BAB : Belajar Mencintai

1.3K 91 6
                                    


"Harusnya aku menyerah? Sebuah perasaan yang sudah aku perjuangkan dua tahun ini, kandas begitu saja tanpa membuahkan hasil?"

Laki-laki itu tertawa miris.

Pemandangan malam yang sangat indah ketika dilihat dari balkon, angin malam yang semilir menyapa lengannya yang tanpa beralaskan kain.

Angin sepoi-sepoi mengusak rambutnya hingga beterbangan menutupi mata sipitnya.

Dipembatas balkon itu terdapat minuman kaleng, kali ini bukan alkohol. Ia hanya ingin menikmati minuman berkarbonasi yang sudah lama tidak ia minum, karena dari dulu ia selalu mengonsumsi alkohol tanpa henti.

Sudah seminggu sejak ia pulang dari rumah sakit, ayahnya juga sudah pulang dari pekerjaannya diluar kota.

Hari yang sangat sial baginya, dimana ini adalah hari pembahasan acara pertunangan Palm dan Maggie. Ayahnya begitu semangat membicarakan rencana pertunangan ini, padahal Palm hanyalah kepala pelayan dirumah ini.

Nueng tahu, mengapa ayahnya seperti ini.

Seorang tangan kanan ayahnya, menjabat sebagai manager kepercayaan, telah berkhianat dan menipu ayahnya habis-habisan, serta membocorkan rahasia perusahaan yang telah  dijaga rapat-rapat.

Saat ini ayahnya sedang berusaha keras untuk mengembalikan ekonomi perusahaan nya yang sedang jatuh. Dan dengan adanya pertunangan dengan keluarga Maggie, maka perusahaan akan kembali stabil seiring berjalannya waktu.

"Mengapa sulit sekali untuk melupakanmu, Palm?"

Tangan Nueng berpegangan pada pembatas balkon, menatap kebawah dimana sepasang kekasih sedang berpelukan dengan begitu hangat.

Nueng tersenyum tipis, memandang Palm yang tersenyum bahagia ketika bersama Maggie. Ia tahu, bahwa sudah tidak ada peluang lagi untuk mendapatkan hati Palm.

Laki-laki itu, hatinya sudah dimiliki oleh Maggie. Ia tidak bisa seenaknya menerobos masuk dan memaksa Palm untuk menerimanya dihatinya.

Nueng meneguk minuman itu lagi, mengulum bibirnya menyesap rasa manis dari buah yang menempel dibibir nya.

Sebuah suara decitan pintu kamarnya terdengar, tanpa Nueng berbalik pun ia sudah tahu siapa pelakunya.

Sosok itu mendekat padanya, berdiri dibelakangnya dengan piyama pink baby.

"Nueng belum tidur?"

"Em... seperti yang kau lihat, Kate."

Dengan perlahan gadis itu melesak memeluknya dari belakang, melingkarkan tangan kecilnya di pinggang Nueng.

"Kau sedang apa?"

Kate menempelkan wajahnya dipunggung lelaki itu, berusaha mencari kenyamanan dipunggung nya yang lebar.

"Nueng cuma pakai baju tanpa lengan, bukankah dingin dibalkon malam-malam begini? Apalagi anginnya dingin, tidak baik untuk kesehatan."

Nueng mengelus tangan kecil yang melingkar di pinggangnya itu sebelum berbalik dan menghadap gadis cantik dihadapan nya.

"Kau juga, kenapa malam-malam begini belum tidur? Ayo masuk," ajak Nueng pada Kate yang dibalas dengan gelengan kepala.

"Aku tidak mengantuk Nueng, mungkin aku insomnia." Gadis itu mengedikkan bahunya. Akhir-akhir ini ia kesulitan untuk tidur malam, dan sepertinya insomnia nya kambuh.

"Lalu, apakah kau ingin minum bersama ku?"

Kate melirik kaleng diatas pembatas balkon itu dengan ragu, "Apakah itu alkohol?"

Boss And Bodyguard [PondPhuwin]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu