39. Actor

646 51 3
                                    

Asmi bermain cantik dengan berpura-pura bodoh. Dia menyimpan paket skincare dari Bu Haji. Lalu memajang skincare pemberian Maryana di meja riasnya.

Pagi-pagi, Asmi mengeluarkan sedikit-sedikit isi produknya, menaruhnya di spatula lalu melarutkannya di bawah guyuran kran. Sehingga, dia bisa meyakinkan Mbak Mar, kalau pemberiannya dipakai. Sama seperti yang dia lakukan pada pil KB.

Asmi telah selesai bersiap, dan dia akan berangkat untuk bantu-bantu di dapur. Namun, dalam perjalanannya menuju rumah utama, Asmi mendapati Tama sedang berada di tempat favoritnya. Sepagi ini, Tama sudah ngopi di rooftop? Apakah dia bersama Sita juga?

Asmi bergegas. Tidak ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam kepalanya.

"Selamat pagi, Neng," sapa Ifa. 

"Pagi juga, Mbak. Masak apa? Yuk, Asmi bantuin."

Pada akhirnya, alih-alih menunggu dipanggil untuk sarapan, Asmi memilih menyibukkan diri di dapur. Dia ingin membunuh waktu demi melewatkan masa-masa kesepian. Asmi menghitung hari, satu, dua, tiga, empat, lima. Lima hari lagi, Tama akan kembali menginap di kabinnya. Lima hari, yang akan dia lewatkan dengan tegar dan tabah.

"Asmi, skincarenya udah kamu cobain?" tanya Maryana ketika mereka akan sarapan.

"Udah, Mbak." Sambil tersenyum Asmi menjawabnya, untuk mengelabui Maryana.

"Semoga cocok ya."

Maryana mengatakan itu dengan yakin. Tentu saja skincare itu akan menimbulkan efek yang baik di awal. Membuat penggunanya lekas memiliki kulit cerah dan glowing. Sebab, skincare abal-abal pilihan Maryana bekerja dengan mengelupas lapisan kulit terluar dengan cepat. Membuat kulit kehilangan pelindungnya, sehingga yang tampak adalah kulit bagian dalam yang lebih cerah, halus, tetapi pada saat yang sama juga sensitif. 

Mereka sarapan seperi biasa. Lalu, setelah satu per satu istri Tama berangkat tinggallah Asmi seorang diri yang berniat akan membantu para rewang di rumah. Di luar dugaan, Tama mengajak Asmi pergi.

"Asmi, mau ikut ke kandang?"

"Boleh." Mata Asmi berbinar. Dia menyambut ajakan itu dengan sukacita yang mendalam. Betapa, waktu semalam begitu tajam, dingin, dan terlalu lama untuk dia lewatkan tanpa kehadiran Tama di sisinya.

"Ayo, kalau gitu."

Asmi menyambut uluran tangan Tama. Uluran tangan yang mungkin pernah ditampiknya. Seseorang yang sempat Asmi tolak, yang tidak pernah terbayang di benaknya kalau suatu hari Asmi akan jatuh cinta padanya.

Dengan ceria Asmi melangkah menuju mobil Wrangler Rubicon kesayangan Tama, dan tangannya aman dalam genggaman suaminya.

Para pelayan di rumah tersenyum dan ikut bahagia. Melihat pasangan beda usia itu, yang justru terlihat begitu cocok satu sama lain. Cinta di antara keduanya seolah memancar ke segala penjuru, mewangi memanjakan setiap insan dan makhluk ciptaan Tuhan.

"Kita berangkat," ucap Tama, sebelum menginjak pedal gas meninggalkan halaman rumah menuju kandang sapi miliknya.

"Makasih udah ngajak aku, Pak."

"Iya, Asmi."

"Tapi, Pak, kayaknya aku harus punya kegiatan, deh. Biar nggak kayak orang hilang."

"Eh? Kamu kan, udah sibuk bantu-bantu di rumah, belajar juga. Masa sih, kayak orang hilang?" 

"Eumh, Bapak nggak ada gitu rencana untuk aku. Misalnya, aku jualan apa gitu? Atau ikut ngurus kandang? Ya, aku emang belum bisa apa-apa sih, Pak. Tapi, aku akan belajar biar bisa berguna untukmu. Seperti …." Asmi menjeda kalimatnya, sebab, ada yang terasa nyeri di dadanya. Dia menguatkan diri, mencoba untuk berkata sejujurnya.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now