BAB : Ciuman Pertama

2K 134 2
                                    



"Sudah kubilang aku tidak mau dijodohkan! Kenapa kalian memaksaku? Kalian sama sekali tidak memikirkan perasaan ku!!" 

Plak

Sebuah tamparan mendarat di pipi Nueng yang mulus. Wajah Nueng tertoleh ke samping akibat kerasnya tamparan dari sang Ayah.

Nueng tersenyum pahit, ia memegangi pipinya yang terasa kebas lalu menoleh ke hadapan ayahnya.

"Jangan membantah Nueng! Ini demi masa depan bisnis keluarga kita, nantinya yang akan mewarisinya juga kau, jadi jangan melawan!" Pipop mencengkram dagu Nueng dengan erat lalu menghempaskan nya dengan kuat.

Nueng mendongak menatap wajah ayahnya yang sangat ia benci.

"Kenapa tidak Pa saja yang bertunangan? Bukankah itu bagus jika Pa memiliki dua istri?" Lelaki itu tersenyum mengejek membuat amarah Pipop meningkat.

"Nueng!" Pipop melayangkan tangannya di udara namun ia hentikan.

"Kenapa? Tampar aku lagi Pa! Tampar aku lagi!" Nueng menampar wajahnya sendiri menggunakan tangannya berkali-kali.

Pipop memejamkan matanya, ia menghela nafas kasar.

"Jangan sampai kau mempermalukan Pa dihadapan calon tunangan mu nanti, layani dia dengan baik jangan sampai dia tidak nyaman. Jika kau sampai berbuat ulah lagi Pa tidak segan-segan untuk menghukum mu."

Pipop meninggalkan Nueng setelah memperingatkan Nueng.

Dan kini tinggallah lelaki manis itu sendiri. Ia tersenyum meratapi nasibnya yang seperti ini.

Jika bisa memilih maka Nueng akan memilih untuk tidak dilahirkan. Untuk apa dilahirkan di keluarga kaya jika dirinya tidak bisa mendapatkan kasih sayang.

"Lihat saja, aku akan membuat calon tunangan ku tidak tahan dan akan membatalkan pertunangan ini sendiri."

.
.
.
.
.



"Palm tolong perbaiki pipa air ku, sepertinya itu rusak." Nueng menghampiri Palm yang berdiri didepan kamarnya.

Nueng hanya menggunakan mantel mandi karena tadi tiba-tiba air nya mati jadi ia belum sempat menyelesaikan mandi nya.

"Baik Tuan." Palm mengangguk tanpa banyak bicara.

Palm masuk kedalam kamar mandi milik Nueng lalu mencoba untuk memeriksa kerusakan pada pipa air.

Setelah beberapa saat akhirnya Palm telah selesai memperbaikinya. Namun saat hendak berbalik ia merasakan sebuah tangan melingkar pada pinggangnya, dan ia tahu siapa orang yang berani memeluknya.

"Tuan Nueng membutuhkan apa lagi?" Palm mencoba melepaskan pelukan Nueng pada pinggangnya namun lelaki manis itu semakin mengeratkan pelukannya membuat Palm tidak bisa melepasnya.

"Aku hanya membutuhkanmu." Nueng bersandar pada punggung Palm yang lebar, sangat nyaman rasanya.

"Tolong lepaskan saya Tuan."

Nueng menggeleng dengan kuat, ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Tidak mau, temani aku dulu."

"Jangan seperti ini Tuan, saya tidak ingin menimbulkan kesalahpahaman jika sampai ada yang melihat."

"Tidak akan ada yang melihat, aku pastikan."

Nueng melepaskan pelukannya, Palm memutar tubuhnya untuk menahan Tuan nya yang semakin menjadi-jadi.

"Ku mohon temani aku Palm." Jari lentik Nueng mengelus dada bidang Palm dengan pelan, menciptakan sebuah sensasi sensual.

Boss And Bodyguard [PondPhuwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang