50. Cinta Sejati

2.7K 59 9
                                    

Oke, ... here we go. Pastikan kamu udah follow ya. Udah capek-capek ditulis, loh. 😌

"Sayang ya, kita cuma satu malam aja di sana. Lain kali kita pergi berdua lagi, ya, Asmi," ucap Tama ketika mereka dalam perjalanan pulang setelah check out dari villa.

"Iya, Pak. Tenang aja. Masih ada banyak waktu untuk kita berdua. Insyaallah."

"Insyaallah, Asmi." Tama tersenyum pada sang istri muda yang kini dia anggap sebagai cinta sejatinya. Seseorang yang benar-benar mengenal Tama sebagaimana harapannya dulu. Saat awal kebersamaan mereka.

Perjalanan pulang pun terasa lebih cepat dibandingkan ketika mereka berangkat kemarin. Tahu-tahu mereka hampir sampai saja di rumah. Andai sedang tidak ada masalah, Asmi sebenarnya mau-mau saja menginap di villa bersama Tama. Jangankan satu hari satu bulan pun dia mau. Malah itu yang dia harapkan, untuk bisa selalu bersama Tama.

Mereka memasuki halaman rumah. Ketika Pak Yan melihat mobil yang dikendarai Tama masuk ke halaman, pria itu tersenyum dengan sangat gembira.

"Juragan!" teriaknya antusias.

"Pak Yan, bisa tolong urus mobil ini?"

"Siap, Juragan!" Tentu saja Pak Yan sangat bahagia menyambut majikannya. Sebab, yang dia tahu kemarin, Tama berencana untuk pergi jauh dan tidak akan kembali. Di luar dugaan, Asmi pun turut serta pulang ke rumah.

"Neng," sapa Pak Yan pada Asmi seolah mereka telah berpisah selama bertahun-tahun lamanya. Asmi mengangguk ramah, sambil berpamitan untuk masuk ke dalam rumah.

Ketika sampai di dalam rumah, keduanya menyaksikan Maryana sedang terduduk lesu di sofa bersama Aida dan Sita. Sita yang menyadari kehadiran Tama dan Asmi pun segera memanggil mereka.

"Itu Tama!" Sita bergerak mendekati Tama yang berjalan di samping istri termudanya. Tama meraih Sita ke dalam pelukan. Mendekapnya begitu erat, sambil mengusap-usap punggungnya. 

"Maaf, Tama," ucap Sita sambil menangis.

Tama melonggarkan pelukan itu. Lalu menatap wajah Sita dengan tatapan lembut, sebelum akhirnya mendaratkan kecupan di kening wanita tomboy itu. Mereka kembali berpelukan, dan tangis Sita semakin menjadi.

"Sssh! Sita, sayangku. Wanita hebat dan kuat. Asmi sudah cerita semuanya. Jangan menangisi kesalahan yang tidak kamu lakukan."

"Aku … sangat bersyukur kau kembali, Tama."

Tama lalu melepaskan dekapan itu. Lalu, ketika Aida berpikir akan mendapatkan hal yang sama, suaminya justru menyilangkan tangan di dada sambil sedikit menggerakkan kepala. Tanda bahwa Tama tidak sedang dalam keadaan ingin atau mau memeluk Aida.

Mengetahui hal itu, Maryana pun sadar diri. Semua masalah yang terjadi adalah akibat dari ulahnya. Maryana lalu bersimpuh di hadapan Tama, menangis sambil memohon maaf.

"Tamaaaa!" teriaknya histeris. 

"Tolong maafkan aku! Aku menyesal, Tama. Sungguh." Maryana menangis di kaki suaminya, dan menolak untuk bangun ketika Aida dan Sita berusaha membantunya. 

Wanita itu mendongak, berharap Tama sudi memandangnya. Namun, pria di hadapannya justru membuang muka. 

"Maryana, minta maaflah pada orang yang seharusnya."

Maryana kemudian meruntuhkan semua egonya. Menanggalkan segala kesombongannya. Merendah, memohon maaf atas segala kesalahannya pada Asmi. 

"Asmi, maafkan Mbak. Tolong, Mbak mohon maafkan Mbak, Asmi. Mbak menyesal!"

Asmi berjongkok di hadapan Maryana, membantunya untuk bangun, lalu mereka berpelukan. Kejadian itu membuat semua yang menyaksikan ikut meneteskan air mata.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now