17. peduli tapi gengsi

13.1K 662 11
                                    

Freefalestina🇵🇸
.
.
.
.
Ayo teman teman mari kita sama sama berdoa untuk saudara² kita yang ada di Palestine semoga mereka selalu dalam lindungan Allah SWT

Sesibuk apapun urusan kalian jangan pernah lupakan untuk mendoakan mereka, karna skrng mereka hanya bisa butuh doa dan dukungan dari kita semua

Maafiin saya juga yee gess udah buat kalian nunggu lama atau mungkin udah ada yang sampe berlumutan nunggu saya up😭😂

Skrng sy gk bisa lagi up cepat di karenakan urusan pondok sy yang memadat dan juga mood sy yg rusak akibat masalah susunan babnya yg acak acakan 😢

Hehe jadi curhat....

🚐🚐🚐🚐

Setelah pertengkaran keduanya kini karina sangat berbeda dari hari hari sebelumnya, perempuan itu lebih terlihat dingin dan irit bicara.

Sangat bertolak balik dengan sikap dulunya kini karina malah semakin bodoh amat akan rumah tangganya, ia sudah tidak lagi terlalu berbaur dengan Iqbal dan kedekatan keduanya malah semakin runyam.

Karina terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa sangat pusing tangannya terulur naik memijat kepalanya sendiri.

"Ishh.. Ya rabb sakit... " lirihnya

Mulut karina tak henti hentinya meringis kesakitan menahan rasa sakitnya.

Namun begitu sekuat tenaga karina bangun, mau bagaimana pun dirinya harus kuat apalagi hari ini adalah hari ia tampil tilawah dan ia tidak boleh mengecewakan ustadz Zulfan.

Setelah selesai karina melangkah menuju dapur, ia memang masih melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri.

Meski sedikit kesulitan karina tetap memasak makanan untuk Iqbal suaminya, setelah selesai karina menyiapkan semuanya di meja makan.

"Astaga udah jam delapan?" mata karina membola menatap jam

Buru buru ia membersihkan pakaiannya dan menuju keluar rumah.

"Kar kamu dari mana aja sih? Tuh hampir aja kamu telat" omel Hilda menatap tajam karina

"Maaf, lagian aku tadi ada urusan" balasnya ngos ngosan

"Kamu sakit kar?"

Kini nada Hilda berubah menjadi khawatir, ia menatap bibir karina yang tampak pucat.

Karina menggeleng. "Nggak aku sehat kok"

Hilda tidak percaya ia menempelkan tangannya pada kening karina. "Astaga kamu panas kar, ayo aku antar kamu istirahat. Kalau nggak kuat jangan di paksain, nanti lomba biar aku batalin aja"

"Nggak!" bantah karina

"Aku nggak setuju kamu batalin lombanya, aku nggak mau kecewain semua orang terutama ustadz Zulfan"

"Tapi kamu sakit, kesehatan kamu jauh lebih penting dari segalanya"

Tidak ada yang lebih penting disini selain kesehatan temannya, mau sepenting apapun lomba itu kesehatan tetap utama.

"Nggak! Aku tetap nggak mau"

"Kar?" Hilda tetap berusaha membujuk

"Hil tolong kali ini aja, aku janji deh setelah tampil nanti aku langsung istirahat" mohon karina

Hilda menjadi bimbang menerima tawaran itu, kalau terjadi sesuatu padanya gimana? Tapi melihat raut wajah karina yang ingin sekali mengikuti lomba tersebut membuat Hilda menjadi tidak tega untuk menolaknya.

Hilda membuang nafas kasar. "Huff yaudah deh, tapi janji yah setelah selesai kamu harus istirahat nggak boleh ikut kegiatan yang lain dulu"

"Iya iya"

Sesama Santri LH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang