31. Keperawanan Asmi

1.5K 55 0
                                    


Maryana masih menyimpan kemarahan akibat perlakuan istimewa Tama terhadap Asmi ketika makan malam. Sehingga dia merencanakan sesuatu untuk mempermalukan Asmi.

Wanita itu bangun pagi-pagi sekali. Menunggu Tama keluar dari kabin Asmi seperti biasa. Karena sekarang Tama selalu pergi saat pagi, Maryana tidak tahu kalau Tama pergi untuk sholat subuh.

Mengetahui kalau Tama sudah masuk ke dalam rumah utama, Maryana segera mendatangi Asmi. Asmi yang sedang berdoa pun bangkit untuk membukakan pintu.

"Ada yang ketinggalan ya, Sayangku?" teriak Asmi karena mengira itu adalah Tama. Maryana malah terdiam di depan pintu.

"Eh, Mbak Mar. Maaf Asmi kira Pak Tama."

"Iya, Asmi."

"Silakan masuk."

Tadinya, Maryana datang dengan wajah ceria. Meskipun hanya dibuat-buat. Namun, mendengar cara Asmi memanggil mesra Tama membuatnya tidak bisa menyembunyikan kesinisan di wajah.

"Ada perlu apa, Mbak Mar? Mau Asmi buatkan minum?" tanya Asmi sambil melepaskan pakaian sholatnya.

Maryana bertambah cemburu ketika mengetahui rambut Asmi yang basah. Dia pasti habis keramas. Sepanas apa kira-kira permainan mereka semalam? Maryana bertanya dalam hatinya. Apalagi Asmi masih muda dan menawan, dan masih perawan juga ketika dinikahi. Pasti Tama sangat menikmati waktunya bersama Asmi.

"Mbak?" panggil Asmi ketika mendapati Maryana terdiam. 

"Oh iya, Asmi. Nggak usah. Mbak … cuma mau ngobrol sebentar."

"Boleh, Mbak."

Dengan tenang, Asmi duduk di sofa bersama Maryana. Menunggu, apa yang akan disampaikan wanita itu.

"Eh, begini Asmi. Maaf ya, kalau kamu tersinggung. Sebelumnya, kita kan, kurang saling mengenal satu sama lain. Makanya, kadang ada kesalahpahaman, atau kesannya nggak cocok gitu."

"Iya, Mbak." Asmi masih meraba-raba arah pembicaraan Maryana.

"Maaf kalau, Mbak, jadi tanya begini." Kegagalan fokus Maryana, telah membuat dirinya sedikit lupa akan tujuan awal datang ke kabin Asmi. Wanita itu berbisik, "Waktu datang ke sini, kamu masih perawan, kan?"

Asmi memejamkan matanya selama satu detik. Sambil menelan ludahnya pelan. Dia tidak menyangka akan mendapatkan pertanyaan semacam itu. Sebuah tanya, yang sebenarnya Asmi rasa terlalu pribadi dan rahasia. Namun, tidak mengapa, dia sadar tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

"Jangan tersinggung, Asmi. Mbak, cuma ingin tahu saja."

"Insyaallah, Mbak. Asmi belum pernah disentuh lelaki mana pun selain Pak Tama."

Entah apa yang sebenarnya diharapkan Maryana. Namun, jawaban itu malah serupa tombak, yang menusuk tepat di jantungnya. 

"Mbak cuma mau tanya itu?" Asmi bertanya balik, karena mendapati ekspresi wajah Maryana yang tampak terkejut.

"Iya, Asmi. Kamu masih minum pil yang dari Mbak, kan?" tanya Maryana, dipelan-pelankan. Berusaha terdengar seramah mungkin.

"Iya, Mbak," jawab Asmi malas.

"Mana coba sini, Mbak lihat."

Asmi terkejut dengan permintaan Maryana. Dia tidak menyangka kalau wanita itu akan memeriksa pilnya. 

"Sebentar, Asmi ambil, Mbak."

Asmi berjalan menuju kamar mandi. Dia membuka wastafe kabinet dan mengambil papan strip pil KB yang diberikan oleh Maryana. Asmi mengeluarkan beberapa pil itu, dan menjatuhkannya di dalam kabinet. Lalu dia kembali ke sofa.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now