BAB : Kejutan

1.7K 63 32
                                    

.

"Selamat datang, Nyonya."
Palm membungkuk sopan menyambut kedatangan Nyonya Besar yang baru saja pulang dari Luar Negeri.

Tanya tersenyum tipis. Mengangguk singkat dan melewati para pelayan dengan seragam hitam itu lalu menuju sofa ruang tengah.

Wanita berumur hampir kepala lima itu duduk dengan anggun di sofa empuk berwarna navy itu, ia menyenderkan punggungnya yang terasa kelu karena pekerjaannya yang terasa tidak ada habisnya.

"Anda ingin saya buatkan sesuatu, Nyonya?" Seorang maid dengan seragam pelayan itu bertanya dengan sopan. Ia menunduk dengan kedua tangan yang mengapit didepan perutnya khas ala pelayan.

"Buatkan aku teh hangat."

"Baik, Nyonya." Pelayan itu undur diri. Segera pergi ke dapur untuk menyiapkan teh hangat untuk sang Nyonya Besar.

Manik hazel itu bergerak-gerak meneliti setiap sudut rumah, memandang bangunan dan perabotan yang tersusun rapi. Masih sama, tidak berubah sama sekali sejak ia pergi meninggalkan rumah megah ini berbulan-bulan yang lalu.

"Dimana Nueng?" Wanita itu menatap Palm yang berjaga tak jauh dari tempatnya berada.

Merasa terpanggil, Palm segera menghampiri Sang Nyonya yang kini tengah duduk di sofa depan angggun.

"Tuan Muda sedang ada pekerjaan dikantor, menggantikan Tuan Pipop yang sedang sakit." Jelas Palm dengan sopan.

"Pipop sakit? Dimana dia?" Tanya terkejut. Baru saja ia datang kembali hari ini, ia sudah mendapatkan fakta bahwa sang suami sedang sakit.

"Tuan Besar dirawat dirumah sakit ditemani Nona Kate yang merawatnya, Nyonya." jelas Palm.

"Kate? Calon menantuku itu?"

"Iya, Nyonya."

Tanya mengangguk. Ia menyenderkan tubuhnya sebentar di punggung sofa. Rasanya ia ingin segera menjenguk suaminya namun ia baru saja sampai. Ia ingin istirahat sebentar lalu baru pergi menjenguk sang suami.

"Teh anda, Nyonya." Maid itu langsung undur diri setelah memberikan teh untuk sang majikan.

Tanya menyeruput teh hangat itu dengan nikmat. Rutinitasnya adalah menyeruput teh manis yang hangat ketika lelah. Itu membantu untuk mengembalikan tenaganya.

"Siapkan mobil satu jam lagi, kita pergi ketempat Pipop dirawat."

"Baik, Nyonya."

.
.
.

"Kate, terimakasih telah menjagaku disini. Bahkan kau sampai izin tidak masuk kuliah." Pipop berkata dengan lembut. Kini tubuhnya terbaring lemah diatas brankar dengan infus yang menancap ditangannya.

Kate tersenyum lembut. Ia menyerahkan potongan apel yang baru saja ia kupas kepada pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah mertuanya itu.

"Tidak apa, Paman."

"Kate sudah mengupas apel untuk Paman," ujar Kate memperlihatkan potongan apel yang sudah bersih tanpa kulit itu.

"Terimakasih, nak."

Kate merasa perutnya tiba-tiba mulas. Ia meremat perutnya sendiri, menyembunyikan wajah kesakitannya agar tidak membuat Pipop curiga.

"Kate mau ketoilet dulu ya, Paman," ujar Kate yang pastinya bohong. Ia hanya beralasan saja agar tidak membuat pria yang berstatus sebagai calon mertuanya itu berpikir aneh-aneh.

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: Jan 12 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

Boss And Bodyguard [PondPhuwin]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu