40. Semesta

583 49 0
                                    


Kenapa semestaku yang luar biasa harus berpusat padamu?

Asmi terpaku. Dia diam dan tidak mengatakan apapun. Pikirannya berkecamuk. Jadi, itu yang dipikirkan oleh Tama?

"Aku menginginkan hal yang terbaik untukmu, Asmi. Aku rasa akan lebih baik jika kamu meningkatkan diri. Semacam itu."

"Tapi, itu rasanya sulit, Pak." Asmi mengeluh, membayangkan bahwa dia harus kembali menjalani rutinitas sebagai seorang pelajar.

"Kan, ada aku."

Tama meremas jemari Asmi, mencoba menenangkan gejolak di hati wanitanya.

"Jangan khawatirkan apapun. Santai saja, Asmi."

Tiba-tiba saja, Asmi mual dan hampir muntah.

"Ueek! Maaf, Pak. Eh, kayaknya aku masuk angin."

"Ya udah kita pulang sekarang."

Mereka pun segera pulang ketika waktu menunjukkan tengah hari. Asmi terlihat sangat pucat dan lemah. Meskipun dia tetap saja menunjukkan senyum pada Tama.

Asmi merasakan perhatian luar biasa dari suaminya. Bagaimana Tama bahkan mempunyai rencan baik untuk masa depan. 

"Ayo kita periksa ke Puskesmas, Asmi."

"Nggak perlu, Pak. Kita pulang aja. Aku dah baikan ini. Nanti istirahat di rumah juga sembuh."

"Baiklah kalau itu maumu, Asmi."

Mereka akhirnya pulang ke rumah, lalu Asmi lekas beristirahat di kabinnya. Sementara Tama, melanjutkan pekerjaan di ruang kerja.

Asmi heran sendiri dengan keadaannya. Kenapa sebentar mual, sebentar reda? Dia mengoleskan minyak kayu putih di perut untuk menghangatkan diri. Lalu menyeduh teh, sebelum kemudian berbaring di sofa.

Hari-hari yang dia jalani, sedikit lebih berat. Asmi cukup meriang. Namun, selalu berusaha menyembunyikannya. Dia tidak ingin Tama cemas. Lagipula, sebentar lagi, Tama akan kembali menginap di kabinnya.

"Asmi," sapa Maryana yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kabinnya. Membuat Asmi sedikit terkejut.

"Kamu pucat? Nggak enak badan?" selidik Maryana.

"Cuma masuk angin dikit, Mbak. Ada apa?"

Maryana tanpa menjawab pertanyaan itu, langsung bergerak ke meja rias milik Asmi.

Dia memeriksa skincare pemberiannya, apakah benar digunakan atau tidak.

"Oh, Mbak cuma mau lihat apakah skincare pemberian Mbak kamu pakai," ucapnya santai tanpa merasa bersalah telah mengganggu privasi Asmi. 

"Ya, Mbak lihat sendiri, kan? Hari ini Asmi juga sudah pakai, Mbak."

"Baguslah, Asmi. Kalau habis nanti bilang sama Mbak. Biar Mbak kasih lagi."

"Baik, Mbak Mar."

"Oh ya, Mbak ada obat masuk angin di kabin. Nanti Mbak berikan untukmu."

"Terima kasih, Mbak Mar."

Maryana pun berlalu dengan ceria. Dia lega, mengetahui bahwa Asmi benar-benar memakai skincare pemberiannya. Cepat atau lambat wajah wanita muda itu akan rusak dan dipenuhi noda hitam. Maryana sangat tidak sabar menantinya.

Tidak seperti sebelumnya, Asmi akan mengikuti kegiatan Tama, dia memilih untuk tinggal di rumah. Asmi beristirahat sambil membaca-baca buku. Namun, dia juga sering hilang minat sebab perasaannya tak menentu.

"Pengen bantu-bantu juga lemes, gimana ya?" tanya Asmi pada dirinya sendiri. Pada akhirnya, dia memilih berbaring di ruang baca sampai ketiduran. Hingga menjelang sore hari, Mbak Rumi membangunkannya.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now