BAB : Pengganti Rokok

2.4K 156 0
                                    



Nueng mencoba bangkit dari tidurnya, ia meringis kala merasakan rasa nyeri yang menyerang kepalanya.

Ia duduk di tepi ranjang dengan pakaian yang sedikit berantakan, netranya mengerjap mencoba untuk mengumpulkan nyawanya yang masih belum seutuhnya terkumpul.

Pintu kamarnya dibuka, Palm dengan tubuh tegap ala bodyguard itu menghampiri sang Tuan yang baru bangun dari tidurnya.

"Apa yang ingin anda makan untuk menu sarapan kali ini, Tuan?" Palm sedikit menunduk untuk menunjukkan rasa hormatnya.

Nueng mendongak dengan senyum kecil diwajahnya, "Aku ingin memakan mu saja."

Tuan muda itu tertawa kecil, ia menatap Palm dengan senyum manis.

Palm terdiam, ini bukan pertama kalinya Tuan nya berkata seperti itu.
Ia mengangguk lalu mundur beberapa langkah.

"Tuan dan Nyonya sudah menunggu anda dibawah, sebaiknya anda segera bersiap."

Nueng berdecak kesal, lagi-lagi orang tua sialan itu. Ia sangat malas untuk berhadapan dengan kedua orangtuanya pagi ini.

Apalagi setelah mereka dengan paksa menjodohkannya dengan seseorang yang bahkan tidak ia cintai, Nueng semakin membencinya.

.
.
.
.

Nueng dengan seragam kuliahnya turun menuruni tangga dengan Palm yang berada dibelakangnya.

Nueng menarik kursi dan duduk didepan ayahnya yang sedang makan dengan diam, begitu juga dengan ibunya.

Palm berdiri tidak jauh dari meja makan tersebut, ia berdiri dan mengawasi Tuannya tanpa mengalihkan pandangannya satu detik pun. Ia akan berjaga seperti ini, berjaga-jaga jika sesuatu terjadi maka ia bisa menjadi penengah dan pemisah antara anggota keluarga itu.

"Calon tunangan mu akan datang berkunjung kesini, kau harus menyambutnya dengan baik."

Nueng yang sedang mengoles selai pada rotinya mendadak berhenti, ia memutar bola matanya dengan malas.

"Kenapa aku harus menyambutnya?"

Ayan Nueng, Tuan Pipop, menghentakkan sendoknya ke piring dengan keras. Ia menatap putra satu-satunya itu dengan tatapan marah.

"Dia adalah calon tunangan mu, sudah seharusnya kau menyambutnya dengan baik. Kelak dia yang akan menjadi istrimu."

Lagi, Nueng hanya merotasikan bola matanya sembari menghela nafas kesal.

"Lalu kenapa tidak Pa saja yang yang bertunangan? Atau menikah saja sekalian, ku pikir itu baik untuk menjalin kerja sama dan masa depan bisnis milik Pa." Ucap Nueng.

"Nueng!!!"

Hampir saja Nyonya Tanya melayangkan tamparannya pada putra semata wayangnya itu, namun Pipop lebih dulu mencegahnya untuk berhenti sembari menenangkan nya.

"Kurang ajar kau Nueng! Bagaimana bisa kau bicara seperti itu pada ayahmu!" Nyonya Tanya menatap Nueng dengan murka.

"Jangan menghiraukan ucapannya, dia memang kurang ajar!" Pipop mengelus lengan istrinya untuk meredakan amarah wanita itu.

Ditengah perdebatan, Palm datang menjadi penengah di antara anggota keluarga itu.

"Mobil sudah siap Tuan, sudah waktunya untuk berangkat."

Nueng mengangguk lalu menyambar ranselnya yang berada di punggung kursi makan. Ia berjalan mendahului Palm dan meninggalkan ruang makan tersebut dengan perasaan dongkol.

Boss And Bodyguard [PondPhuwin]Where stories live. Discover now