BAB : Rooftop

1.1K 96 14
                                    


"Aku pergi, ya?!" Suara lirih itu menyapa indra pendengaran seorang lelaki yang kini mematung tak berkutik karena penuturan tersebut.

"Pergi kemana?" Setelah beberapa saat akhirnya lelaki itu membuka mulut.

Sang lawan bicara hanya diam dan tersenyum memandangnya tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Apa maksud Anda, Tuan? Anda mau pergi kemana?"

Dan lagi, tak ada jawaban.

Palm masih bingung dengan ucapan Tuan nya itu, seakan-akan akan pergi dari dunia ini dan tidak nampak lagi.

Dan yang membuat kebingungan nya semakin menjadi adalah, kenapa Nueng memakai setelan jas berwarna putih bersih seperti itu?

"Tuan mau kemana?" Tanya Palm lagi, namun lelaki yang berjarak tiga meter didepannya itu masih tampak diam dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

"Kenapa Anda diam saja?" Palm semakin tidak sabar, sedari tadi hanya ia yang bicara dan ia merasa seperti gila karena bicara tanpa ada balasan.

Sosok didepannya itu menunduk, dengan raut wajah yang sangat sulit untuk diekspresikan. Tak lama ia mendongak menatapnya, masih dengan senyuman manis itu.

"Kau harus selalu bahagia, ya, Palm! Aku ikut senang jika kau bahagia."

"Kenapa Anda berbicara seperti itu? Seakan-akan Anda akan pergi jauh, sebenarnya ada apa ini?" Palm bertanya dengan sedikit taku, entah mengapa tiba-tiba ia merasakan sebuah ketakutan yang tidak pernah ia alami selama hidupnya.

Sebuah ketakutan yang tiba-tiba menyelimutinya, menempel pada hatinya dan meninggalkan rasa penyesalan yang luar biasa.

Namun, ia tidak tahu kenapa ia merasakan rasa itu?

Rasa penyesalan, seperti ia telah melakukan sesuatu yang sangat fatal dan seharusnya ia tidak melakukannya.

Sesuatu yang tidak ia sadari sama sekali, bahkan sampai sekarang.

"Palm, aku mencintaimu....jaga dirimu baik-baik ya!"

Dor!

"A-apa?" Palm membulatkan matanya terkejut, ketika mendengar suara tembakan yang mengenai Nueng.

Baju yang awalnya berwarna putih itu perlahan-lahan berubah menjadi merah darah dan mulai menyebar hingga darahnya menetes sampai ke celana.

Dada sebelah kirinya berlubang sesuai arahan timah panas itu yang bersarang didalam daging dan tulang.

Kelopak matanya dengan perlahan berkedut, menutup dengan pelan-pelan.

Nueng melangkah mundur ke belakang tanpa melihat-lihat, membuat Palm menjadi khawatir sendiri karena nya.

"Tuan, hati-hati!" Palm berseru dengan jantung yang berdebar tidak karuan, bagaimana tidak, lelaki berpakaian putih itu terus berjalan mundur padahal kini mereka sedang berada di Rooftop hotel yang memiliki dua puluh lima lantai.

Palm berlari untuk menggapai tubuh lelaki itu, namun naasnya ia terlambat.

Nueng dengan mata terpejam itu jatuh kebelakang dari gedung dengan dua puluh lima lantai itu, jatuh ke bawah dimana banyak sekali kendaraan yang berlalu lalang.

Palm bernafas tidak beraturan, dadanya bergemuruh melihat pemandangan yang begitu mengerikan.

Dadanya merasakan sesak yang luar biasa, air matanya luruh begitu saja seperti tumpah dari sebuah wadah.

Boss And Bodyguard [PondPhuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang