.

"Kamu sudah bangun?"

"Ya! Aku mau mandi!" Saat menjawab pertanyaan itu, Asmi berlari ke kamar mandi. Segera membasuh seluruh tubuh. Sambil memikirkan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.

"Hhhh! Aku malu!" keluhnya sambil memejamkan mata di bawah guyuran air. Usai mandi dia mengintip dari celah pintu, melihat apakah Tama juga bangun. Pria itu bertelungkup di atas bantal.

"Aman," ucapnya sambil berjinjit, sementara tubuh Asmi hanya terbalut oleh handuk. Dia buru-buru sembunyi di balik pintu lemari baju, sambil memilih dan menggunakan satu per satu pakaian.

"Pagi sekali kamu bangun?" tanya Tama sambil masih tiduran di ranjang.

"Iya, Pak, kata Bu Haji, kita disuruh sholat, loh." Asmi menjawab sambil melihat jam dinding. Pukul 4.15 pagi.

"Hehe. Mereka selalu mengatakan itu."

"Kalau gitu, ayo kita sholat, Pak."

"Aku mau mandi dulu, nanti sholat di kamarku aja."

"Eeh! Laki-laki sholat jamaah di masjid, kata Pak Haji," ucap Asmi menyindir.

"Bertahap dululah, kalau udah bisa konsisten baru mulai ke masjid."

"Iyaaah." Asmi menutup pintu lemari ketika dia sudah berpakaian lengkap.

"Asmi, hari ini akan ada orang beli sapi. Jadi, aku mau ke kendang. Kamu nggak usah ikut dulu. Kapan-kapan aja, ya."

"Baik, Pak."

Usai mandi, Tama kembali ke rumah utama. Dia akan sholat Subuh di kamarnya. Sementara Asmi, setelah sholat dia memakai skincare pemberian Bu Haji. Agar kulitnya senantiasa sehat terawat. Ketika selesai memakainya, pintu kabin Asmi diketuk seseorang.

"Sebentar," ucapnya dari meja rias. Dia berjalan menuju pintu karena tahu itu bukan Tama.

"Eh, Mbak Aida, selamat pagi, Mbak," sapa Asmi ramah. Namun wanita itu menunjukkan wajah yang sinis.

"Kamu dipanggil Mbak Mar sekarang suruh ke tempatnya."

"Oh iya, Mbak. Ada apa ya?"

"Udah ayok! Nggak usah banyak nanya!" jawab Aida ketus. Memaksa Asmi mengikutinya ke kabin Maryana.

Saat Asmi masuk ternyata sudah ada Sita di dalam. Wanita itu bersama Maryana duduk di bawah sambil mengelilingi meja. Asmi sampai mengira kalau dirinya akan diancam tiga orang itu. Dia jadi merasa takut.

"Eh, Asmi. Sini," sapa Maryana ramah.

Asmi dan Aida bergabung bersama Maryana dan Sita. Maryana membalikkan cangkir untuk kedua orang yang baru datang itu, lalu menuangkan teh.

"Silakan diminum buat anget-anget." Maryana mempersilakan.

"Makasih, Mbak," jawab Asmi dan Aida bersamaan. Membuat Aida kembali melemparkan tatapan sinis pada Asmi. Entah apa salah Asmi pada wanita itu.

"Hari ini, Alhamdulillah, Mbak mau bagi-bagi rezeki. Sekaligus ngeteh-ngeteh bareng. Supaya kita semakin kompak."

Maryana tersenyum sambil mengatakan itu. Kemudian dia mengambil kotak kaleng di sampingnya, membuka dan membagikan isinya.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz