Eps 19

6.2K 525 9
                                    

Malam tiba cahaya rembulan terang menyinari gelap nya langit malam.

Di mansion Grayson para keluarga sedang makan malam namun ada yang kurang yaitu celotehan bayi kecil yang biasanya mengisi suasana kini hanya ada keheningan seperti kembali seperti sebelum baby ian ada disini sunyi dan dingin.

Namun walaupun begitu didalam hati mereka masing masing mereka merasa sedih dan canggung sedih karna bayi kesayangan yang biasanya ceria kini sakit dan canggung karna tidak ada yang diomongkan biasanya mereka akan berbicara ketika baby ian yang memulai duluan.

Aichira yang biasanya ikut makan bersama kali ini tidak ikut karna akan menemani baby ian dikamar saja. Sebenarnya baby ian sudah bangun dari tadi namun badan nya masih lemas untuk bergerak jadilah ia hanya berdiam diri dikamar saja bersama sang bunda.

Didalam kamar baby ian sedang menonton tv bersama bunda setelah selesai makan tadi dan minum obat ia meminta kepada bunda nya menonton film kesukaan karna matanya masih belum mengantuk Aichira pun mengizinkan nya.

Cklek pintu terbuka

Sebastian masuk kedalam kamar ikut bergabung bersama sang istri dan anak nya.
Ia menempelkan punggung tangan nya ke kening anak untuk merasakan apakah panasnya sudah turun atau belum.

Dan ternyata masih panas Sebastian menghela nafas wajah yang biasanya ceria kini nampak lemas dan pucat.

"Baby masih sakit hm" tanya Sebastian sambil mencium rambut lebat putra nya.

Baby ian membalas anggukan benar badannya memang masih sakit apalagi tangan nya yang masih di infus. Dia kemudian menunjuk tangan kanannya ke sang ayah.

Sebastian yang paham pun langsung mengelus tangan sang putra yang diinfus.

"Ssstt gak papa besok kalo cairan nya udah abis langsung dilepas kok" ucap nya menenangkan.

Baby ian pun kembali menonton sambil matanya yang perlahan lahan menutup.
.
.
.
Pagi yang cerah
Mansion Grayson masih sunyi walau banyak orang disana. Bayi yang kemarin sakit kini keadaan nya belum sepenuhnya membaik wajah yang masih pucat dan badan yang masih lemas membuatnya tak ceria.

Infus sudah dilepas dari tadi karna ia mengeluh kesakitan kepada ayah dan bunda nya.

Saat ini ia sedang berjemur di balkon bersama sang ayah. Tubuhnya ia sandarkan di dada sang ayah tubuhnya tak sepanas kemarin namun masih hangat.

Sebastian tak berhenti mengelus surai lembut anaknya itu dan sesekali mencium kepalanya.

Walaupun tak mandi beberapa hari tapi wangi bayi tak pernah luntur dari badan si kecil. Dari tadi baby ian hanya terdiam memandang burung burung yang bertebangan diatas langit.

"Baby apakah masih merasa sakit kepala nya hm" tanya sang ayah memecah keheningan.

Yang dijawab gelengan sang putra kepala nya masih pusing namun tak sepusing kemarin hanya badan nya agak lemas mungkin karna belum sarapan.

"ingin turun sarapan bersama dibawah hm" tanya Sebastian lagi.

"Au" hanya jawaban lemah itu yang keluar dari mulut sikecil namun membuat Sebastian agak senang akhirnya sang putra mau berbicara dengan nya.

Mereka berdua pun keluar dari kamar dan turun kebawah sarapan bersama keluarga yang lain.

Sesampainya disana Bara dan Zero berteriak heboh karna melihat sang adik walau sedikit ada sedih melihat sang adik masih pucat dan lemas.

"Yeayy adek ikut sarapan hari ini abang seneng dehh, adek masih sakit gak kepalanya masih pusing atau gak" pertanyaan beruntun itu terlontar dari mulut Bara.

"Adek udah nda pucing tapi macih yemes" jawab nya pelan

"Tidak apa apa mungkin itu karna baby belum sarapan yaudah yuk sarapan bunda masakin sup biar adek gak bosen makan bubur terus ya" Ucap sang bunda.

Baby ian pun mengangguk mereka pun kemudian duduk di kursi masing masing dan baby ian yang duduk di pangkuan sang opa tadi opa mengambil nya dari sang ayah yang langsung ditatap tajam oleh sang anak Sebastian namun ia tak peduli toh ini cucu nya juga kan.

Mereka pun mulai makan dengan baby ian disuapi sang oma kali ini si bocah agak lahap makan nya karna sup nya enak.

Setelah selesai makan baby ian minum obat walau ada sedikit  penolakan akhirnya sang bayi pun menerima obat rasa jeruk tersebut.

Dan kini setelah dilap dengan air hangat dan diganti baju oleh sang bunda baby ian sedang menonton tv di ruang keluarga ditemani Bara dan Zero mereka tidak sekolah karna hari ini sekolah mereka mengadakan rapat jadi ya gak sekolah percuma juga masuk tapi pulang awal ngotorin baju begitu alasan nya ketika ditanya oleh sang ibu.

"Abang" panggil baby ian pelan namun matanya masih memandang ke arah tv

Bara dan Zero menoleh melihat sikecil

"Adek lapel" ucap nya sambil memegang perut

"Loh kan tadi udah makan" ucap cengo Bara

"nda tau lapel agi" ucap nya memandang sang abang.

Bara dan Zero pun saling pandang.

"Kenapa bang" tanya bunda yang baru datang

"Eh itu adek katanya laper bun" ucap Bara

"Adek laper nak" tanya bunda dengan yang dijawab anggukan oleh baby ian.

Memang selama sakit beberapa hari ini baby ian susah sekali makan palingan hanya beberapa sendok setelah itu muntah jadi ketika baby ian meminta makan lagi mereka agak terkejut.

"adek mau mam apa Hm" tanya bunda sekali lagi

"Ayam klispi ayak tu" tunjuknya ke arah tv yang menampilkan iklan tv ayam goreng krispi yang terkenal.

"oke" bunda menjawab singkat dan langsung kearah dapur membuat kan apa yang anaknya minta.

Kini tinggal baby ian , Bara, dan Zero yang kembali menonton tv.

"adek gak pusing lagi" tanya Zero

Baby ian menggeleng

Mereka pun menghela napas lega sepertinya adik nya tidak akan separah kemarin dan akan sembuh pikir mereka.

Setelah beberapa saat menunggu akhirnya makanan yang diinginkan baby ian tadi jadi
juga ia makan sangat lahap entah berapa paha ayam goreng yang dimakan nya.

Bunda yang melihat itu tak berhenti tersenyum sesekali ia memotrek momen ketika pipi gembul itu bergerak lucu ketika mengunyah makanan.

Dan mengirimkan nya ke grup keluarga. Bara dan Zero pun ikut terkekeh melihat kelucuan adik mereka itu.

"Abang au" tanya nya baby ian menyodorkan sepotong ayam ke hadapan nya. Mereka berdua menggeleng.

"adek aja abang udah kenyang liat adek mam" ucap Bara yang diangguki Zero dengan senyum yang tak pernah luntur.

"unda" tanya nya sebenarnya ia hanya basa basi aja sih tapi karna yang buatin ayam nya itu bunda kesayangan nya jadi harus ia tawarkan kan?

"Gak usah bunda udah makan" ucap bunda

Baby ian pun melanjutkan acara makan ayamnya hingga ayam goreng itu hanya tersisa tulang nya saja.

Tubuhnya terkapar tak berdaya karna kekenyangan bersandar didada sang bunda.

"Kenyang hm" ucap Zero lucu sambil menoel perut baby ian yang gembul itu.

Aichira dan Bara terkekeh melihatnya.

Setelahnya mereka fokus menonton tv bersama sama tanpa sadar si bungsu yang kekenyangan tadi tertidur sudah.

Zero yang melihat nya pun mengangkat tubuh kecil itu untuk ditidurkan di kamar saja.

Holaaa author comeback nih hehe maaf ya author lama gak up lagi males banget soal nya apalagi tugas sekolah numpuk terus tiap hari jadi authot gak ada waktu buat nulis cerita sekali lagi maaffff banget ya

Buat kalian kalian yang udah baca dan vote terima kasih karna aku gak nyangka bakal banyak yang baca cerita aku.

Baby ianWhere stories live. Discover now