17. Tamu

785 57 0
                                    


Persiapan pernikahan semakin matang.

Rasanya sudah berhari-hari Asmi dikurung dalam kamar di lantai dua. Terasa sangat lama bagi Asmi, dan selama itu pula dia tidak berjumpa dengan Tama. Kira-kira apa yang Tama lakukan sekarang, di mana dia?

Orang yang ditunjuk untuk selalu mendampingi Asmi adalah Mbak Yuni. Sebab, Tama mengira dialah yang paling dekat dengan Asmi karena kejadian sebelumnya. Beruntungnya, seperti yang Tama bilang sebelumnya, Asmi tidak harus jenuh menunggu. Mbak Yuni juga yang mengurus semua keperluan Asmi selama masa persiapan menjelang pernikahan.

Termasuk untuk urusan makan.


Sembari menantikan hari yang mendebarkan dan sering mendatangkan mulas, Asmi dirawat dengan baik oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Gadis itu sering menghabiskan waktu di ruang home spa untuk merawat rambut, kulit tubuh, wajah, bahkan kuku.

Sesekali, sebenarnya dia ingin mengetuk pintu akses ke kamar Tama. Barangkali dia ada di dalamnya. Sayangnya, menurut Mbak Yuni, Tama selalu berada di luar untuk menemui tamu. Asmi sendiri malah tidak tahu bagaimana keadaan di bawah.

"Rame di bawah, Mbak?" tanya Asmi pada Mbak Yuni ketika Asmi makan siang.

"Rame banget, Neng."

"Udah ada orang datang, Mbak?"

"Ya banyak, lah, Neng. Banget malah."

"Kok, bisa ya?"

"Orang di desa emang gitu, Neng, suka datang di hari-hari sebelum pernikahan."

Mbak Yuni juga menceritakan keadaan di bawah pada Asmi. Mengenai tenda tamu di halaman sebelah kiri, dapur untuk masak besar yang ditempatkan di garasi, serta pelaminan yang dipasang di beranda rumah. Halaman yang tadinya luas dan memanjang itu, sekarang nyaris penuh.

"Hmm, banyak yang dimasak, dong, Mbak?"

"Ya banyak banget, Neng. Neng Asmi mah, langsung terkenal sekarang."


"Cyaah, bisa aja Mbak Yuni."


Mereka terus mengobrol di dalam kamar. Sesekali, Asmi berjalan mondar-mandir di dalam. Berharap, dapat bertemu dengan Tama sekali saja. Hanya tinggal satu malam lagi, dia harus menunggu.

Asmi memandang manekin yang memamerkan gaun pengantinnya. Semakin dilihat, semakin membuat Asmi merasa panas dingin dibuatnya.

"Mbak Yuni, kita ke atas, yuk, bentar."

"Ayo, Neng."

Mereka berdua akhirnya pergi ke rooftop, tempat favorit Tama. Tidak ada siapa-siapa di sana. Semua orang sibuk di bawah. Panas terik matahari, tidak menyurutkan minat Asmi untuk berada di tempat itu.

Dia memandang kabinnya. Sambil bertanya dalam hati, kapan kiranya dia bisa kembali ke sana? Asmi memandang lebih jauh, lalu mendapati banyak orang dan beberapa sapi di pinggir sungai.

"Kok, ada sapi di sana, Mbak?"

"Iya. Itu sapi buat konsumsi para tamu, Neng."

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Where stories live. Discover now